Ceknricek.com — Nama Ketua DPD RI, La Nyalla Mattalitti menjadi salah satu dari delapan nama yang lolos tahap verifikasi Komite Pemilihan untuk calon Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2019-2023. Ia ingin memastikan Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional berjalan dengan baik.
“Niat saya masuk di PSSI itu ingin mengawal Inpres nomor 3 tahun 2019, sudah keluar sejak Januari 2019 namun tidak berjalan baik karena tidak dikawal,” kata La Nyalla seperti dikutip Antara, Kamis (17/10).
Sekadar informasi, dalam Inpres 3/2019 Presiden menginstruksikan 18 pihak–11 menteri, 2 pimpinan lembaga, sisanya pihak gubernur dan bupati/wali kota–untuk melakukan peningkatan prestasi sepak bola nasional dan internasional sesuai tugas, fungsi, dan kewenangannya masing-masing.
Bentuk dari peningkatan prestasi tersebut melalui pengembangan bakat, peningkatan jumlah dan kompetensi wasit dan pelatih sepak bola, pengembangan sistem kompetisi berjenjang dan berkelanjutan, pembenahan sistem dan tata kelola sepak bola, penyediaan prasarana dan sarana stadion sepak bola di seluruh Indonesia sesuai standar internasional dan training center sepak bola, dan mobilisasi pendanaan untuk pengembangan sepak bola nasional.
La Nyalla menilai saat ini Inpres itu tidak berjalan. Terbukti, prestasi tim nasional di level internasional hancur lebur. Terakhir, timnas gagal mendapatkan satu poin pun pada ajang kualifikasi Piala Dunia 2022, usai menderita empat kekalahan beruntun.
Menurut La Nyalla, salah satu masalah Inpres tersebut tidak berjalan karena tidak ada pihak yang mengawalnya. Adapun posisi dirinya sebagai Ketua DPD RI dianggap cukup untuk ikut mengawal Inpres tersebut. DPD RI bisa bekerjasama dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan BUMN yang ditransformasikan kepada anggota DPD RI sebanyak 136 orang di 34 Provinsi di seluruh Indonesia.
“Kalau 136 anggota DPD RI ikut mengawal maka sepak bola Indonesia akan maju. Salah satu tugas DPD RI adalah membangun daerah, termasuk sepak bola di daerah,” ujarnya.
Baca Juga: Ini 10 Nama yang Lolos Tahap Awal Bakal Calon Ketua Umum PSSI
Masuknya nama La Nyalla sebagai calon Ketua PSSI menuai polemik, mengingat tanggung jawab dirinya sebagai Ketua DPD. Meski demikian, La Nyala membantah hal tersebut. Ia malah berpendapat, organisasi PSSI akan semakin maju karena ada peran DPD RI dalam mengawal Inpres 3/2019.
“Pencalonan saya sebagai caketum PSSI tidak akan mengganggu kerja DPD RI, karena kami kolektif kolegial, siapa memimpin siapa. Kami saling kerjasama yang baik antara Pimpinan DPD dengan anggota DPD, bisa membaur,” ujarnya
“Saya tidak pernah daftar PSSI namun kehendak dari voters yang mendaftarkan, lalu saya diminta tanda tangan, alhamdulillah lolos. Saya sebenarnya masih Ketum PSSI karena belum pernah dicopot dalam Kongres PSSI, itu sebenarnya melanggar namun saya tidak mau mempermasalahkan,” tambahnya.
Rekam Jejak
Selain La Nyalla, Komite Pemilihan juga menetapkan tujuh nama calon lain yakni Aven Hinelo, Vijaya Fitriyasa, Bernhard Limbong, Fary Djemy Francis, Mochamad Iriawan, Rahim Soekasah, dan Beny Erwin. Ketua Komite Pemilihan PSSI Syarif Bastaman mengatakan, pihaknya mewacanakan agenda debat terbuka untuk para calon ketua umum PSSI 2019-2023.
“Semoga bisa disiarkan langsung di televisi. Dengan debat terbuka, masyarakat akan lebih mengenal siapa saja calon orang nomor satu di PSSI dan program-programnya. Namun itu nanti soal format acaranya saja bagaimana,” kata Syarif.
La Nyalla sendiri pernah menduduki jabatan Ketua PSSI pada periode 2015-2016. Ia terpaksa meletakkan jabatan karena tersandung kasus dugaan korupsi Kadin Jatim. La Nyala sempat mendekam di penjara selama tujuh bulan, dituntut jaksa enam tahun penjara, namun akhirnya dalam persidangan 17 Desember 2016 diputus bebas.
Baca Juga: Ketua DPD La Nyalla Mattalitti Punya Kekayaan Rp14,21 Miliar
Nama La Nyalla sudah mencuat sejak terpilih sebagai Ketua PSSI versi Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI) periode 2012-2016. Saat itu, PSSI sendiri sudah memiliki ketua melalui Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Surakarta 2011, yakni Djohar Arifin Husin.
Hal itu mengakibatkan adanya dualisme kepemimpinan di organisasi persepak bolaan nasional, yang membuat FIFA nyaris mengenakan sanksi. La Nyalla akhirnya benar-benar terpilih sebagai Ketua PSSI menggantikan Djohar melalui Kongres Luar Biasa PSSI Surabaya 2015.
FIFA akhirnya benar-benar menjatuhkan sanski untuk persepak bolaan Indonesia, setelah PSSI di bawah kepemimpinan La Nyalla dibekukan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi. Akibatnya, Indonesia sempat terasing dari turnamen internasional seperti Kualifikasi Piala Asia dan Piala Dunia.
Sanksi FIFA berlangsung dari 30 Mei 2015 hingga 13 Mei 2016. Indonesia baru bisa kembali di ajang internasional pada Piala AFF 2016 19 November-17 Desember.
La Nyalla bukan orang pertama di PSSI yang pernah masuk penjara. Ketua PSSI dua periode, Nurdin Halid (2004-2011) juga pernah memimpin PSSI dari balik penjara setelah tersandung kasus korupsi minyak goreng dalam statusnya pemimpin Koperasi Distribusi Indonesia pada 2007.
BACA JUGA: Cek Berita AKTIVITAS PRESIDEN, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.