Ceknricek.com –Kabar duka menerpa keluarga besar mantan Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Perdagangan RI, Almarhum Rachmat Saleh. Sang istri, Isyati Binti Prodjowidjojo, meninggal dunia Selasa (12/5/2020) pukul 13.16. Isyati menyusul kepergian sang suami yang wafat dua tahun lalu, 11 Februari 2018.

Menurut menantunya, Maman Suherman, sejak Rachmat Saleh wafat, Isyati sudah kurang sehat. Ke mana-mana memakai kursi roda. Maman bercerita, Jumat (8/5/2020) lalu mertuanya dilarikan ke Rumah Sakit Mayapada, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Tapi kemudian dibolehkan pulang, karena tidak ada gejala yang mengkhawatirkan.
“Ibu hanya diminta untuk mau makan lebih banyak,”kata Maman.
Namun, pada Hari Senin (11/5/2020), Isyati yang tepat di Hari Lebaran besok akan memasuki usia 85 tahun, tampak lemas sehingga dibawa kembali di rumah sakit. “Hanya berselang sehari, ibu pun menghembuskan napas terakhir. Dan saat ini, rombongan dalam perjalanan menuju pemakaman San Diego Hills,”tukas Maman.

Di mata Maman, ibu mertuanya adalah sosok yang sangat sederhana, penuh perhatian kepada anak cucu. Pokoknya, kata Maman, “Saya menjadi saksi betapa ini sosok yang sangat baik. Bersama bapak, ia betul-betul memanusiakan kami. Beliau tidak pernah marah apalagi membentak . Sangat halus. Semoga kepergiannya di bulan suci Ramadhan ini menjadi pertanda baik lapangnya alam kuburnya, dan mendapatkan tempat terindah di sisi Allah SWT.”
Maman pun berpesan kepada semua yang mengenal almarhumah, “Mohon dimaafkan kesalahan-kesalahan beliau. Sebagai manusia, ibu tentu tidak sempurna, karenanya sekali lagi mohon dibukakan pintu maaf atas kesalahan yang diperbuatnya, disengaja maupun tidak,” kata Maman, yang menikah dengan putri Rachmat Saleh – Isyati, Ratna Andjani.

Maman mengenang, beberapa waktu lalu ibu mertuanya mengundang anak cucu karena kangen, dan bercanda, “Eh saya mau ulang tahun lho, pada mau kasih apa?”. Ketika dibilang ultahnya jatuh pas Idul Fitri, ia tampak senang dan bahagia. Tapi takdir berkata lain, almarhumah dipanggil sehari setelah Nuzulul Quran.
Menurut Maman, mendiang adalah sosok yang mengajarkannya tentang kesederhanaan, keikhlasan dan memandang sama semua orang. Ia mengenang, saat adik-adiknya menikah di Sumedang dan Bandung, almarhumah sempatkan hadir, kerap berkunjung ke rumahnya di Jatibening, dan sosok yang tak pernah lupa menanyakan keadaannya sekeluarga.
“Yang tidak bisa saya lupa, tahun 1993 hampir setahun bayi pertama kami, kami memutuskan pindah rumah dan tak tinggal lagi bersamanya di Cilandak, ia melepas kami dengan air mata, bahkan sebelum mobil kami jalan, beliau berlari ke dalam rumah dengan menangis. Beliau kemudian rajin bersilaturahmi ke kami. Istri saya adalah anak bungsunya,”pungkas Maman.
BACA JUGA: Cek EKONOMI & BISNIS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini