Ceknricek.com — Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menilai ada empat faktor penyebab rendahnya laju inflasi Indonesia pada 2019. Pada Kamis (2/1) Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi Indonesia di tahun 2019 sebesar 2,72 persen, dengan inflasi inti 3,02 persen.
Angka inflasi tahunan yang berada di kisaran 2 persen ini juga menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir. Tercatat, pada tahun 1999 besarnya inflasi adalah sebesar 2,13 persen. Selanjutnya, Indonesia juga pernah mengalami inflasi di kisaran 2 persen di tahun 2009, tepatnya sebesar 2,78 persen.
Perry menyebutkan faktor pertama adalah adanya kapasitas produksi yang jauh lebih memadai daripada permintaan pasar sehingga dapat terpenuhi. Ia mengatakan bahwa permintaan pasar memang naik namun kapasitas produksi mampu memenuhi jadi tekanan harga dari sisi permintaan menjadi sangat rendah.
“Kalau istilah teknisnya disebut kesenjangan outlook atau outlook gap. Outlook gapnya itu masih negatif,” kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (3/1) seperti dilansir Antara.

Faktor kedua adalah adanya koordinasi kebijakan antara pemerintah pusat, daerah, dan BI dalam menjaga pasokan dan keterjangkauan harga pangan sehingga kelompok volatile food turut rendah.
“Sejumlah barang komoditas deflasi seperti bawang merah, lalu cabai naik sedikit tapi tidak begitu naik. Hampir seluruh komponen bahan makanan mengalami inflasi rendah bahkan mengalami deflasi,” kata Perry.
Baca Juga: Sepanjang 2019, Tingkat Inflasi Nasional Sebesar 2,72 Persen
Faktor ketiga adalah stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tercatat apresiasi pada 2019 yaitu sebesar 2,68 persen menjadi Rp13.880 per dolar AS. Perry mengatakan nilai tukar rupiah yang stabil menyebabkan tekanan harga dari eksternal dan global menjadi sangat rendah serta tidak signifikan sehingga harga barang yang diimpor lebih murah.

“Tentu saja stabilnya nilai tukar rupiah dan cenderung apresiasi membuat barang-barang dalam negeri atau yang diimpor itu rendah,” ujarnya.
Faktor terakhir yaitu ekspektasi harga-harga komoditas ke depan dari para ekonom, konsumen, dan produsen yang masih terjaga rendah. Indeks kepercayaan konsumen (IKK) pada Desember meningkat menjadi 124,4 dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 123,7.
Selain itu, indeks ekspektasi penjualan enam bulan ke depan juga mengalami peningkatan dari 154,3 menjadi 156,1 pada Desember 2019. “Secara keseluruhan ini menunjukkan kegiatan sektor ekonomi riil geliatnya meningkat baik dari sisi konsumsi sebagaimana terindikasi di indeks konsumen maupun di penjualan riil,” ucap Perry.
BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini