Ceknricek.com–Kepulauan Nias dikenal sebagai destinasi pariwisata yang eksotik, panorama alam yang indah, kaya budaya dan peradaban benda-benda megalitikum yang bersejarah. Namun, dibalik alam yang indah, cantik dan elok itu, masyarakatnya mengalami berbagai persoalan yakni ekonomi yang sulit, angka pengangguran yang tinggi bahkan ditetapkan sebagai daerah kemiskinan ekstrim dan rawan stunting.
Pada tahun 1995, Sr. Iza Klara Duha ditugaskan sebagai Pengurus Asrama Putri Santa Agnes oleh Pimpinan Regio OSF Sibolga. Selama delapan tahun mengabdi, Sr. Klara memiliki banyak pengalaman bersama anak-anak asrama baik suka maupun duka.
Tahun 1998 ada anak asrama yang sakit keras dan butuh tindakan operasi medis di RSU. Gunungsitoli. Pada saat itu, pasien harus kembali karena keterbatasan biaya dari keluarga yang kondisinya belum sembuh dan butuh perawatan intensif dengan kebutuhan obat-obatan dengan resep dokter.
“Waktu itu dengan keyakinan dan inisiatif, saya membeli obat ke apotik lalu memberikan obat pada pasien. Sehingga kondisinya berangsur pulih dan sehat,” kata Sr. Klara.

Peristiwa ini pun ia ceritakan pada pimpinan saat kunjungan ke Gunungsitoli. sr. Klara menyampaikan bahwa biaya obat dengan resep dokter cukup mahal dan tidak terjangkau oleh keluarga pasien karena keadaan keluarga pasien secara ekonomi lemah Ia minta dibantu.
Namun, respon pimpinan kala itu kurang memuaskan. “Beliau mengatakan, Sr. Klara mengurus pasien bukan urusanmu, kamu tidak terpelajar untuk kesehatan. Artinya tidak ada bantuan”.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh sembari memohonkan pertolongan Tuhan agar pasien tertolong dan terselamatkan hidupnya, Sr Klara mulai memelihara induk babi satu ekor. Lalu, hasil dari indukan babi itu lahir sebelas ekor anak babi. Enam ekor ia jual dan lima ekor dijadikan indukan. Sehingga, ada enam ekor induk babi pada tahun 2000.
Sejak tahun 2005 Sr. Klara menaruh perhatian penuh dan totalitas pada misi kemanusiaan hingga saat ini. Banyak suka, duka, air mata dan pergulatan batin yang menjadi pendorong dan penguatan iman untuk terus konsisten melayani mereka yang lemah, miskin dan termarjinalkan.
“Saya melihat banyak orang miskin tidak bisa berobat karena tak ada uang untuk beli obat, penderitaan mereka tidak hanya sakit melainkan bertambah dengan beban berat yang ditanggung. Bahkan dulu ketika belum ada uang sering ngutang di apotik. Setelah ada uang baru dibayar atau anak babi peliharaan terjual,”kata Sr. Klara.
Dari peristiwa tergerak oleh hati dan iman, Sr. Klara mulai mengambil resep dokter dan membelikan obat mereka satu persatu sampai keadaan mereka berangsur-angsur pulih dan sembuh. “Sebab, setiap orang berhak untuk sembuh baik yang miskin maupun kaya,”kata Sr. Klara.
Selama melayani dan menunaikan misi kemanusiaan yang mulia ini, beragam pengalaman yang haru sebagai perenungan, refleksi, penguatan iman dan perjalanan spiritual ia temui. Sebab, banyak pasien yang ia dampingi dengan penyakit yang macam-macam seperti bayi Lukas retak batok kepala hingga organ dalam keluar pada tahun 2014.

“Atas pertolongan dan kemurahan Tuhan bersama seorang pengusaha dan filantropi Indonesia Bunda Anne Avantie bayi Lukas mendapatkan perawatan intensif medis di RS. St. Elisabeth Semarang,”kata Sr.Lukas.
Tahun 2005 terjadi gempa di Nias banyak korban meninggal dunia dan kehilangan tempat tinggal. Relawan berdatangan untuk menolong dan membantu termasuk Rotary Club dari Medan dan Jakarta. Mereka singgah dan menompang di asrama pada saat itu karena kesulitan mendapatkan tempat tinggal untuk melakukan kegiatan kemanusiaan. Kebetulan Sr. Klara saat itu Ibu Rumah Tangga Suster OSF yang berkarya di Kompleks Laverna.
“Bagi saya, pelayanan ini saya dedikasikan sebagai penggenapan iman dan penggembalaan kepada mereka yang butuh kasih sayang dan uluran tangan. Ini saya sebut sebagai panggilan Tuhan bagi seseorang untuk melayani Tuhan dalam diri orang yang menderita,”kata Sr. Klara.
Menurutnya, kalau tidak ada campur tangan Tuhan dalam melaksanakan karya keselamatan dan kemanusiaan ini, Sr. Klara mengaku tak mampu dan terbatas.”Saya sadar diri sendiri. Karena Tuhan campur tangan maka segala kesulitan yang saya hadapi dapat di atasi sampai sekarang,” tutupnya.