Ceknricek.com — Bersama isteri dan satu anak, Sabtu ini, saya memasuki hari kelima karantina di hotel. Hari-hari diisi dengan membaca, menulis, olahraga, zoom dan tentu saja berselancar di sosmed ha ha hi hi dengan teman dan sahabat di berbagai belahan dunia. Selandia Baru sebagai negara di paling selatan bumi, paling duluan menyambut tahun baru. Sementara teman-teman di New York menjadi yang paling belakangan berganti tahun. Dalam konteks perbedaan waktu ini, komunikasi bisa berlangsung 24 jam.
Sepuluh hari di karantina seenak apapun hotelnya tetap saja membosankan. Oleh karenanya diperlukan bekal mental dan juga logistik. Meski pemandangan di luar indah dan didalam kamar nyaman, tetap saja ada perasaan dikurung. Makan di hotel sehari dua hari sih oke, setelahnya kita mulai kangen makanan dari luar. Setelah hampir 5 tahun di luar negeri, saya kangen berbagai makanan khas di Jakarta. Disinilah pergolakan terjadi.

Hampir seluruh hotel karantina melarang keras masuknya makanan dan minuman dari luar. Alasannya bisa macam-macam dan saya tidak ambil pusing selama makanan yang disiapkan enak dan menggugah selera. Jangan sampai karantina suasananya seperti lagi dirawat di rumah sakit. Nah ini tips buat yang mau karantina panjang, kalau mau nyaman, bawa makanan dan minuman dari luar dan masukkan kedalam koper. Bila perlu bawa coffee plunger dan kopi sendiri jika anda maniak kopi.
Hotel Mandarin, tempat kami karantina adalah hotel yang ketat melaksanakan peraturan dan saya kagum dengan konsistensi mereka. Memang seharusnya seperti itu. Kalau mau dihormati dan ditaati, satu peraturan harus dilaksanakan secara konsisten. Masalah muncul ketika UU dan Peraturan membuat berbagai pengecualian, menyediakan keistimewaan dan perlakuan khusus. Ujungnya pasti gaduh.

Covid-19 adalah ancaman nyata dan telah memakan ratusan ribu korban meninggal. Untuk Indonesia sebagaimana yang disampaikan Pak Luhut Panjaitan dan Menkes Budi Sadikin lebih dari 90% kasus Omicron berasal dari pendatang dari luar negeri. Artinya sebagian besar adalah imported cases. Saya bingung sekaligus prihatin jika ada yang tidak mau dikarantina. Karantina adalah proses dimana Covid-19 dideteksi dan ditanggulangi sebelum pendatang diijinkan berbaur dengan masyarakat.
Baca juga: Kisah Tantowi Yahya dan Keluarga Jalani Karantina