Ceknricek.com–Seminar nasional “Kepahlawanan H.B. Jassin Mencerdaskan Bangsa” dihelat pada Selasa (22/2/22) di Ruang Serba Guna Lt.4, Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta Pusat.
Kegiatan ini adalah kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Gorontalo,PSD H.B. Jassin-Gorontalo, Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (Jakarta), Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI), Universitas Gorontalo, Gorontalo Post, Lamahu Jakarta, Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo (KKIG) dan tokoh tokoh nasional dari Gorontalo.
Salah satu pematerinya adalah Zain Badjeber, yang mencoba memotret cerita pengenalannya dengan H.B Jassin, dan diturunkan dalam 3 tulisan berikut:
Saya mulai mengenal nama H.B Jassin sejak duduk dibangku SMP Negeri bagian A (Sastera) tahun 1954 di Kota Gorontalo. Ketika itu SMP Negeri dibagi dua jurusan, Bagian A ( Sastra ) dan bagian B ( Pasti ). Adapun guru bahasa Indonesia, Pak Awaluddin Hippy. Dari beliaulah kami siswa – siswinya dikenalkan dengan nama – nama Sastrawan Indonesia , termasuk yang disebut Sastrawan Angkatan 45 seperti Chairil Anwar dan H.B Jassin (Hans Bague Jassin).
Tahun 1954 setamat SMP Negeri tersebut saya melanjutkan pendidikan ke Kota Makassar dan diterima di Sekolah Menengah Kehakiman Atas Negeri ( SMKA ) mendidik calon Hakim dan Jaksa . Di sekolah ini guru bahasa Indonesia adalah Pak H.B Hammarung , seorang tua yang mengenalkan pula nama H.B Jassin kepada kami siswa – siswinya.
Di kota Makassar ini pula saya berkenalan dekat dengan dua seniman sastrawan dan dramawan terkemuka Rahman Arge dan Arsal Alhabsyi yang juga para pengagum H.B Jassin. Mereka pun sangat berharap puisi – puisinya dapat sorotan H.B Jassin.
Seorang sahabat pena saya yang sejak di bangku kelas IV ( empat ) Sekolah Rakyat ( mula – mula SR / Sekolah Rendah lalu berubah jadi Sekolah Rakyat ) namanya Sri Hardini dari SR Pendrikan Tengah Semarang ( 1948 ) juga kemudian mengenalkan nama H.B Jassin kepada saya melalui surat – menyuratnya.
Ia sangat senang karena tulisan – tulisannya mulai di perhatikan H.B Jassin yang telah mendapat julukan “ Paus Sastera Indonesia “ itu. Dialah , sahabat pena saya yang kemudian dikenal sebagai Nh. Dini , penulis buku sastera antara lain “ Pada Sebuah Kapal “ dan “ Namaku Hiroko”.
Pada tahun 1959 SMA Negeri Gorontalo membuka bagian A ( Sastera ) dan sangat memerlukan Pengajar Bahasa Indonesia. Saya ditemui Pak Arie Monoarfa, Kepala SMA Negeri Gorontalo yang waktu itu hanya punya bagian B ( Pasti ) dan bagian C ( Ekonomi). Mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi Tata Bahasa , Kesasteraan dan menulis / membaca tulisan Arab Pegon ( Melayu ) . Ia sudah mencari tenaga pengajar di kota ini tetapi hanya ketemu nama saya untuk yang bisa baca tulis Arab Pegon. Bagaimana pula dengan saya yang hanya seorang Hakim di kota ini sejak 1958, kini mau diminta untuk mengajar ? Pendek cerita, saya iyakan permintaannya itu. Tak ada akar, rotan pun berguna!
Sebagai pengajar, saya harus punya buku pegangan. Untuk pelajaran Tata Bahasa Indonesia tidak sulit bukunya . Cuma untuk mata pelajaran Sastera ? Alhamdulillah, ada dijual di satu – satunya Toko Buku di Kota ini yang namanya “ Persasteraan Semangat “. Saya dapat satu – satunya buku tulisan H.B Jassin berjudul “ Tifa Penyair dan Daerahnya “. Hanya saja untuk tulisan Arab Pegon saya tidak peroleh bukunya. Saya beranikan diri saja untuk mengajarnya dengan mengingat apa yang pernah saya peroleh di bangku SR itu. Disini pun saya lebih mendalami H.B Jassin dengan karya – karyanya.