Ceknricek.com — Hanum Salsabiela Rais kembali jadi sorotan publik, setelah dilaporkan atas dugaan pelanggaran UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) karena cuitannya soal penusukan Menko Polhukam Wiranto. Ia dilaporkan oleh Relawan Jam’iyyah Jokowi-Ma’ruf Amin ke Bareskrim, Mabes Polri, Jumat (11/10).
Sejak pelaporan itu, Hanum mendadak sulit dihubungi. Sindonews melaporkan ia juga tak hadir dalam rapat paripurna DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (14/10). Hingga berita ini diturunkan, Selasa (15/10), Hanum masih juga belum bisa dihubungi.
Seperti apakah sepak terjang putri dari mantan ketua MPR RI Amien Rais itu? Berikut sosok Hanum yang dirangkum dari berbagai sumber.
Lahir di Yogyakarta, 12 April 1982, Hanum Salsabiela Rais yang berlatar belakang pendidikan dokter gigi, pernah menjadi jurnalis dan aktif sebagai penulis. Ia kemudian merambah dunia politik mengikuti sepak terjang sang ayah, politikus senior Amien Rais.

Hanum mengawali karier politiknya saat maju dalam pemilihan legislatif DI Yogyakarta pada Pemilu 2019 dari Partai Amanat Nasional (PAN). Berbekal kemampuan dan potensi yang dimilikinya, termasuk nama besar sang ayah, Hanum berhasil mendapatkan satu kursi di DPRD DIY, mewakili Daerah Pemilihan Sleman. Ia terpilih bersama saudaranya lelakinya, Ahmad Baihaqy Rais, yang maju dari partai yang sama, mewakili Dapil Kulon Progo.
Sementara, 2 saudaranya yang lain, Ahmad Hanafi Rais dan Ahmad Mumtaz Rais, melaju ke Senayan menjadi anggota DPR RI periode 2019-2024. Keduanya mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Kontroversi Cuitan
Belum lama menjabat posisi barunya di DPRD Yogyakarta, penulis buku Sarahza ini menuai kontroversi akibat cuitannya di Twitter @hanumrais menyoal kasus penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM Wiranto.
Meski tidak secara gamblang menyebut nama Wiranto, namun dalam cuitan yang dibuat Jumat (11/10), banyak yang menganggap bahwa cuitannya merujuk pada kasus penusukan Wiranto.
Baca Juga: Fadli Zon dan Amien Rais Kumpul Bahas Pemindahan Ibu Kota
“Settingan agar dana deradikalisasi terus mengucur. Dia caper. Krn tdk bakal dipakai lg. Play victim. Mudah dibaca sbg plot. Diatas berbagai opini yg beredar terkait berita hits siang ini. Tdk banyak yg benar2 serius kenanggapi. Mgkn krn terlalu banyak hoax-framing yg selama ini terjadi,” tulis Hanum.
Cuitan ini berbuntut pelaporan yang diajukan oleh Relawan Jam’iyyah Jokowi-Ma’ruf Amin ke Bareskrim Mabes Polri, Jumat (11/10). Hanum dianggap telah menyebarkan berita bohong terkait peristiwa tersebut melalui akun Twitter-nya.
Koordinator Jam’iyyah Jokowi-Ma’ruf Amin, Rody Asyadi mengatakan, sebagai figur publik, Hanum seharusnya tidak sembarangan memberikan pernyataan.
Ini kali kedua Hanum berurusan dengan pihak berwajib. Sebelumnya, pada Mei 2019, ia juga sempat diperiksa di Polda Metro Jaya, sebagai saksi kasus penyebaran hoaks Ratna Sarumpaet. Menurut polisi, pemeriksaan Hanum dilakukan yang bersangkutan membenarkan kabar penyaniayaan Ratna yang belakangan diketahui hoaks belaka.
Pesan Dosen UGM
Kehebohan soal cuitan Hanum juga berbuah tanggapan dari dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Bagas Pujilaksono Widyakanigara.

Bagas mengaku malu menjadi dosen di kampus yang pernah menjadi tempat belajar Hanum. Sebagai warga Yogyakarta, Bagas juga malu memiliki wakil rakyat yang dianggap menebarkan kekacauan di masyarakat.
“Jujur, saya sebagai dosen UGM dan warga Jogja amat malu mempunyai anggota dewan seperti Bu Hanum Rais,” kata Bagas dikutip Kompas, Senin (15/10).
Bagas menilai, apa yang disampaikan Hanum merupakan fitnah karena tidak berdasarkan fakta. “Bagaimana bisa seorang anggota dewan terhormat yang sudah disumpah setia pada NKRI dan Pancasila tega berperilaku politik ganjil jauh dari nilai-nilai luhur agama, etika dan moral?,” tanya Bagas. Ia berpesan, sebagai wakil rakyat, Hanum seharusnya berpegang pada politik negara.
Tak lama setelah cuitannya memicu beragam reaksi, Hanum menyebut tulisan tersebut telah dihapus, meski sudah terlebih dahulu diabadikan oleh warganet.
Hanum lalu memberikan klarifikasi bahwa ia sejatinya turut prihatin atas berita yang sedang ramai disorot masyarakat dan menegaskan bahwa dirinya menolak segala bentuk kekerasan.
“Melihat komen online, Anda bisa mengecek juga, saya justru mengungkapkan keprihatinan mendalam karena masyarakat, seapatis itu dan setidak peduli itu. Ditambah dengan media yang terus memberi info salah/gegabah. Jelas kita menyesalkan yang terjadi. And we’re in the same boat: fighting against violence! (dan kita berada di pihak yang sama: berjuang melawan kekerasan),” sambung Hanum Rais.
Sebelum menjadi seorang politisi, Hanum sempat menjadi jurnalis dan presenter di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Istri dari Rangga Alhamendra ini juga sempat menjadi kontributor untuk kawasan Eropa dan sekitarnya.
Selain jurnalis, Hanum juga aktif menulis. Berjalan di Atas Cahaya dan 99 Cahaya di Langit Eropa adalah dua judul di antaranya. (Ed: FRI)
BACA JUGA: Cek Berita SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di sini