Ceknricek.com – DALAM situasi masyarakat yang sedang bergejolak, puasa bisa menjadi sarana untuk menahan emosi dan menjaga persaudaraan. Dan puasa bukan hanya milik agama Islam tapi juga agama-agama lain.
Ketua ICMI Jimly Asshidiqie menyatakan bahwa puasa diajarkan banyak agama. “Puasa dilakukan sejak umat terdahulu supaya kita mencapai derajat takwa,” kata Jimly dalam acara buka puasa di rumah dinas Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, di Jl. Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (30/5).
Jimly menyatakan tradisi buka puasa bersama menjadi sarana untuk mempersatukan bangsa. Karena itu, tradisi positif tersebut dipelihara. Dalam buka puasa di rumah Puan Maharani tersebut, hadir pula berbagai tokoh agama selain Islam.
Acara tersebut juga sekaligus menghidupkan kembali Majelis Reboan yang menjadi sarana berkomunikasi banyak kalangan serta melibatkan tokoh-tokoh berbagai agama. Kebebasan berpikir untuk saling asah gagasan menjadi keutamaan Majelis Reboan yang kala itu disponsori Gus Dur dan Cak Nur atau Nurcholis Madjid.
Jimly menyatakan bahwa ada realitas pluralisme di Indonesia yang harus diakui semua pihak. “Gara-gara media sosial kita terbelah. Kita perlu menghidupkan lagi tradisi dialog,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Puan Maharani menyatakan tradisi kebersamaan perlu dihidupkan lagi. “Harapan kita semua adalah segala keberagaman Indonesia ini dapat terus dipelihara,” kata Puan saat memberi sambutan.
“Semoga dengan acara ini, sambil buka puasa bersama, kita tandai pula kebangkitan Majelis Reboan selaku pemelihara keberagaman Indonesia,” kata Puan.
Pdt. Rasid Rahman menyatakan sejak abad 3 Masehi puasa sudah dikenal di Kristen. “Puasa tidak berdiri sendiri. Yesus mengajarkan pula tentang sedekah, doa dan berbagi makanan untuk sesama. Kita juga diajarkan untuk makan secukupnya,” ujarnya.
Di Kristen, puasa bersifat personal dan sukarela. Gereja memberi bimbingan. “Makanan dan pantangan ditentukan sendiri. Misalnya dengan makan makanan yang murah. Lalu kelebihan uang dipakai untuk membantu orang yang membutuhkan,” katanya.
Romo Benny Susetyo menyatakan agama Katolik juga mengenal puasa. Antara lain puasa 40 hari menjelang masa pra Paskah. “Puasa dilakukan dengan tidak makan apa yang biasanya disukai. Uang yang dihasilkan dari penghematan lalu disumbangkan kepada orang lain.”
“Puasa adalah bentuk pengendalian diri. Puasa bagian dari bela rasa terhadap seluruh umat beragama,” katanya. Pada prinsipnya puasa tak mengenal waktu. “Yang penting diikuti perubahan sikap dan perilaku.”
Dalam kesempatan itu, para tokoh agama lain seperti Budha, Hindu dan Kong hu cu juga menceritakan tentang tradisi puasa dalam agama masing-masing. Secara umum puasa merupakan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan dan sarana untuk meningkatkan kepedulian kepada orang lain.
Ketua Forum Kerukunan Antar Umat Beragama, Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet, menyatakan bahwa puasa bisa menjadi sarana pengendalian diri. “Melaksanakan hubungan manusia dengan Tuhan dan persaudaraan antar manusia dengan baik. Puasa bisa menjadi sarana untuk menjaga perilaku untuk selaku bertutur dan berperilaku secara baik.”
Acara buka puasa dihadiri pula
Wakapolri Syafruddin; Ketua Wantimpres Sri Adiningsih; anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto. Hadir pula pegiat Majelis Reboan antara lain Hajrianto Thohari, Aristides Katoppo, dan Yenny Wahid.