Ceknricek.com – Liga Inggris musim ini segera berakhir. Manchester City sudah dipastikan menjadi juara dan diikuti oleh Manchester United di tempat kedua. Di posisi ketiga masih diperebutkan oleh Liverpool, Tottenham Hotspur dan Chelsea. Di tempat keenam diisi Arsenal. Terpaut enam poin dari Burnley di tempat ketujuh.
Ya Burnley. Burnley seolah mengingatkan kita pada dongeng indah Leicster City musim 2015-2016 yang kala itu menjadi kampium di negeri Ratu Elizabeth. Sebuah tim yang sejak awal musim tidak pernah diperhitungkan untuk bisa menjadi juara namun secara mengejutkan bisa merangsek hingga ke puncak. Namun Burnley masih kurang beruntung untuk saat ini dibanding Leicester City. Burnley hanya mampu finis di posisi (kemungkinan) 7 dan berhak mengikuti Babak Play Off Liga Europa musim depan.
Burnley FC merupakan tim yang berasal dari kota di utara Inggris yaitu Lancashire yanh terkenal dengan keju sapinya. Luas kota 3.075 meter persegi dan hanya berpenduduk 1.439.200 jiwa. Memainkan pertandingan kandang di Stadion Turf Moor dengan kapasitas 22.546 penonton, tidak lebih besar dari kandang Persipasi Bekasi yaitu Stadion Patriot Candrabaga dengan kapasitas 30.000 penonton. Klub ini didirikan pada 1882 dengan nama awal Burnley Rovers.
Dalam sebuah kesuksesan pasti terdapat seseorang dibalik itu semua. Sean Dyche, pelatih berusia 46 tahun ini membangun skuad Burnley dengan mempercayai para pemain muda berbakat Inggris. Yang teranyar kiper Nick Pope masuk dalam radar pelatih Tim Nasional Inggris, Gareth Southgate untuk dibawa ke Piala Dunia 2018 mendatang.
Sean Dych menangani Burnley sejak masih di Divisi Championship dan di musim kedua berhasil membawa Burnley ke Primer League dengan status runner up. Dengan mengandalkan bakat-bakat muda seperti Nick Pope, James Tarkowski, Kevin Long, Jack Cork, hingga pemain Tim Nasional Wales, Sam Vokes, Sean Dyche mampu membuat permainan Burnley dengan ciri khas permainan cepat ala Kick and Rush.
Di musim perdananya, Sean Dyche “beruntung” karena timnya bisa bertahan hingga akhir musim di posisi klasemen 16. Dan kini di musim 2017-2018 merupakan kebangkitan Burnley FC. Di awal musim, secara mengejutkan Burnely berhasil mengalahkan juara bertahan, Chelsea di Stamford Bridge dengan skor akhir 2-3. Dengan hanya menguasai bola 38%, Burnley mampu unggul 3-0 di babak pertama sebelum akhirnya Chelsea mampu bangkit di babak kedua dengan mencetak 2 gol. Kemudian di pertandingan-pertandingan selanjutnya Burnley sanggup menahan imbang Liverpool dan Manchester United di kandang mereka masing-masing.
Sekarang tidak ada yang menyangka Burnley bisa berada di posisi ketujuh, mengungguli tim papan tengah macam Everton, West Ham, bahkan Stoke City yang sudah dipastikan terdegradasi ke Championship. Menarik ditunggu bagaimana kiprah Burnley pada musim depan di Premier League dan Europa League jika berhasil melewati babak play off.
Tidak Jual Pemain
Pelatih Sean Dyche bertekad tidak menjual pemain bintang. The Clarets menerima £ 40 juta dari penjualan Michael Keane dan Andre Gray musim panas lalu. Tapi Dyche tidak berniat menjual siapa pun pada musim panas ini. Johann Berg Gudmundsson menjadi pemain keenam untuk menandatangani kontrak baru musim ini pada Kamis (10/5), yang berarti sebagian besar skuad sekarang terikat pada kontrak jangka panjang.
Dyche mengatakan: "Kami kuat secara finansial, jadi tidak ada alasan siapa pun harus pergi ke mana pun. "
Hanya saja, selalu ada klub superpower yang giat mengincar pemain berbakat di klub kecil. “Kami berada dalam posisi di mana diperlukan tawaran yang sangat, sangat besar untuk mempertimbangkan kehilangan pemain pada saat ini."
Jika para pemain inti tetap bertahan, Burnley akan semakin kompak dan bisa membuat banyak kejutan di Piala Europa tahun depan.