Ceknricek.com — Tim pakar internasional yang dipimpin Badan Kesehatan Dunia (WHO) bertolak menuju Beijing untuk membantu penyelidikan wabah virus corona, yang menurut otoritas China, Senin (10/2), telah menewaskan 908 jiwa di daratan itu.
Persebaran virus itu menyebabkan gangguan besar di China dengan kota-kota yang biasanya padat berubah jadi kota hantu selama dua pekan terakhir saat penguasa memerintahkan penyekatan kota, penundaan penerbangan, penutupan pabrik dan sekolah.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah pergi ke Beijing untuk berbicara dengan Presiden Xi Jinping dan para menteri China akhir Januari lalu, dan kembali dengan kesepakatan mengirim misi internasional.
Namun, perlu waktu dua pekan untuk mendapat restu pemerintah mengenai komposisi misi tersebut, yang tak diumumkan. Tersiar kabar, veteran WHO Dr Bruce Aylward, seorang pakar penyakit menular dan kegawatdaruratan, yang mengetuai misi itu.
Baca Juga: Tim WHO Akan ke China untuk Selidiki Virus Corona
“Saya berada di bandara melihat anggota tim aju untuk misi ahli internasional tentang 2019 nCoV yang dipimpin WHO, diketuai Dr Bruce Aylward, veteran gawat darurat kesehatan masyarakat masa lalu,” cuit Tedos dari Jenewa, Minggu (9/2).

WHO mengumumkan darurat global akibat penyebaran virus itu pada 30 Januari, beberapa hari setelah pemerintah pusat China memberlakukan penutupan provinsi Hubei yang berpenduduk 60 juta jiwa dan Ibu kotanya Wuhan, pusat wabah yang muncul Desember di pasar makanan laut.
“Korban tewas akibat virus itu di China daratan mencapai 97, jumlah terbesar dalam satu hari, hingga mencapai 908 sampai akhir Minggu (9/2),” kata Komisi Kesehatan Nasional China, Senin (10/2).
Pada akhir pekan, seorang warga Amerika yang dirawat di rumah sakit di Wuhan menjadi korban pertama penyakit itu dari orang selain warga China. Seorang warga negara Jepang yang meninggal di sana juga menjadi korban terduga lain.
Daftar Jadi Sukarelawan
Sejumlah warga asing dari negara-negara Arab ramai-ramai ingin mendaftar sebagai tenaga sukarelawan di Wuhan, China, untuk mengatasi wabah virus corona.
“Saya seorang dokter. Saya bisa berbicara bahasa Arab, Mandarin dan Inggris. Saya bisa membantu merawat pasien, memberikan informasi dan melakukan apa saja,” kata Ali Wari, warga negara Palestina, yang tinggal di Wuhan, Minggu (9/2).
Dia bersama teman-temannya dari negara Arab sedang menunggu izin dari pemerintah lokal untuk bisa menjadi tenaga sukarelawan.
Pria yang bekerja di perusahaan teknologi informasi di kota yang menjadi episentrum 2019-nCoV itu menggalang dukungan dengan membuat grup Wechat (pesan instan yang sangat populer di China).
Grup Wechat yang diberi nama “Wuhan 2019-nCoV” itu memiliki anggota sekitar 480 orang dari negara-negara Arab yang kebanyakan bekerja di Ibu kota Provinsi Hubei tersebut.
Baca Juga: Indonesia Tekankan Dukungan bagi WHO Hadapi Darurat Kesehatan
Beberapa pekan lalu, Wari menerjemahkan dan menyebarkan informasi-informasi penting mengenai virus corona jenis baru itu, termasuk langkah-langkah yang telah diambil oleh pemerintah setempat.
Dengan mengatasnamakan warga Arab, Wari telah mengajukan permohonan kepada Kantor Urusan Luar Negeri (FAO) Kota Wuhan agar diizinkan menjadi tenaga sukarelawan. “Saya ingin membantu apa yang bisa saya lakukan. Kami tinggal di Wuhan, makanya saya cinta kota ini,” tutur Wari dikutip Xinhua.
Sementara itu, seorang warga beretnis Uigur Xinjiang, Ba Baintolle, menyumbangkan 11 ekor kudanya. Uang hasil penjualan 11 ekor kuda senilai 88.000 yuan atau sekitar Rp171,9 juta itu diberikan kepada Pemprov Hubei untuk mengatasi wabah virus corona.

Penggembala kuda itu tinggal di Kabupaten Wenquan, Daerah Otonomi Xinjiang. Kabupaten Tongcheng, Provinsi Hubei, setiap tahun menyumbangkan 300.000 yuan (Rp586 juta) kepada warga Wenquan untuk membangun infrastruktur, pengenalan teknologi dan membangun sekolahan.
“Saya sangat sedih dengan berjangkitnya wabah di Hubei. Mereka banyak sekali bantu kami dan sekarang saatnya saya membantu mereka,” ujar Baintolle dikutip China Daily.
Pria yang memiliki 400 ekor kuda dengan pendapatan sekitar 150.000 yuan (Rp293 juta) per tahun itu mengatakan bahwa kuda melambangkan keberanian dan ketangguhan.
“Saya berharap masyarakat Hubei dengan gagah berani bisa menundukkan virus tersebut. Jangan menyerah. Hati saya bersamamu, meski jarak kita ribuan mil,” ucapnya.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.