Ceknricek.com — Pada era pemerintahan Hitler (1889-1945), dikenal salah satu tokoh penting dari partai Nazi di Jerman yang kelak melakukan kampanye propaganda besar-besaran untuk memenangkan loyalitas dari masyarakat Jerman kepada sang Fuehrer. Dialah Joseph Goebbels yang menjabat sebagai Menteri Propaganda dan memegang kendali semua media komunikasi di Jerman: dari surat kabar, seni, musik, film, hingga radio.
Lelaki yang lahir hari ini 122 tahun yang lalu, tepatnya 29 Oktober 1897, memulai kariernya sebagai seorang novelis dan secara perlahan masuk dalam tampuk kekuasaan Nazi. Bahkan jelang akhir hayatnya ia sempat diangkat sebagai kanselir, orang nomor satu di Jerman.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut kiprah Joseph Goebbels sebagai Menteri Propaganda Nazi Jerman.
Masa Muda Goebbels
Paul Joseph Goebbels lahir pada 29 Oktober 1897 di Rheydt, sebuah kota industri di selatan Moenchengladbach, dekat Dusseldorf. Goebbels lahir dari keluarga yang sederhana, dan merupakan penganut Katolik Roma.
Dia merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Sejak kecil, kondisi Goebbels lemah. Antara lain dia menderita peradangan di paru-parunya dan kakinya mengalami kecacatan akibat penyakit polio.
Pada masa kecilnya Goebbels dididik di Gimnasium Katolik, dan termasuk murid dengan kemampuan cemerlang. Dirinya dengan cepat menyelesaikan Abitur (ujian masuk universitas) pada tahun 1917.
Orangtua Goebbels sebenarnya menginginkannya agar menjadi pastor, dan dia juga sempat mempertimbangkannya secara serius. Namun, ketika dia belajar sejarah dan literatur di Universitas Bonn, Wuerzburg, Freiburg, dan Muenchen, Goebbels mulai menjauhkan diri dari gereja.
Setelah meraih gelar doktor pada 1922, Goebbels bekerja sebagai wartawan, penulis, dan sempat bekerja di bagian administrasi bank hingga tahun 1923. Ia pun pernah menulis beberapa sajak, puisi romantis, dan beberapa novel, salah satunya berjudul Michael: ein Deutsches Schicksal in Tagebuchblattern, pada 1926.

Dari karya-karya seninya, Joseph Goebbels memperlihatkan adanya kerusakan psikologis akibat keterbatasan fisiknya. Sehingga ia menciptakan karyanya selalu berlawanan dengan sifat dirinya. Seperti dalam karya Michael, ia membuat tokoh khayalan yang memiliki fisik sempurna dan tak terkalahkan bak seorang pahlawan.
Joseph Goebbels bukanlah sastrawan yang sukses, karya-karya puisi dan sajaknya tidak pernah ditampilkan dalam panggung kesenian, bahkan karya novelnya sering kali ditolak oleh penerbit buku.
Dirinya juga sempat ingin menjadi tentara, namun hal itu terlihat sulit untuk terwujud, lantaran keadaan fisiknya. Pada masa-masa keterpurukan itu, Joseph Goebbels banyak membaca buku-buku politik.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Hitler Menjadi “Fuhrer”, Pemimpin Absolut Jerman
Pandangannya banyak dipengaruhi oleh Friedrich Nietzsche, Oswald Spengler, dan yang paling besar berasal dari Houston Stewart Chamberlain. Houston adalah salah seorang pelopor paham anti-Semit dan penulis buku The Foundation of the Nineteenth Century, yang menjadi buku acuan bagi kaum ekstrem kanan di Jerman.
Bergabung dengan Nazi
Ketertarikan Goebbels dengan Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman (Nazi) dan Adolf Hitler mulai terjadi pada 1924. Ketika itu, Hitler diadili atas tuduhan pengkhianatan setelah dia gagal melakukan kudeta dalam peristiwa Beer Hall Putsch pada 8-9 November 1923.
Persidangan itu diliput oleh banyak media massa, dan memberikan keuntungan bagi Hitler untuk menyebarkan propaganda. Hitler kemudian divonis lima tahun penjara. Namun, dia kemudian dibebaskan pada 20 Desember 1924.

Goebbels lalu memutuskan bergabung dengan Nazi karena terpesona oleh kharisma Hitler, dan berkomitmen atas apa yang diyakininya. Di musim gugur 1924, Goebbels dilantik sebagai pejabat distrik Nazi. Dua tahun kemudian, Hitler mengangkatnya sebagai Pemimpin Distrik Berlin.
Pada 1927, Goebbels mendirikan Der Angriff, atau Serangan. Sebuah tabloid mingguan nasional sosialis. Prestasi itu membuat Hitler melantiknya sebagai Direktur Nasional untuk Urusan Propaganda Partai Nazi.

Setelah mengisi jabatan tersebut, Goebbels mulai menciptakan kisah-kisah yang mengangkat pamor Hitler sehingga mendorong rakyat untuk mendukung Nazi.
Setiap hari, aktivitas yang dilakukan Goebbels adalah mendesain poster, mempublikasikan propaganda, menghasut perkelahian jalanan, hingga meningkatkan agitasi politik.
Baca Juga: Mengenang Goethe: Sastrawan Terbesar Jerman
Goebbels mengontrol propaganda itu di seluruh bentuk media massa; surat kabar, radio, film, teater, literatur, musik, hingga karya seni. Kepiawaiannya membuat Goebbels ditakuti, terutama oleh kalangan Yahudi.
Tahun 1932, atas perintah Hitler, ia kemudian mengatur boikot kepada para pengusaha Yahudi. Tahun berikutnya, dia memimpin pemusnahan buku yang dianggap “tidak menunjukkan sisi Jerman”. “Era intelektualisme ekstrim Yahudi telah usai,” kata Goebbels.
Perang Dunia II dan Kematian
Selama Perang Dunia II (1939-1945) kemampuan Goebbels dalam berpropaganda memberikan dampak signifikan pada pemerintahan Nazi, Jerman. Pidato dan orasinya mampu membangkitkan semangat dan kemenangan untuk Jerman.
Namun situasi ini tidak berlangsung lama. Kondisi berubah cepat ketika Sekutu berhasil menginvasi Italia pada Juli 1943. Uni Soviet memenangkan pertempuran Kursk, dan sekutu terdekat Hitler, Benito Mussolini dipaksa mundur sebagai Perdana Menteri Italia pada Juli 1943.
Goebbels pun mulai menyadari bahwa perang tidak akan dimenangi oleh Jerman. Sementara itu, tugasnya sebagai Menteri Propaganda untuk mendorong rakyat Jerman berusaha lebih gigih lagi membela negara mereka semakin tidak efektif dalam membangkitkan moral pasukan.
Baca Juga: Mengenal Hannah Arendt, Teoritikus Politik Terkemuka dari Jerman
Dari sinilah ia lalu memberikan penawaran kepada Hitler untuk melakukan perdamaian kepada Soviet dan Inggris secara terpisah. Sudah tentu saja Hitler menolak mentah-mentah dua proposal tersebut. Hitler lebih memilih mati bunuh diri pada 30 April 1945 dengan cara menembak kepalanya sendiri.
Tampuk kekuasaan kemudian pindah ke tangan Goebbels terhitung dari 1 Mei 1945. Namun ia pun ikut menyusul sang Fuhrer setelah mendiktekan surat kepada Jenderal Vasily Chuikov, komandan Soviet di Berlin terkait kematian Hitler.

Ia bersama istrinya Magda Goebbels memilih menembak diri masing-masing setelah sama-sama menenggak racun sianida di ruangan bawah tanah agar tidak terlalu menderita. Sebelumnya mereka juga telah membunuh enam anaknya dengan cara menyuntikkan morfin agar tertidur lelap dan memberikan racun sianida kepada mereka setelah tertidur.
BACA JUGA: Cek BUKU & LITERATUR, BeritaTerkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.