Ceknricek.com — Ulama kharismatik Kiai Haji Maimoen “Mbah Moen” telah tiada. Pimpinan Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah itu wafat di Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/8) pukul 04.17 waktu setempat, saat sedang menjalankan ibadah haji.
Almarhum merupakan salah satu jemaah haji yang menjadi undangan Kerajaan Saudi setiap tahunnya. Mbah Moen adalah sesepuh di ormas Islam Nahdlatul Ulama dan kalangan Partai PPP.
Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani mengatakan, rencananya Mbah Moen akan dimakamkan di Mekkah, Arab Saudi. Ia menjelaskan masalah pengaturan telah ditangani Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Lukman kebetulan tengah berada di Makkah karena tugas negara sebagai Amirul Hajj.
Sumber : Istimewa
Jenazah Mbah Moen disalatkan di Masjidil Haram, bada zuhur, sebelum dimakamkan di Pemakaman Al Ma’la, Mekkah.
KH Maimoen Zubair lahir di Karang Mangu Sarang, 28 Oktober 1928 (Kamis Legi bulan Sya’ban tahun 1347 H). Almarhum adalah putra pertama dari Kyai Zubair. Laduni.id menulis, Kyai Zubair merupakan murid pilihan dari Syaikh Said Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al-Makky. Sementara ibundanya putri dari Kyai Ahmad bin Syuaib, ulama kharismatis yang teguh memegang pendirian. “Mbah Moen, adalah insan yang lahir dari gesekan permata dan intan,” tulis laman itu.
Kematangan ilmunya tak diragukan. Dari balita, Mbah Moen dibesarkan dengan ilmu-ilmu agama. Sebelum menginjak remaja, ia diasuh langsung oleh ayahnya untuk menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara yang lain.
Pada usia yang masih muda, kira-kira 17 tahun, Mbah Moen sudah hafal di luar kepala kitab-kitab nadzam, diantaranya Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotut Tauhid, Sullamul Munauroq serta Rohabiyyah fil Faroidl. Seiring pula dengan kepiawaiannya melahap kitab-kitab fiqh madzhab Asy-SyafiI, semisal Fathul Qorib, Fathul Muin, Fathul Wahhab dan lain sebagainya.
Saat menginjak usia 21 tahun, Mbah Moen menuruti panggilan jiwanya mengembara ke Makkah Al-Mukarromah. Perjalanan ini diiringi oleh kakeknya sendiri, KH. Ahmad bin Syuaib. Di sana Mbah Moen menerima ilmu dari banyak orang ternama di bidangnya, antara lain, Sayyid Alawi bin Abbas Al Maliki, Syekh Al-Imam Hasan Al-Masysyath, Sayyid Amin Al-Quthbi, Syekh Yasin bin Isa Al- Fadani, Syekh Abdul Qodir Almandily.
Foto : Dok.PPP
Sebagai tokoh senior di kalangan NU, Mbah Moen memiliki posisi kehormatan sebagai Muhtasyar Nahdlatul Ulama. Almarhum dikenal sebagai sosok yang setia pada PPP dengan tetap berada di partai berlambang Kakbah itu meski NU pada 1998 mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Di PPP Mbah Moen menduduki posisi sebagai Ketua Mejelis Syariah PPP. Mbah Moen pernah mengatakan PPP bukan hanya untuk agama Islam, tapi hadir untuk Indonesia.
Mbah Moen sempat mendoakan kembali agar calon presiden no urut 1 Joko Widodo bisa memenangi Pilpres 2019. Doa itu dipanjatkan saat almarhum menghadiri resepsi hari lahir ke-46 PPP di Ancol, Jakarta, 28 Februari 2019. Sebelumnya, Mbah Moen sempat salah sebut nama Prabowo ketika Joko Widodo berkunjung ke Pondok Pesantren Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, 1 Februari 2019 lalu.
Foto : Kompas
Sehari sebelum berangkat haji pada 28 Juli lalu, Mbah Moen bertandang ke kediaman Ketua Umum PDI-P Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta. Ia datang ditemani putranya yang juga Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen. Keduanya bertamu di kediaman Megawati sekitar dua jam.
Siapa sangka itulah kali terakhir Mbah Moen berada di Indonesia. Mbah Moen mengembuskan nafas terakhir di Tanah Suci, Selasa (6/8), dalam usia 90 tahun.
“Beliau adalah gambaran sempurna dari pribadi yang santun dan matang. Semua itu bukanlah kebetulan, sebab sejak dini beliau yang hidup dalam tradisi pesantren diasuh langsung oleh ayah dan kakeknya sendiri. Beliau membuktikan bahwa ilmu tidak harus menyulap pemiliknya menjadi tinggi hati ataupun ekslusif dibanding yang lainnya. Kesehariannya adalah aktualisasi dari semua itu,” tulis ladani.id.