Ceknricek.com — Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkenalkan “Tobarium”, yaitu parfum dari Sumatera Utara yang diakui dunia. Dilansir laman Instagram @kementerianlhk, Senin (6/5), parfum “Tobarium” berasal dari resin kemenyan merupakan komoditas hasil hutan bukan kayu utama di Sumatera Utara. Komoditas ini menurut Kementerian KLHK, memiliki sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah.
Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK, Sylvana Ratina, di Simalungun, mengatakan salah satu produk unggulan yang merupakan olahan dari resin kemenyan yakni parfum kemenyan tobarium.
“Produk inovasi dari olahan dari Kemenyan, hasil hutan bukan kayu utama di daerah ini akan diikutkan pada Indonesia Innovation Day (IID) di Jerman bulan Juni mendatang,” ujar Sylvana.
Foto: Doc. Kementerian KLHK
Sylvana menjelaskan, ide dasar pengembangan parfum Kemenyan mempertimbangkan manfaat multi-dimensi kemenyan sebagai sumber penghidupan, dan perkembangan sosial budaya dan peradaban di wilayah tersebut.
“Diperlukan upaya yang berkesinambangunan untuk menjaga produktivitas pohon kemenyan serta peningkatan nilai tambah produk olahannya,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Balai Litbang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli, Pratiara, memaparkan bahwa kemenyan merupakan getah atau resin yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp) melalui proses penyadapan.
“Parfum kemenyan berbeda dibandingkan pewangi yang banyak beredar di pasaran, tidak mengandung alcohol high concentrate sehingga bertahan lama. Selain wangi, parfum juga dapat digunakan untuk aromaterapi dan penyegar,” ujar Pratiara.
Menurut Pratiara, parfum yang merupakan hasil penelitian oleh peneliti Balai Litbang LHK Aek Nauli, Cut Riziani Cholibrina ini, dibuat dengan mempertimbangkan gradasi aroma sesuai dengan lepasnya partikel masing-masing minyak atsiri penyusun. Wangi parfum ini begitu berkelas, tahan lama dengan sensari aroma yang berbeda sepanjang waktu.
“Parfum kemenyan saat ini telah tersedia dalam 7 (tujuh) varian aroma yakni Rizla (floral fresh), Riedh (floral fruit), Jeumpa (cempaka), Azwa (woody), Aphis (green oceanic), Tiara (oriental), dan Sylva (forest),” kata Pratiara.