Ceknricek.com — Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun ini. Ekonomi dunia ditaksir hanya mampu tumbuh 3 persen untuk tahun 2019, atau yang terendah sejak tahun 2008.
Prakiraan terbaru ini menurun 0,2 persen dibandingkan proyeksi IMF pada April kemarin. Ekonomi global diperkirakan tumbuh lebih kecil daripada perkiraan awal karena makin besarnya tekanan terhadap aktivitas ekonomi di negara-negara berkembang (emerging markets).
“Kelompok-kelompok ekonomi negara berkembang mendorong sebagian dari proyeksi penurunan pertumbuhan pada tahun 2019,” kata Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath, seperti dilansir Reuters, Rabu (16/10).
Sebelumnya, ekonomi negara berkembang diprediksi mampu tumbuh hingga 4,5 persen di proyeksi sebelumnya. Hanya saja, ketegangan dunia yang membuat produktivitas ekonomi melambat membuat pertumbuhan ekonomi negara berkembang ikut terpangkas. Dalam proyeksi terakhirnya, IMF memprediksi ekonomi negara berkembang hanya bakal tumbuh di kisaran 3,9 persen untuk tahun 2019.
Beberapa negara berkembang yang diproyeksi mengalami tekanan pertumbuhan ekonomi adalah negara-negara di Amerika Latin dan Timur Tengah. Gopinath menjelaskan, pelambatan pertumbuhan ekonomi juga akan dialami Argentina, Iran, Turki, Venezuela, dan negara-negara kecil yang terkena dampak konflik.
“Ekonomi pasar berkembang besar lainnya, seperti Brasil, Meksiko, Rusia, dan Arab Saudi, juga diproyeksikan tumbuh hanya sekitar 1 persen pada 2019. Nilai yang jauh di bawah rata-rata historisnya,” tutur sang ekonom lagi.
Baca Juga: IMF: Perang Dagang AS-China Memperlambat Ekonomi Global 0,5 Persen
Penyebab tidak mampu terungkitnya pertumbuhan ekonomi di negara berkembang karena meningkatnya risiko kerugian akibat hambatan perdagangan. Ditambah lagi tidak meredanya ketegangan geopolitik, termasuk risiko terkait Brexit.
Gopinath menyatakan, berbagai kondisi tersebut mengganggu rantai pasokan dan menghambat kepercayaan, investasi, dan pertumbuhan. Hingga akhirnya, kondisi itu berdampak negatif pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan di ekonomi pasar berkembang dan kawasan Eropa.
Di sisi lain, ekonomi negara-negara maju juga belum mampu menunjukkan pertumbuhan signifikan tahun ini. Ekonomi negara maju diproyeksi melambat dibandingkan tahun 2018. Dari yang tadinya mencapai 2,3 persen pada tahun lalu, pertumbuhan ekonomi negara maju ditaksir hanya menyentuh posisi 1,7 persen untuk tahun ini.
Moderat
Sementara untuk tahun depan, IMF memperkirakan, ekonomi dunia bisa mulai pulih dan mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,4 persen. Proyeksi tersebut didasarkan perkiraan mulai pulihnya kelompok ekonomi pasar yang tengah berkembang. Di sisi lain, pasar besar yang membentuk pasar secara sistemik masih membayangi redupnya pertumbuhan.
“Sebaliknya, pertumbuhan diperkirakan moderat hingga tahun 2020 dan seterusnya untuk sekelompok ekonomi sistemik yang terdiri dari Amerika Serikat, kawasan Uni Eropa, China, dan Jepang yang secara bersama-sama menyumbang hampir setengah dari PDB global,” papar Gopinath.
Pertumbuhan ekonomi dunia bahkan diprediksi bisa lebih kecil daripada proyeksi yang kini dibuat apabila tidak ada stimulus berarti yang dilakukan. Tidak tanggung-tanggung, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan bisa kembali terpangkas 0,5 poin jika stimulus moneter tidak diberlakukan.
“Untuk mencegah hasil seperti itu, kebijakan harus secara tegas bertujuan meredakan ketegangan perdagangan, menghidupkan kembali kerja sama multilateral, dan memberikan dukungan tepat waktu untuk kegiatan ekonomi di mana diperlukan,” tegasnya.
Sebelumnya baru-baru ini, IMF memperkirakan ketegangan perdagangan AS-China secara kumulatif akan mengurangi tingkat PDB global sebesar 0,8 persen untuk tahun depan. Ini mengingat usulan kenaikan tarif yang dijadwalkan 15 Oktober dan 15 Desember. Namun jika tarif ini tidak jadi diwujudkan, PDB global hanya akan terpangkas 0,6 persen.
Baca Juga: Dunia Rugi US$700 Miliar Akibat Perang Dagang AS-China
Penurunan aktivitas perdagangan yang akan melesukan PDB global sebelumnya juga diungkapkan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO). Lembaga yang bermarkas di Jenewa ini memangkas perkiraan pertumbuhan perdagangan global tahun ini lebih dari setengah yang diharuskan.
Untuk 2020, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya 2,7 persen. Turun 0,3 poin dibandingkan perkiraan sebelumnya di angka 3,0 persen. Sementara untuk tahun ini, WTO memberikan kisaran perkiraan untuk pertumbuhan perdagangan hanya di kisaran 0,5-1,6 persen.

“Prospek suram untuk perdagangan mengecewakan, tetapi tidak terduga,” kata Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo dalam sebuah pernyataan, seraya mendesak anggota WTO untuk menyelesaikan pertikaian perdagangan dan bekerja sama untuk mereformasi WTO.
Pemangkasan perkiraan itu mencerminkan ekspektasi untuk ekspansi ekonomi global yang lebih lambat. Penyebabnya bukan hanya karena ketegangan perdagangan, tetapi juga karena faktor siklus dan struktural dan di Eropa ada ketidakpastian terkait Brexit.
BACA JUGA: Cek HUKUM, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.