Ceknricek.com — Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, melepas secara simbolis perjalanan Kereta Bandara (KA) dari Stasiun Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu pekan lalu. Pelepasan ini merupakan bagian dari soft launching KA Bandara di Manggarai dan mulai dioperasikan melayani penumpang. Kini, makin banyak pilihan moda untuk menuju bandara.
KA Bandara Soekarno-Hatta adalah kereta eksekutif. Naik KA ini jelas lebih nyaman dibanding dengan KRL Jabodetabek, misalnya. Tak ada desak-desakan. Kereta bersih. AC dingin. Kursi empuk.
Sayang, tarif KA Bandara terasa mahal. Dari Stasiun Mangarai ke Stasiun BNI City yang jaraknya hanya selemparan baru dikenai tarif Rp35.000. Tarif yang sama untuk Manggarai-Stasiun Duri atau Stasiun Batu Ceper. Tarif lebih mahal lagi, yakni Rp70.000 untuk ke Stasiun Bandara Soetta.

Untunglah sejak 5-31 Oktober, PT Railink menerapkan diskon lumayan tinggi. Tarif Manggarai-Stasiun BNI City, hanya Rp10.000. Manggarai-Stasiun Duri Rp15.000 dan Manggarai-Stasiun Batu Ceper Rp20.000. Sedangkan Manggarai-Bandara Soetta Rp40.000.
Pembelian tiket KA Bandara dapat dilakukan di stasiun, bisa juga secara online melalui banyak kanal, seperti Aplikasi Railink, web reservasi, Traveloka, Bukalapak, dan KAI Access dengan manfaat promo yang beragam.
Diskon sengaja ditebar, dengan harapan bisa memancing penumpang lebih banyak lagi. Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengharapkan ada peningkatan keterisian penumpang (okupansi) menjadi 60%.

Okupansi KA bandara sejauh ini memang masih sangat rendah. Sejak Januari hingga September 2019, rerata penumpang masing-masing mencapai 3.500 per hari dan okupansi sekitar 22%.
Direktur Utama Railink, Mukti Jauhari, berjanji akan lebih gencar promosi. “Dari dua hari kemarin, khusus relasi Stasiun Manggarai rerata masih di 3% dari total seat yang ada per hari,” urai VP Commercial PT Railink, Fitri Kusumo Wardhani, Senin (7/10).
Rinciannya, pada 5 Oktober, berangkat Manggarai sebanyak 527 penumpang. Tujuan Manggarai 519 penumpang. Kemudian 6 Oktober berangkat Manggarai sebanyak 591 penumpang, dan tujuan Manggarai 741 penumpang.
Fleksibel
Pastinya, dengan beroperasinya KA Bandara dari Stasiun Manggarai ini semakin banyak pilihan moda untuk menuju Bandara Soekarno-Hatta baik itu dari segi moda transportasinya maupun lokasinya.
Kini, dengan beroperasinya Stasiun Manggarai-Bandara Soetta, masyarakat dari Bogor, Bekasi, dan Depok yang ingin menuju Bandara Soetta bisa mengakses KRL ke Stasiun Manggarai, kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan KA Bandara.
Baca Juga: Tiket KA Bandara Soekarno-Hatta Diskon Hingga 57 Persen
Selain itu, pengguna KRL Jabodetabek bisa mengakses kereta api bandara untuk turun ke Stasiun Sudirman Baru, dan Stasiun Duri dengan fasilitas kereta tempat duduk eksekutif. Jika naik KRL mungkin akan berdiri, dengan KA Bandara ada pilihan untuk menikmati perjalanan kereta eksekutif ke Stasiun Sudirman maupun Duri.
Perjalanan dari Stasiun Manggarai dalam satu hari melayani 34 perjalanan atau 68 perjalanan (PP). KA ini melayani 5 stasiun yaitu Stasiun Manggarai, Stasiun BNI City, Stasiun Duri, Stasiun Batu Ceper, dan Stasiun Bandara Soekarno-Hatta.
Kereta setiap hari dari Stasiun Manggarai beroperasi mulai pukul 05.10 WIB hingga 21.40 WIB. Untuk dari Stasiun Soekarno-Hatta mulai pukul 06.07 WIB sampai dengan 22.37 WIB.
Dari jumlah perjalanan tersebut masyarakat jadi fleksibel dalam waktu keberangkatan menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Kurang Peminat
Pembangunan KA Bandara Soetta memakan biaya sekitar Rp5 triliun dari awal pembangunan, pembebasan lahan, hingga konstruksi. Anggaran pembangunan diperoleh dari dana patungan PT KAI yang merupakan induk usaha operator bandara yakni PT Railink, dan PT Angkasa Pura II (Persero) yang menyediakan anggaran sekitar Rp3,3 triliun. KA Bandara tersebut sudah beroperasi dan pertama kali diujicoba pada 28 November 2017.

Sayangnya, kehadiran KA bandara kekurangan peminat. Setidaknya begitu hasil kajian Institut Studi Transportasi pada awal tahun lalu. Load factor atau okupansi KA Bandara hanya 22% dari ketersediaan ideal harusnya 60%.
Hingga November 2018, PT Railink mencatat okupansinya pada hari biasa sekitar 2.700-3.000 penumpang, hari Jumat 4.700-5.000 penumpang dan akhir pekan sekitar 2.000-2.500 penumpang. Jika diambil angka terbanyak di 5.000 orang, okupansinya hanya sebesar 26%. Okupansi itu masih jauh dari harapan.
Padahal setiap hari pergerakan penumpang di Bandara Soetta mencapai 150.000 orang di hari kerja. Sementara di akhir pekan dan hari libur bisa mencapai 200.000 orang.
Integrasi
Kereta api merupakan sarana transportasi yang tidak bisa beroperasi sendiri dalam melayani penumpang. Menurutnya, dibutuhkan moda transportasi penunjang untuk menarik minat masyarakat agar bersedia menggunakan.
Kereta api harus bisa berintegrasi dengan moda transportasi yang lain guna meningkatkan pelayanan. Kalau integrasi tidak berjalan, maka menjadi tidak menarik bagi penumpang.
Pembangunan skybridge, misalnya, mampu menghubungkan jalur penumpang antar relasi kereta maupun moda transportasi. Bentuk integrasi tidak hanya berupa fisik, seperti bangunan jembatan penghubung. Namun, perlu dihubungkan juga faktor lain seperti jadwal keberangkatan maupun sistem tiket antar moda transportasi tersebut.
BACA JUGA: Cek EKONOMI & BISNIS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.