Ceknricek.com–Sungguh bukan hanya satu jalan ke Roma! Asal bersedia melangkah dan punya uncang tebal (sekitar 6 juta dolar), maka tidak terlalu sulit untuk membuka lorong-lorong lain untuk mencapai ke kota idaman.
Dengan bantuan Tim Jorge, yang oleh koran Bahasa Inggris Israel Haaretz dituding, “Tidak punya akhlaq, tidak punya perasaan bersalah atau menyesal dan tidak mengenal batas,” artinya bersedia dan mengaku mampu beroperasi di mana saja.
Tim Jorge ini berkantor di Modi’in, Israel.
Sebagai hasil dari investigasi yang dilakukannya bersama berbagai media internasional lainnya (kabarnya ada juga dari Indonesia yang ikut serta), Haaretz mengungkapkan banyak kisah yang mungkin saja bagi sementara orang sudah merupakan “lagu lama”, namun bagi sebagian lainnya dapat membuat mereka terangguk-angguk tidak percaya.
Haaretz memulai kisah pembongkaran hasil investigasi itu dengan menuturkan bagaimana salah seorang anggota Tim Jorge menerima telepon dari seseorang yang tidak mau menyebutkan namanya. Sang penelpon berada di Paris, Prancis.
Sang penelpon mengaku mewakili seseorang lainnya yang dikatakannya tidak sudi apabila rencana pemilihan umum di negara Chad, Afrika, jadi dilangsungkan.
“Pemilu di Chad jangan hendaknya sampai terlaksana,” kata sang penelpon yang mengaku mewakili seorang pengusaha terkemuka dari Prancis, tanpa menyebutkan alasan menentang pemilu tersebut.
Anggota Tim Jorge itu menanyakan apakah penelpon itu memiliki nomer telpon kalangan di Chad yang menentang pemilu itu karena alasan mereka sendiri atau nomer-nomer telepon para perwira tinggi militer Chad.
Tim Jorge mengaku punya kelihaian untuk meretas (membobol) berbagai perangkat elektronik, memfitnah seseorang atau sesuatu organisasi, mampu meretas dan membocorkan hal-hal yang benar maupun yang akal-akalan alias hoaks, mampu mengatur siasat untuk mempengaruhi hasil suatu pemilihan, misalnya dengan mencegah golongan-golongan tertentu ikut memberi suara alias menjadi golput, dan macam-macam kecurangan lainnya.
Misalnya dalam persoalan pemilu di Chad itu, Tim Jorge dapat menimbulkan kebakaran di sebuah pasar, yang kemudian bisa dijadikan alasan adanya keadaan darurat, hingga pemilu harus atau perlu ditunda, entah sampai kapan.
Berdasarkan apa yang sempat dipantaunya dari khazanah arsip Tim Jorge, koran Haaretz, menulis sebagai berikut:“Tim Jorge berada di belakang serangan siber dalam tahun 2019 terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat dari sebuah negara yang kami simpulkan adalah Indonesia, sebulan sebelum pemilu di sana. Suatu tangkapan layar kemudian tampil dalam mana tertera nama KPU yang terpantau. Di bawah tangkapan layar itu tertulis “Pada Hari Pemilu di Asia Tenggara,”.
Jorge kemudian menjelaskan bahwa demi alasan politik “klien” mereka meminta agar dikesankan sebagai pihak yang berseberangan dengan Tiongkok. Karenanya mereka melancarkan “serangan,” katanya, “Dan kami menunjukkan bahwa semua kiriman tentang serangan itu pada halnya datang dari Tiongkok.”
Menurut koran Israel Haaretz, dalam bulan Maret 2019, sejumlah media, termasuk Blooomberg melaporkan tentang “serangan Tiongkok-Rusia” terhadap sistem komputer KPU.
Berikut laporan dalam Bahasa Inggeris sebagaimana ditulis oleh koran Haaretz.
(According to the clip, Jorge was behind the 2019 cyber attack against the central elections committee of a country that we identified as Indonesia, about a month before a general election there. A spliced screenshot appeared in which the caption KPU (the name of Indonesia’s elections committee) was visible. Below the image was the caption “During S.E. Asian Election Day.” Jorge accompanied the slide with an explanation that for political reasons his client had requested to be seen as an adversary of China. So they launched an offensive, he said, “and we showed that all the traffic – everything came from China.”In March 2019, several media outlets (including Bloomberg) reported on a “Chinese-Russian” attack against the elections committee’s computer system.)
Menurut koran Haaretz, siasat menimpakan tudingan ke pihak lain itu ( bukan Tiongkok dan Rusia – penulis) sebagiannya cukup berhasil. Menurut pakar keamanan informasi yang dimintai jasanya oleh KPU dikutip keterangannya oleh koran Inggeris The Guardian, sebagai mengatakan, “Pesan-pesan (serangan itu?) memang tampaknya sebagian besar berasal dari Tiongkok dan Rusia. Namun, begitu ditambahkannya: “Sangat boleh-jadi sebagian terbesar dari serangan (siber?) tersebut tampaknya adalah ulah dari para peretas (hacker) lokal (dalam negeri). Mereka hanya memanfaatkan “batu loncatan” dari Tiongkok dan Rusia untuk menutupi jejakllangkah mereka.
Menurut koran Haaretz Tim Jorge memang sangat piawai dalam “menjajakan” kemampuan mereka. Para kliennya (yakni pihak-pihak yang meminta bantuan Tim Jorge) bisa ternganga mendengar berbagai kelihaian dan kemampuan mereka: serangan siber; kampanye disinformasi lintas negara; pemalsuan dokumen; kriminalisasi lawan politik; penyebar-luasan laporan-laporan palsu; pencurian dokumen-dokumen perbankan.
Masing-masing “perkakas” itu adalah alat yang dapat digunakan demi mematahkan perlawanan terhadap langkah politik, atau untuk sekadar melumpuhkan lawan politik, atau bahkan lawan pribadi atau lawan dalam bisnis. Kata koran Haaretz Tim Jorge sama sekali tidak pandang bulu siapa yang dibantunya, asalkan mampu bayar.
Tim Jorge mengaku pernah mencampuri “kampanye dari 33 pilpres” di seluruh dunia, “kampanye di 27 negara di antaranya berhasil baik”.Untuk mengesankan bakal-kliennya Tim Jorge dapat mendengarkan pembicaraan-pembicaraan antara para anggota kabinet, misalnya di Kenya dan Mozambique, Afrika, dan menunjukan akun elektronik mereka dan pesan-pesan Telegram mereka.
Tim Jorge juga mampu mendongkrak nilai cryptocurrency hingga menyesatkan banyak orang awam.Tim Jorge juga punya kelompok “avatar” (orang-orang dengan identitas palsu) yang bergerak di medsos, yang mampu menyebar-luaskan desas-desus, gangguan terhadap seseorang atau kelompok, merusak nama baik atau memuji setinggi langit – pokoknya terserah kehendak pemesan asalkan ada “cuan”.
Awalnya, kata Haaretz, Tim Jorge – dalam hal ini pimpinannya – sangat hati-hati ketika diajak bicara. Pimpinan Tim Jorge itu lebih suka menggunakan nomer telepon Indonesia, dan kalau ditanya, ia akan menyangkal beroperasi dari Israel.
Ketika ditanya apakah dia tidak cemas karena melancarkan operasinya dari bumi Israel, pimpinan Tim Jorge itu mengatakan, “Segala itu tidak relevan, karena kami bukan warga Israel dan teknologi (terlaknat!) yang kami manfaatkan adalah dari Jawa Selatan. Sebenarnya kami punya kantor di Indonesia, kalau anda tertarik. Jadi tolong kabari kapan anda akan datang.” Dan dia mengakhiri pembicaraan telpon itu dengan ucapan “Selamat malam” dalam Bahasa Indonesia.
Akhirnya dengan susah payah koran Haaretz berhasil membongkar identitas pimpinan Tim Jorge. Dia adalah Tal Hanan, seorang warga Israel berusia 50-tahun yang bermukim di Modi’in, Israel.
Menurut koran Haaretz, para wartawan dari berbagai koran serta media lainnya, termasuk dari Indonesia, telah meneliti benar-tidaknya segala “gembar gembor” Tim Jorge. Celakanya banyak dari gembar gembor mereka ternyata dapat dibuktikan kebenarannya. Wallahu a’lam
Kekhawatiran Koran Jakarta Post
Dalam tajuk rencana edisi tanggal 27 Juli-nya, koran Bahasa Inggeris ibukora The Jakarta Post – yang semboyannya adalah “Masih Pemberani Sangat Teguh Mandiri”, mengingatkan “kalau Indonesia ingin memelihara apa-apa yang masih tersisa dari demokrasinya yang mulai luntur, maka perlulah Indonesia terus memelihara agar partai-partai politiknya tetap sehat, lewat sistem demokratis yang memungkinkan pertarungan yang sehat untuk merebut kekuasaan di kalangan kelompok-kelompok yang saling bertarung dalam batang tubuh partai-partai tersebut.
Sayangnya, sistem seperti itu tidak selamanya ampuh, gegara kukuhnya bercokol jual beli suara (clientelism) dalam percaturan politik di Indonesia. Bagaimana pun, setidaknya sampai baru-baru ini, di Indonesia masih terdapat persaingan yang sehat dalam batang tubuh partai-partai politik, sementara campur tangan negara (pemerintah?) seandainya pun ada, terbilang sangat kecil.
Karenanya kami (koran The Jakarta Post) sungguh sangat prihatin gegara krisis kepemimpinan dalam batang tubuh Partai Golkar, yang telah menampakkan banyak tanda-tanda campur tangan negara. Ditilik dari berbagai segi ini sangat menggelisahkan, khusus karena terjadi hanya beberapa bulan menjelang pemilu.”
Begitu dikatakan koran ibukota berbahasa Inggeris The Jakarta Post.
Dan semoga saja segala kasak kusuk dalam batang tubuh Golkar yang pernah menjadi partai terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia itu tidak ditunggangi oleh oknum-oknum seperti Tim Jorge yang dalam operasinya tidak memperdulikan petaka yang dapat ditimbulkannya, asalkan uang masuk ke dalam uncangnya. Semoga.#