Ceknricek.com — Direktorat Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (kemenkes) memastikan sampai saat ini belum ditemukan kasus “monkeypox” (cacar monyet) di Indonesia. Kepastian itu disampaikan Dirjen P2P Kemenkes Anung Sugihantono di Jakarta, Minggu (12/5).
Menurut Anung, Monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). “Penularan pada manusia terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia dan tupai, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi,” ujarnya.
Anung menjelaskan, penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus. Dia melanjutkan, inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus). Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.
Masa inkubasi monkeypox biasanya 5 hingga 16 hari atau 5 hingga 21 hari. Anung mengungkapkan, gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.
Ruam pada kulit muncul pada wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras.
“Biasanya diperlukan waktu hingga tiga minggu sampai ruam tersebut menghilang,” ungkap Anung.
Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 sampai 21 hari. Dia melanjutkan, kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian bervariasi, tetapi kurang dari 10 persen dari kasus yang dilaporkan. Anung mengungkapkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak.
Foto: The Star
Monkeypox hanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laboratorium. Penyakit tersebut tidak memiliki pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus monkeypox. “Pengobatan simptomatik dan supportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul,” ujar Anung.
Sebelumnya, pemerintah Singapura mengonfirmasi kasus infeksi moneypox atau cacar monyet pertama. Satu orang yang terinfeksi berasal dari Nigeria. Pasien itu adalah seorang Nigeria berusia 38 tahun yang tiba pada 28 April dan dinyatakan positif terkena virus pada 8 Mei.