Ceknricek.com — Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memastikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam serangkaian ledakan yang terjadi di sejumlah gereja dan hotel di Sri Lanka pada Minggu (21/4).
Dilansir laman website, kemenlu.go.id, juru bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir mengatakan seorang warga Indonesia berinisial KW dilaporkan sempat berada di Hotel Shangri-La di Colombo, salah satu lokasi kejadian, namun pihak Kedutaan Besar RI di Kolombo mengungkapkan bahwa WNI tersebut dalam keadaan selamat.
“Yang bersangkutan dalam keadaan selamat dan sudah dievakuasi oleh aparat keamanan Sri Lanka,” ujar Arrmanatha Nasir.
Selain KW, beberapa WNI lainnya yang menginap di Hotel Shangri-La dilaporkan tak berada di lokasi saat kejadian.
KBRI Kolombo terus memantau perkembangan situasi, termasuk kondisi WNI di sekitar lokasi kejadian dan berkoordinasi dengan otoritas setempat. Pihak perwakilan juga menyediakan saluran siaga di nomor +94 77 277 3123 bagi WNI yang terimbas kondisi ini.
Sampai saat ini, jumlah korban meninggal akibat ledakan bom di sejumlah gereja dan hotel di Sri Lanka dilaporkan mencapai 156 orang, 36 di antaranya adalah warga negara asing. Selain korban meninggal, lebih dari 400 orang menderita luka-luka dalam peristiwa tersebut.
Sumber: Reuters
Di Gereja St. Sebastian yang menjadi salah satu sasaran ledakan, kepolisian menyebutkan korban meninggal mencapai 50 orang. Sementara di sebuah gereja di Batticaloa, media melaporkan 25 orang juga meninggal.
Selain rumah ibadah yang diisi jemaat yang tengah memperingati Paskah, ledakan juga terjadi tiga hotel di Kolombo yakni Hotel Shangri-La, Kingsbury, dan Hotel Cinnamon Grand. Belum dilaporkan apakah ada kerusakan di hotel tersebut.
Tujuh Terduga Pelaku Ditangkap
Tujuh orang terduga pelaku ditangkap. Pemerintah mengumumkan jam malam di Kolombo, dan memblokir akses ke media sosial dan situs pesan seperti Facebook dan WhatsApp. Belum jelas kapan peraturan jam malam ini akan dicabut.
Secara keseluruhan, kami memiliki informasi 207 orang meninggal dari semua rumah sakit. Dari rumah sakit kami juga mendapat informasi 450 orang mengalami luka, kata Jubir kepolisian setempat Ruwan Gunasekera.
Ini menjadi serangan besar pertama dalam 10 tahun terakhir sejak berakhirnya periode perang saudara. Sejumlah petugas berpendapat serangan bom ini merupakan bom bunuh diri.