Ceknricek.com — Sepanjang kuartal III 2019, industri pariwisata Indonesia lesu darah. Akibatnya, hotel-hotel banyak tak terisi. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa tingkat hunian kamar (okupansi) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Agustus 2019 tercatat rata-rata 54,14% atau turun 5,87 poin dibandingkan capaian yang sama tahun sebelumnya.
Anehnya, okupansi hotel yang hanya separoh lebih sedikit ini, tak membuat pengusaha mengerem membangun hotel baru. Tiap tahun bermunculan hotel-hotel baru di kota-kota besar di Indonesia.
Laporan Coldwell Banker Commercial menyatakan bahwa berdasarkan kelasnya, pasok hotel baru yang mulai beroperasi sepanjang Januari hingga September 2019 terdiri atas hotel bintang tiga sebanyak 48,6%, bintang empat 23%, dan bintang lima 28,4%.
Sepanjang tahun ini Bali mendapat tambahan suplai sekitar 23.000 meter persegi, disusul Bandung sekitar 14.000 meter persegi, dan Surabaya sebanyak sekitar 12.000 meter persegi.
Dari jumlah hotel yang ada, rata-rata tingkat huniannya mencapai 65,5% pada akhir kuartal III/2019. Selain itu tingkat penyerapannya untuk sektor perhotelan mengalami penurunan 2% hingga 8,6% sepanjang 2019 berjalan.
Selain wisata yang lesu, penurunan aktivitas meetings, incentive, conference, exhibition (MICE) dan perjalanan bisnis menjadi penyebab turunnya tingkat okupansi hotel sepanjang 2019 berjalan. Selain itu, harga tiket yang masih tinggi juga menekan okupansi hotel, terutama di luar Pulau Jawa.
Sementara itu, hotel di Pulau Jawa masih menunjukkan tingkat hunian yang baik. Hal itu terbukti pada permintaan di kota besar seperti Semarang dan Bandung yang masih lebih baik dibandingkan dengan di kota lain.
Selanjutnya, beberapa kota di luar Jawa seperti di Makassar, Medan, dan Balikpapan mengalami penurunan permintaan sehubungan dengan mahalnya tiket pesawat dan penurunan kegiatan MICE dari Jakarta.
Baca Juga: BPS: September 2019, Jumlah Wisman Turun 10,1 Persen
Adapun, isu politik juga berpengaruh pada tingkat keterisian hotel di seluruh Indonesia. Pada awal masa kampanye, cukup memberikan dorongan pada pertumbuhan tingkat okupansi, namun setelahnya berubah mengalami penurunan lantaran banyak kegiatan MICE yang tertunda.
Kemudian, dari sisi pariwisata, permintaan hotel di Bali masih mendapatkan keuntungan tertinggi baik dari kunjungan wisatawan lokal maupun dari mancanegara.
Dengan turunnya tingkat serapan, tarif kamar hotel mengalami penurunan antara 1,55% sampai 9,6%. Namun, untuk beberapa kota yang masih bisa diakses dari Jakarta menggunakan kereta api atau transportasi darat lainnya tidak mengalami penurunan. Bahkan Semarang dan Bandung mengalami kenaikan tarif kamar sekitar 3,8% – 7,5% dibandingkan dengan tahun lalu.
Berkah Liburan
Nah, kini pengusaha hotel berharap, liburan akhir tahun bisa menutup kerugian bulan-bulan sebelumnya. PT Eastparc Hotel Tbk., misalnya. memprediksi tingkat okupansi hotel mampu mencapai 90% hingga 92% di akhir tahun ini.
Direktur Pemasaran EAST Wahyudi Eko Sutoro, sebagaimana dikutip Kontan, mengatakan biasanya tingkat okupansi hotel bisa menembus 90% hingga 92% pada bulan Desember. Saat ini, tingkat okupansi emiten berkode saham EAST ini sekitar 80% hingga 85%. Jauh lebih tinggi dibanding rata-rata okupansi hotel secara nasional.

Hingga tutup tahun ini perusahaan ini menargetkan pendapatan Rp60 miliar dengan laba bersih sekitar Rp8 miliar hingga Rp10 miliar. Sampai kuartal ketiga tahun ini, EAST memperoleh pendapatan Rp44,67 miliar atau meningkat 19,26% dari pendapatan di periode sama tahun lalu Rp37,46 miliar. EAST juga membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp5,8 miliar sampai September 2019 atau meningkat sekitar 400% dari periode sama tahun 2018 sebesar Rp1,1 miliar.
EAST adalah hotel bintang lima yang berlokasi di Yogyakarta dengan 189 kamar. Rencananya EAST bakal membangun satu unit hotel baru bernama Eastparc Express di Yogyakarta.
Optimisme yang sama juga ditunjukkan PT Red Planet Indonesia Tbk. (PSKT). Direktur Utama PSKT, NG Suwito, mengaku, tingkat okupansi hotel saat ini mulai meningkat. Ia memprediksi tingkat okupansi hotel bisa mencapai 90% pada momen Natal dan Tahun Baru nanti. “Bulan November ini, okupansi sudah mulai meningkat menjadi sekitar 80% dan 90% tergantung lokasi,” ujarnya, Senin (18/11) lalu.
Baca Juga: Potensi Wisata Halal Untuk Perekonomian Indonesia
PSKT memiliki tujuh hotel yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Solo, Surabaya, Palembang, Pekanbaru, dan Makassar dengan 1.058 kamar. Selain itu, emiten ini juga mengelola satu hotel bintang empat di Bukittinggi, yakni Hotel Pusako.
Sampai kuartal III 2019, PSKT mengantongi pendapatan sebesar Rp49,59 miliar. Pendapatan tersebut turun 9,52% dari periode sama tahun lalu yang senilai Rp 54,81 miliar.
Tren Naik
Kondisi pariwisata tahun ini memang agak tersendat. Padahal pada 2018, sektor pariwisata masih tumbuh 12,5% alias lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan sektor pariwisata di Asia Tenggara yang sebesar 7,4%.
Angka-angka 2018 lumayan ciamik. Sektor pariwisata tumbuh tercermin dengan banyaknya jumlah perjalanan wisatawan Indonesia di dalam negeri. BPS mencatat sebanyak 43% dari total 303 juta perjalanan wisatawan Indonesia di dalam negeri digunakan untuk berlibur dan rekreasi. Rata-rata durasi bepergian sebanyak tiga hari.
Jumlah perjalanan wisatawan domestik pada 2018 tumbuh 12,37% dibandingkan dengan jumlah perjalanan pada 2017 yang mencapai 270,82 juta kali perjalanan. Dari sisi pengeluaran, total pengeluaran wisatawan domestik pada 2018 mencapai Rp291,02 triliun atau naik 17,89% dari realisasi total pengeluaran pada 2017 senilai Rp253,45 triliun.
Dalam lima tahun terakhir, yaitu sepanjang 2013–2018, jumlah perjalanan wisatawan domestik meningkat lebih dari 21%. Selama ini, tren wisatawan domestik yang terus meningkat lebih didominasi oleh generasi milenial, yakni sekitar 70%.
Sayangnya, itu adalah kondisi tahun lalu. Sementara pada tahun ini, menurut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Rusmiati, angkanya belum ada. “Proyeksinya akan tetap naik karena kami kan sudah banyak melakukan promosi. Mudah-mudahan tidak ada hal-hal yang memengaruhi wisatawan domestik dan kami berharap trennya naik terus,” katanya.
BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini