Ceknricek.com — Mencermati foto atau arsip video peristiwa pembacaan teks Proklamasi oleh Soekarno, 74 tahun lalu di Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, terdapat sebidang kotak simetris gelap, di belakang Soekarno. Jendela atau daun pintukah?
Bidang kotak simetris yang menggantung saat pembacaan teks Proklamasi itu adalah lukisan “Memanah”. Lukisan karya Henk Ngantung itu menjasi saksi bisu peristiwa bersejarah di Indonesia dengan Bung Karno sendiri yang sempat menjadi model lukisannya.
Bagaimana lukisan itu bisa tergantung di dinding rumah Soekarno dan menjadi saksi bisu pembacaan teks Proklamasi?
Tahun 1943, Keimin Bunka Sidosho, lembaga kebudayaan bentukan Jepang, menggelar pameran lukisan dan dihadiri Bung Karno. Dia tertarik pada lukisan orang berlatih memanah karya Henk Ngantung.
Baca Juga: Mengenal Pemilik Rumah Tempat Lahirnya Proklamasi Kemerdekaan
“Lukisan bagus. Ini sebuah simbol bangsa Indonesia yang terus, terus, dan terus bergerak maju,” kata Soekarno kala itu.
Begitu pameran usai, ia diam-diam mendatangi studio lukis Henk. “Aku ingin membeli lukisan itu,” ucap Bung Karno tanpa basa-basi.
“Henk belum mau melepasnya karena lukisan itu belum sepenuhnya selesai,” tulis Agus Dermawan T. dalam Bukit-Bukit Perhatian.
Kekurangannya ada bagian tangan yang menarik tali busur, dan dia butuh model. “Jadikan aku modelnya,” jawab Soekarno.
Henk pun tak kuasa menolak. Maka jadilah tangan Soekarno menjadi model lukisan. Sementara untuk bagian wajah pemanah, Henk mengambil model seorang sastrawan era revolusi bernama Marius Ramis Dajoh.
Lukisan karya pelukis yang sempat menjadi Gubernur DKI itu akhirnya menjadi perpaduan dari dua model antara lain wajah milik Dajoh dan tangan milik Soekarno.
Lukisan yang dibuat dengan cat minyak di atas selembar triplek berukuran 153×153 cm itu kemudian beralih tangan.
Soekarno pun memajang lukisan itu di rumahnya Jalan Pegangsaan Timur 56, dan terus di sana hingga peristiwa bersejarah pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Namun, seiring berjalannya waktu kondisi lukisan itu pun mulai dimakan usia dan lapuk. Bagian atas dekat kepala pemanah pun sudah habis di makan rayap.
Pada tahun 2016 karya tersebut direproduksi ulang oleh pelukis kenamaan Haris Purnomo, dan ditampilkan dalam pameran Goresan Juang Kemerdekaan di Geleri Nasional (2-30 Agustus 2016).
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Update Berita Internasional Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.