Ceknricek.com — Kerusuhan di penjara Shwebo di wilayah Sagaing, Myanmar, Rabu (8/5) malam, menewaskan empat tahanan. Insiden terjadi setelah pemerintah Myanmar memberikan amnesti kepada 6.000 tahanan, termasuk dua wartawan Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo.
Dilansir AFP, Jumat (10/5), Menteri utama wilayah Sagaing, Myint Naing mengatakan para narapidana itu menuntut untuk hak yang sama dan mereka menjadi anarkis.
Myint menyebut empat tahanan dilaporkan tewas selama kerusuhan, namun dia tidak menjelaskan secara rinci bagaimana mereka meninggal.
Sumbe : The Telegraph
Sementara, juru bicara militer Myanmar, Zaw Min Tun, mengatakan para pejabat untuk urusan perbatasan telah dikumpulkan untuk mengendalikan situasi.
“Kami mendengar ada beberapa kali suara tembakan. Kami juga menerima laporan tentang kerusuhan yang juga terjadi di penjara di negara bagian Karen dan Kachin,” ujar Zaw.
Kerusuhan di penjara di Shwebo terjadi hanya selang beberapa hari setelah lebih dari 6.000 narapidana dibebaskan setelah mendapat pengampunan dari Presiden Win Myint. Pengampunan tersebut sebagai bagian dari agenda pemberian amnesti tahunan oleh pemerintah Myanmar.
Menurut laporan surat kabar lokal, Eleven Media, direktur departemen penjara Min Tun Soe mengatakan aksi kerusuhan di penjara dipicu oleh kemarahan dan kekecewaan sebagian narapidana yang tidak termasuk dalam daftar penerima amnesti presiden.
Secara total, telah ada sebanyak 23.000 tahanan di penjara Myanmar yang dibebaskan dalam tiga kali kesempatan pemberian amnesti presiden sejak 17 April lalu.
Sebagian besar dari mereka yang menerima amnesti dan dibebaskan adalah para narapidana yang menjalani hukuman penjara untuk kejahatan narkoba ringan.
Namun, di antara mereka termasuk dua jurnalis Reuters yang telah ditahan selama 500 hari karena melaporkan tentang krisis Rohingya di Rakhine.