Ceknricek.com — Krisis Deutsche Bank mulai terasa di Indonesia. PT Deutsche Sekuritas Indonesia pamit sebagai salah satu anggota Bursa Efek Indonesia (BEI). Sekuritas ini cabut dari Indonesia seiring langkah restrukturisasi besar-besaran perusahaan induknya, Deutsche Bank. Kantor Pusat Deutsche Bank akan memangkas sebanyak 18 ribu pegawai. Namun, sejauh ini bisnis Deutsche Bank AG di Indonesia tidak terpengaruh.
“Untuk perbankannya (Deutsche Bank AG) di Indonesia tidak terpengaruh,” kata Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sekar Putih Djarot kepada Katadata.co.id, Senin (15/7). Semoga saja, tidak akan terjadi pemecatan karyawan di bisnis perbankan Deutsche Bank di Indonesia.
Sejumlah analis memperingatkan salah satu bank terbesar di Eropa itu bakal kolaps karena kesulitan keuangan dan permodalan. Jika itu terjadi bisa memicu efek domino ke sistem keuangan global. Namun, sebagian pihak yakin Deutsche Bank akan mampu bertahan.
Deutsche Bank akan memangkas 20% dari total pegawainya. Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi reorganisasi yang akan menelan biaya 7,4 miliar euro atau US$8,3 miliar (sekitar Rp117 triliun) dalam tiga tahun. Secara rinci, dalam reorganisasi bisnisnya, Deutsche Bank akan membentuk divisi bisnis baru yakni corporate banking yang merupakan gabungan dari bisnis global transaction bank dan perbankan komersial, serta keluar dari bisnis perdagangan saham dan ekuitas yang kebanyakan dilakukan di kantor London dan New York.
Deutche. Sumber: Bloomberg
Reuters melaporkan, pemangkasan pegawai dilakukan di divisi perdagangan saham (shares trading) di London, New York, Tokyo, Sidney, dan Hong Kong. Sedangkan di Indonesia, Deutsche Bank yang telah hadir sejak 1969, melakukan bisnis perdagangan saham dan ekuitas melalui PT Deutsche Sekuritas Indonesia (DSI).
Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham DSI dipegang oleh DB International (Asia) Limited 14%, Elisabeth Tanzil 1%, dan Deutsche Asia Securities Pte Ltd. 85%.
Sejatinya, dari sisi kinerja, bisnis Deutsche Sekuritas nggak buruk-buruk amat. DSI cenderung bertumbuh. Pendapatan DSI naik 9,11% pada kuartal I-2019 dibandingkan kuartal I-2018 yakni dari Rp34,05 miliar menjadi menjadi Rp40,56 miliar. Pendapatan itu diperoleh dari bisnisbrokerage (perantara perdagangan efek). Tak ada pendapatan dari bisnis penjamin emisi (underwriter) dan pendapatan dividen.
Pada kuartal I-2019 ini pula perseroan mampu mencatat laba bersih Rp5,75 miliar, melesat 85% dari periode yang sama tahun lalu Rp3,10 miliar. Sepanjang tahun lalu, pendapatan perusahaan juga naik menjadi Rp140,42 miliar dari tahun 2017 yang Rp124,62 miliar.
Hingga akhir Maret 2019, DSI memiliki Modal Kerja Bersih Disetarakan (MKBD) senilai Rp342,75 miliar dengan jumlah modal ditempatkan dan disetor senilai Rp50 miliar. Di Indonesia, sekuritas ini juga memiliki izin usaha sebagai penjamin emisi efek atau underwriter.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo menyampaikan, DSI telah menyampaikan rencana pengunduran dirinya kepada bursa, namun belum ada tanggal resmi kapan kursi Anggota Bursa (AB) akan dilepas.
“Mereka kasih tahu ke bursa hari Senin, langsung disampaikan. Mereka kasih tahu kalau beritanya benar, secara institusi ada restrukturisasi dan Indonesia akan terpengaruh. Tapi kapannya belum tahu,” kata Laksono Widodo, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (16/7).
Skandal Satu Dekade
Deutsche Bank melakukan upaya restrukturisasi secara bertahap sejak 2015 karena terus membukukan kerugian. Perusahaan ini memiliki karyawan terbanyak pada 2015, yakni mencapai 101,1 ribu orang. Lalu, Deutsche Bank mulai mengurangi jumlah karyawan di tahun-tahun berikutnya sebagai bagian dari restrukturisasi.
Sumber: katadata
Secara berturut-turut, pada 2016 bank ini memiliki pegawai sebanyak 99,7 ribu orang kemudian pada 2017 menjadi 97,5 ribu orang, dan 2018 sebanyak 91,7 ribu orang. Terakhir, Deutsche Bank mengumumkan hanya akan mempekerjakan pegawai sebanyak 74 ribu orang pada 2020. Deutsche Bank juga menargetkan penurunan Cost to Income Ratio (CIR) menjadi 70%. Sejak 2015 hingga 2018, CIR Deutsche Bank mendekati 100% dengan CIR tertinggi pada 2015, yakni sebesar 115,3%.
Banyak pihak mengamati, sejumlah skandal dari lebih satu dekade yang lalu, atau tepatnya saat krisis di pasar keuangan AS pada 2008 menjadi penyebab memburuknya kinerja Deutsche Bank.
Pada Januari 2017, perusahaan harus membayar penalti mencapai US$7,2 miliar pada Departemen Kehakiman AS karena telah memberikan informasi yang menyesatkan kepada investor terkait penjualan efek beragun aset properti (mortgage-backed securities) yang turut menyebabkan krisis keuangan di AS pada 2008.
Tidak lama setelahnya, Deutsche Bank dikenakan denda sebesar US$630 juta atas tuduhan pencucian uang di Rusia. Kemudian pada November 2018, kantor pusat perusahaan di Frankfurt diserbu oleh jaksa penuntut Jerman sebagai bagian dari penyelidikan pencucian uang.
DeutscheInd. Sumber: Rmol
Sebenarnya, sejak 2015, Deutsche Bank juga gagal lolos dari stress test di AS, sehingga beberapa upaya dilakukan bank ini untuk merestrukturisasi, melakukan perubahan kepemimpinan, dan mengalami penurunan peringkat.
Dalam dua dekade terakhir, perusahaan telah memangkas sekitar 59.300 karyawannya. Namun sejatinya jumlah karyawan perusahaan tidaklah banyak berkurang, justru bertambah
Melansir laporan tahunan Deutsche Bank, di tahun 2000, total karyawan yang tercatat sekitar 89.800 orang, sedangkan tahun 2018, jumlah karyawan perusahaan mencapai 91.700 orang.
PHK ribuan karyawan tersebut diiringi dengan pengunduran diri sukarela Chief Investment Banking Garth Ritchie. Sumber CNBC International juga memberitahu bahwa Chief Regulatory Officer, Sylvie Matherat juga bersiap undur diri.
Merrill Lynch Sekuritas
Rupanya, hengkangnya DSI dari bursa, juga bakal diikuti satu broker asing lainnya, PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (MLSI). Laksono Widodo mengatakan MLSI sudah memberi tahu rencana itu.
Merrill Lynch Sekuritas Indonesia diketahui sudah memulai proses exit audit untuk memastikan tak ada lagi kewajiban sebagai AB yang belum dipenuhi. Perusahaan tercatat sudah menghentikan transaksi perdagangan saham sejak 11 Juli 2019 di BEI. Berdasarkan data perdagangan BEI mencatat, sekuritas ini terakhir kali bertransaksi saham pada Rabu, 10 Juli lalu.
Sumber: CNBC
MLSI pernah terjerat kasus di tahun 2008 dengan Renaissance Capital Management Investment Pte (Renaissance) atas sengketa penjualan saham. Renaissance menggugat MLSI senilai Rp1 triliun karena menjual saham tanpa sepengetahuan.
Menurut CNBC Indonesia, berbeda dengan MLSI, Deutsche Sekuritas Indonesia masih membukukan transaksi hingga hari ini, Kamis (17/7).
Pengunduran diri kedua broker tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai transaksi di BEI. Pasalnya, melansir data statistic BEI edisi Juni, baik MLSI maupun DBS masuk dalam kategori 20 broker yang paling aktif sepanjang paruh pertama 2019.
Pada periode Januari-Juni Deutsche Sekuritas Indonesia berada di urutan ke 9 dengan total transaksi sebesar Rp66,06 triliun. Sedangkan Merrill Lynch Sekuritas Indonesia berada di posisi 17 dengan total transaksi mencapai Rp45,25 triliun.
Mengamati perkembangan dari lantai bursa, rupanya krisis Deutsche Bank sedikit banyak punya pengaruh. Saat ini, hanya berupa riak kecil saja. Semoga saja riak itu tak sampai menjadi tsunami.