Ceknricek.com — Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat menyelenggarakan Seminar 100 Tahun Indonesia Jilid II, Mimpi Tokoh Muda untuk Indonesia 2045, di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (18/12).
Dalam sambutan pembukaannya, Ketua PWI Pusat, Atal S Depari, menyampaikan, 100 tahun hanya tinggal menghitung 30 tahun lagi, dan itu tidak terasa. Indonesia harus bersiap menghadapi bonus demografi.
Menurut Atal, acara tersebut cenderung spesial karena menjelang momentum hari ibu dan menghadirkan wanita-wanita hebat. Dari seluruh narasumber, semuanya wanita.
Mereka adalah Wakil Gubernur Lampung, Bupati Jember, Wali Kota Batu, serta Anggota Peneliti Tim Papua dan Tim Luar Negeri. “Insya Allah pemikirian-pemikirannya dapat memberikan masukan positif untuk Indonesia 100 tahun,” ujar Atal.
Baca Juga: Dewan Pers Gelar Seminar ‘Refleksi Kebebasan Pers Tahun 2019’
Dalam seminar yang dipandu oleh moderator Tina Talissa tersebut, salah satu narasumber, Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim mengatakan, tantangan Indonesia dalam menghadapi bonus demografi sangat besar. Masih maraknya kasus stunting, harus menjadi fokus pemerintah.
Chusnunia juga menekankan perhatian untuk kaum perempuan. Mereka harus mendapatkan hak-haknya, baik dari pendidikan maupun kesehatan. Dua kata kunci itu menjadi penentu keberhasilan kita di 2045. “Dimulai dari perempuan itu sendiri, hingga bisa maksimal dalam mengurus generasi berikutnya,” pungkas Chusnunia.
Pentingnya Pendidikan & Kesehatan
Bupati Jember Faida, mengingatkan betapa pentingnya pendidikan dan kesehatan bagi kemajuan negeri. Ia memaparkan langkah-langkah yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Jember dalam memaksimalkan fasilitas pendidikan dan kesehatan di Jember.
Hal yang hampir sama diutarakan Walikota Batu, Dewanti Rumpoko. Ia mengakatan, ekonomi menjadi salah satu kendala. Menurutnya, 10 tahun lalu, anak-anak usia sekolah, banyak yang tidak memikirkan masa depan. “Maka, fasilitas dasar, baik pendidikan–hingga SMA–dan kesehatan patut diberikan pemerintah” ujar Dewanti.
Narasumber terakhir, Anggota Peneliti Tim Papua dan Tim Luar Negeri LIPI Adriana Elizabeth mengingatkan di awal paparannya, jangan membayangkan Indonesia 2045 dengan SDM terlalu muluk, karena sekolah saja belum merata, termasuk di Papua.
“Papua merupakan bagian dari kita, hingga perlu fokus kepada fasilitas pendidikan agar pengetahuan tentang kemajuan teknologi dapat merata,” katanya.
Ia memaparkan, tantangan yang akan dihadapi Indonesia kedepan bukan hanya urusan dalam negeri, tapi juga dari luar negeri, berupa suatu ketidakpastian. Menurutnya, perubahan itu hal yang pasti, tapi di Indonesia hal tersebut diiringi dengan ketidakteraturan tinggi. “Misalnya, kelapa sawit dengan Eropa. Bagaimana Eropa memberikan aturan yang begitu rumit di saat Indonesia akan bersama Uni Eropa di SEPA (Single Euro Payments Area),” ujar Adriana.
Untuk bertahan ke depan, keunikan dan mutu produk juga diperlukan. Begitu pun dengan harga jual. Bagi Adriana, hal itu penting untuk kemajuan Indonesia kedepan. Ia membayangkan pada 2045, Indonesia menjadi lebih baik. Selain penguasaan iptek, etika, dan spiritualitas juga dibutuhkan.
“Mimpi saya, penguasaan IPTEK itu tak lain adalah untuk kesejahteraan rakyat. Selain itu generasi muda harus memiliki kepekaan untuk menghadapi isu isu strategis juga rasa toleransi antar warga. Kemudian perihal kesenjangan ekonomi. Lalu yang tak kalah penting adalah soal kerusakan lingkungan serta narkoba. Hal hal tersebut merupakan pokok penting yang perlu diperhatikan,” tutup Adriana.
BACA JUGA: Cek OPINI, Opini Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.