Ceknricek.com — Ada satu orang anggota Dewan Pengawas (Dewas) TVRI yang menolak keputusan pemecatan Direktur Utama Helmy Yahya. Ia adalah Supra Wimbarti.
“Perlu saya sampaikan dari lima Dewas mungkin saya yang paling aneh. Karena saya satu satunya anggota Dewas yang melakukan dissenting opinion. Ada alasan tertentu,” kata Supra dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI, Jakarta, Selasa (21/1).
Menurut Supra, seharusnya Dewas TVRI menggali lebih lanjut poin-poin pembelaan yang disampaikan Helmy terkait pemecatannya. Ia meminta, Dewas TVRI memecat Helmy Yahya tak sekadar berdasar asumsi.
“Saya tidak ada maksud membela Helmy, tapi jernih daripada hasil rapat yang kami lakukan, pembelaan dari Helmy satu per satu saya challenge, mana buktinya, mana notulen rapatnya. Sampai saat ini saya belum mendapatkan hal-hal yang disampaikan dalam rapat kami,” kata dia.

Supra menjelaskan, soal utang Liga Inggris sebesar Rp27 miliar, ia memilih menelusuri dan mengidentifikasi pada Direktur Keuangan. Ia menilai, Dewas TVRI harus mengelaborasi alasan keterlambatan pembayaran tersebut.
Supra juga menganulir pernyataan empat dewas lainnya yang memprotes Liga Inggris. Ia menilai, Liga Inggris merupakan monster program atau killer program, di mana televisi lain tak berhasil membelinya. Ia menyebut banyak televisi swasta yang ingin membeli tapi tidak memiliki cukup banyak uang.
“Di situlah peran dari saudara Helmy Yahya bagaimana harga itu bisa sangat turun, itulah sebabnya saya mem-propose mbok digali lagi oleh Dewas,” ujar dia.
Dewas TVRI lain beranggapan, Liga Inggris akan menyebabkan potensi gagal bayar dan utang bagi TV publik itu. Namun, menurut Supra, berdasarkan keterangan, direksi dan Helmy, Liga Inggris tidak akan menimbulkan gagal bayar dengan negosiasi tertentu.
“Saya tidak bisa menceritakan karena saya bukan pembela mereka, tapi menurut saya itu harus di-explore lebih lanjut oleh Dewas, sebetulnya bagaimana,” ujar dia.
Supra juga menyangkal keberatan Dewas TVRI soal Kuis Siapa Berani. Dewas lain menyebut kuis tersebut sudah mencapai 200 episode. Namun, Supra menyebut, kuis tersebut baru sampai 56 episode.
“Ini kan menandakan bahwa masih ada miskomunikasi antara dewas dan dirut yang saya propose itu digali lagi sebelum ada keputusan akhir,” ujar dia.
Supra meminta anggota Dewas TVRI yang lain untuk melakukan musyawarah dengan Helmy Yahya soal tudingan yang dialamatkan. Namun sayangnya, pada rapat terakhir Dewas TVRI, usulan Supra ditolak oleh empat anggota dewas lainnya.

Baca Juga: Pengamat Penyiaran: Pemecatan Dirut TVRI Langkah Mundur Dewas
Tidak Ada Skema yang Jelas
Menyoal Liga Inggris, anggota Dewas TVRI Pamungkas Trishadiatmoko memaparkan, tidak ada skema pembayaran yang jelas dalam pembayaran hak siar Liga Inggris oleh TVRI. Ia juga mempersoalkan skema iklan hingga penempatan logo Mola TV pada tayangan Liga Inggris juga ia persoalkan.

“Kami konfirmasi, tidak ada surat permintaan resmi kepada Dewas mengenai program multiyears, bagaimana cara membayarnya, apakah ini sebuah kelalaian ketidakcakapan atau kesengajaan,” kata Pamungkas.
Lebih lanjut, Pamungkas menuding penayangan Liga Inggris itu berimbas pada terhambatnya dana dan program berita. Akibatnya, kata dia, acara tidak terselenggara secara maksimal.
“Karena sampai Juli dana (berita) sudah habis. Artinya sebagai TV publik, kami harus memberikan hak info publik, tayangan yang baik, tayangan yang mendidik, yang membangun wawasan kebudayaan. Ini menjadikan mengurangi nilai-nilai hak publik,” ujar dia.
Menunggu Keterangan Helmy Yahya
Keterangan yang disampaikan Dewas tidak sepenuhnya diterima oleh Komisi I DPR RI yang dalam rapat itu dipimpin oleh Abdul Kharis Almasyhari dari Fraksi PKS. Terlebih, Supra menyampaikan pendapat yang berbeda.

Di akhir rapat, Komisi I pun menyatakan telah mendengar keterangan tersebut. Kemudian, akan mendengarkan pula keterangan lebih lanjut dari Helmy Yahya terkait kemelut di TVRI tersebut.
Dalam keterangan persnya pekan lalu, Helmy mengakui, salah satu dasar pemberhentian dirinya yakni, mengenai pembelian hak siar siaran langsung Liga Inggris yang dinilai tidak tertib administrasi. Menurut Helmy, pembelian hak siar Liga Inggris bertujuan agar TVRI memiliki sebuah konten yang membuat semua orang menonton TVRI.
“Semua stasiun di dunia tentu ingin memiliki sebuah program killer content atau lokomotif konten yang membuat orang menonton. TVRI karena kepercayaan orang, karena jangkauan kami lima kali lipat dari TV lain, akhirnya kami mendapatkan kerja sama dengan Mola TV untuk menayangkan Liga Inggris, ” jelas Helmy.
BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini