Ceknricek.com — Maestro Jaipongan, Haji Gugum Gumbira Tirasondjaja telah tiada. Ia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Santosa, Bandung, Sabtu (4/1), pukul 01.55 WIB, dalam usia 74 tahun.
Gugum dibawa pihak keluarga ke rumah sakit, Selasa 31 Desember 2019, setelah terjatuh di kamar mandi. “Sejak masuk ke rumah sakit dirawat intensif di ruang ICU, namun kondisinya tidak kunjung membaik tapi meminta dirawat di ruang rawat biasa., hingga Jumat, 3 Januari 2020 sore, kondisinya terus melemah dan pada malam masuk fase kritis,” terang Ine Dinar, putri kedua Almarhum seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com.
Jenazah disemayamkan di rumah duka, Jalan KH. Wahid Hasyim, Kopo, No. 17-19, Bojongloa, Bandung, sebelum dimakamkan di Kampung Cipadaulun Desa Wangisagara Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.
Baca Juga: Mantan Istri Sule Meninggal Karena Sakit Jantung
Lahir di Bandung, 4 April 1945, Dr. Gugum Gumbira Tirasondjaja adalah peraih Satya Lencana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia karena tarian Jaipongan ciptaannya. Ia juga dikenal sebagai komposer Sunda, pemimpin orkestra, koreografer dan pengusaha.
Gugum mengambil tantangan, belajar tari pedesaan dan festival musik selama dua belas tahun, setelah Presiden Soekarno melarang musik rock and roll dan genre musik barat lainnya pada 1961.
Jaipongan, atau Jaipong adalah hasil paling populer dari studinya yang memperbarui musik ritual desa bernama ketuk tilu, dengan gerakan pencak silat, seni bela diri Indonesia, musik dari tarian teater bertopeng, Topeng Banjet dan teater wayang golek.
Wikipedia menulis, jaipong memulai debutnya pada 1974 ketika Gugum beserta gamelan dan penari pertamanya tampil di depan umum. Pada pertengahan 1980-an, Jaipongan sebagai tarian sosial telah memudar, tapi tetap populer sebagai tari panggung, dilakukan oleh perempuan, pasangan campuran atau sebagai solo.
BACA JUGA: Cek FILM & MUSIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini