Ceknricek.com — “Kebohongan yang dikampanyekan secara terus-menerus dan sistematis akan berubah menjadi (seolah-olah) kenyataan. Sedangkan kebohongan sempurna, adalah kebenaran yang dipelintir sedikit saja”. Paul Joseph Goebbels – Menteri Penerangan dan Propaganda Nazi dibawah Adolf Hitler.
Hari-hari belakangan ini Zulia (45) agak pendiam. Dadanya terasa hendak meledak, namun ia tak tahu harus diledakkan di mana. Sakit rasanya, ujar aktivis emak-emak pendukung capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno ini. Secara tak sadar, air matanya yang bening menetes. Farhan, sang suami, ingin menasihati agar wanita yang dinikahi 22 tahun silam itu sabar dan tawakal. Tapi kata-kata itu seakan tersekat di tenggorokan. Dadaku pun rasanya terhimpit. Tidak bisa berkata-kata, keluh pria asal Kota Kudus, Jateng, ini berkisah.
Rabu pagi kemarin, suami-istri ini bersama dua anak mereka, nyoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 063, Kelurahan Perwira, Bekasi Utara, bersama ratusan pemilih lainnya. Mereka sekeluarga sepakat memilih capres-cawapres 02. Alhamdulillah, saat penghitungan suara, pilihannya menang telak: 01 menyabet 82 suara, sedangkan 02 dapat 187 suara.
Bu Guru, begitu tetangga Zulia memanggil dirinya, ini menyebar hasil menggembirakan itu ke WAG emak-emak yang ia ikuti. Dalam WAG itu pun anggota ramai-ramai mengirim hasil penghitungan suara di TPS mereka masing-masing. Sebagian besar 02 menang. Di RT 04, TPS tetangga, 01 memperoleh 116 suara, sedangkan 02 memperoleh 216 suara. Kemenangan yang lumayan tebal.
Zulia sujud syukur. Ia optimistis 02 bakal menang secara nasional. Sejumlah exit poll yang dilakukan sejumlah lembaga survei juga memenangkan Prabowo siang itu. Tapi apa lacur, pada pukul 15.00, beberapa menit sebelum azan ashar tiba, sejumlah lembaga survei mengumumkan hasil quick count. Seperti tak percaya dengan hasilnya, Zulia dan Farhan terpaku di depan televisi. Kok..!
Hitung cepat itu memenangkan 01, Jokowi-Maruf di kisaran 55% : 45%. Mata Zulia berkaca-kaca. Farhan tak kalah kaget. Nggak bener ini. Curang..! pekiknya.
Respon Zulia dan Farhan, nyaris sama dengan respon jutaan pendukung Prabowo-Sandi lainnya. Mereka ada yang menjerit histeris, maraung, dan marah, tapi ada juga yang menahan diri menyimpan kekecewaanya. Nur Usada (60), pentola Kopassandi Alasdowo, Pati, Jawa Tengah, berteriak melampiaskan amarah. Kepada sesama pendukung 02 ia berujar, Kalau ada revolusi saya akan mendaftar yang pertama. Kata-kata Nur diaminkan teman-temannya. Kalau curang, harus people power. Revolusi sambung yang lain tak kalah heroik.
Wartawan asal Madura, Jawa Timur, Kacong Madjuhri, malaporkan dampak quick count yang ditayangkan televisi sangat dahsyat. Sihirquick count yang memenangkan petahana membuat semangat munculnya harapan baru dari sosok Presiden Prabowo Subiyanto hilang, urainya.
Kondisi tak menentu saat ini mengaduk-aduk emosi jutaan warga negara Indonesia. Syukurlah, Prabowo rupanya membaca gelagat itu. Idola jutaan orang Indonesia mencoba menenangkan pengikutnya. Kita sudah menang, ujarnya menenangkan pengikutnya. Pada Rabu malam itu ia membuka hasil real count interen BPN Prabowo-Sandi, dengan data 40% TPS. Pasangan Padi unggul 62%.
Lalu, pada Kamis malam pensiunan jenderal ini kembali tampil ke publik bersama Sandiaga Uno dan seluruh utusan partai koalisi dan petinggi BPN mendeklarasikan kemenangan Pilpres 2019.
“Pada hari ini, saya Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahudin Uno mendeklarasikan kemenangan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019-2024,” katanya. Pernyataan Prabowo ini disampaikan di kediamannya Jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sejumlah televisi melakukan siaran langsung. Jutaan mata menyaksikan antara percaya tidak percaya.
Hadir saat deklarasi antara lain, Presiden PKS Shohibul Iman, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais, Waketum Partai Gerindra Rachmawati Soekarnoputri, Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan, Sekretaris Jenderal Partai Berkarya Priyo Budi Santoso dan petinggi BPN lain.
Prabowo mengatakan, deklarasi kemenangan itu dilatarbelakangi oleh penghitungan suara internal yang lebih unggul dari petahana Jokowi-Maruf. Selain itu, Prabowo bersama timnya mengaku telah mengantongi sejumlah bukti kuat terkait dugaan kecurangan pada Pilpres sehingga melakukan deklarasi lebih awal.
“Kemenangan ini kami deklarasikan secara lebih cepat karena kami punya bukti-bukti bahwa telah terjadi usaha-usaha dengan berbagai macam kecurangan yang terus terjadi di berbagai desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota seluruh Indonesia,” tegasnya.
Keunggulan 02 didasarkan pada laporan real count dan rekapitulasi formulir C1 internal. Untuk sementara pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin meraih total suara 37%, sedangkan pasangan Prabowo-Sandi meraih 63%. Angka ini diperoleh setelah BPN Prabowo-Sandi berhasil melakukan rekapitulasi real count terhadap 633.939 TPS dari total 813.350 TPS yang tersebar di seluruh Indonesia (77,94%). Hasil ini telah diverifikasi bersama ahli IT dari berbagai alumni perguruan tinggi yang melakukan quick count serupa.
Zulia dan Farhan yang mengikuti detik-demi detik peristiwa pilpres sangat berharap apa yang disampaikan jagoannya itu menjadi kenyataan. Lain lagi dengan Nur. Dia langsung mencari tahu kebenaran klaim Prabowo. Sebenarnya yang benar yang mana sih? tanyanya kepada tiap orang yang dianggap paham soal itu. Nur akhirnya menyadari bahwa dirinya harus sabar menunggu sampai hitungan Komisi Pemilihan Umum atau KPU selesai. Sesuatu yang terlalu lama dan mendebarkan bagi banyak pendukung Prabowo.
Hitungan KPU yang ditampilkan di webnya terasa sangat lelet menampilkan angka-angka hasil pemilu. KPU sepertinya sengaja mempermainkan perasaan orang banyak. Di sisi lain, Jokowi tak kalah sigap. Dia juga mendeklarasikan diri sebagai pemenang berdasar quick count. Sejumlah kepala negara asing sudah mengucapkan selamat, katanya, pada malam yang sama.
Tokoh Malari, Hariman Siregar, membaca gelagat yang tidak menguntungkan bagi pembangunan demokrasi. Itu sebabnya ia mendesak agar real count dipercepat untuk menyelamatkan demokrasi, bangsa dan negara kita. ”Bagaimanapun, real count jauh lebih ditunggu publik sehingga perlu dipercepat oleh KPU secara jujur, adil dan bersih,” ujarnya.
Apalagi, baik kubu Jokowi maupun Prabowo masing-masing memiliki data formulir C1.
Dengan real count yang dipercepat untuk dituntaskan, maka siapa yang bohong harus segera diekspose, diungkap supaya bangsa dan demokrasi kita bisa selamat. Kita musti ingatkan, para elite dan politisi jangan hanya mengejar interest pribadi yang biayanya sangat mahal dan korbannya justru rakyat luas,” ujarnya. Pernyataan Hariman ini disampaikan dalam diskusi informal dengan para jurnalis, aktivis dan peneliti di Jakarta Kamis malam (18/4).
Eks Ketua Umum Dewan Mahasiswa UI ini mengingatkan, makin lama proses real count dilakukan, maka makin lama masyarakat menunggu dan itu mengkhawatirkan, riskan dan rentan bagi keselamatan demokrasi dan bangsa kita.
Real count sangat substantif ketimbang quick count di televisi yang amat mengecewakan, meresahkan dan kontroversial. Sejauh ini, para analis dan aktivis mengingatkan bahwa kontroversi hasil quick count enam lembaga survei yang ditayangkan hampir semua stasiun televisi di Indonesia tidak hanya menimbulkan kekecewaan dan keresahan di masyarakat, tapi juga mengundang timbulnya konflik horizontal.
Kondisi akan semakin panas dan kian membara karena di tengah penantian yang terasa amat panjang ini, berbagai isu, gosip, desas-desus, hingga hoaks bertebaran di jagat maya. Semua memberi ketidakpastian yang menggigit. Aduh!*