Ceknricek.com — Meski berbagai kampanye menolak diskriminasi dan pelecehan rasial telah dilakukan di berbagai aspek kehidupan, faktanya kasus-kasus diskriminasi dan pelecehan bernada rasial justru masih terjadi di era modern ini. Tindakan memalukan ini juga terdapat di dunia sepak bola, yang sejatinya menjadi alat pemersatu semua golongan.
Tak lama setelah pelecehan kepada para pemain kulit hitam tim nasional Inggris yang dilakukan oleh oknum suporter Bulgaria pada pekan lalu, kasus serupa menjalar ke Liga Italia, tepatnya saat pertandingan Sampdoria menghadapi AS Roma, Minggu (20/10). Dalam pertandingan itu, gelandang Sampdoria, Ronaldo Vieira mendapat pelecehan bernada rasial dari oknum pendukung tim tamu, Romanisti.
Beberapa hari sebelumnya, Sabtu (19/10) pelecehan juga terjadi di Inggris, tepatnya dalam pertandingan kualifikasi babak keempat Piala FA antara Haringey Borough menghadapi Yeovil Town. Pertandingan terpaksa dihentikan pada menit 64 dan akan diulang pada 29 Oktober lantaran kiper Haringey asal Kamerun, Douglas Pajetat diludahi dan dipukul oknum suporter.
Kalau kita memutar memori kembali ke tahun 2011, pemain sekelas Luis Suarez pun juga pernah melakukan tindakan memalukan itu. Suarez yang masih membela Liverpool, tertangkap kamera memanggil pemain Manchester United, Patrice Evra dengan sebutan negro.
Setelah dua bulan investigasi, FA menemukan bahwa Suarez telah menggunakan kata negro sebanyak 7 kali selama sekitar 2 menit. Kejadian bermula setelah striker asal Uruguay itu menjegal Evra dalam situasi perebutan bola. Evra bertanya kepada Suarez mengapa dirinya melakukan itu.
“Karena kau hitam,” kata Suarez. Evra menantang Suarez untuk mengulangi kata-katanya dan mengancam akan memukul Suarez. Pemain yang kini membela Barcelona itu malah membalas, “Saya tidak berbicara dengan orang hitam.”
Baca Juga: Luis Suarez: Kami Harus Introspeksi
FA akhirnya menghukum Suarez larangan bermain di 8 laga The Reds terhitung mulai 21 Desember. Uniknya, sehari berikutnya para pemain Liverpool malah menggunakan kaus bertuliskan “Suarez 7” saat pemanasan jelang pertandingan melawan Wigan, sebagai bentuk dukungan kepada sang pemain.
Liverpool memang teguh menilai Suarez tidak bersalah. Dalam sebuah wawancara dengan media Uruguay, pemain terbaik dan top skorer Liga Inggris 2013/2014 itu malah mengaku dirinya memanggil Evra dengan cara seperti rekan setim lainnya di MU lakukan. Suarez bahkan sempat menolak untuk bersalaman dengan pemain Perancis itu saat dirinya kembali dari hukuman dan membela Liverpool menghadapi MU, 11 Februari 2012.
Menyesal
Terkait hal itu, mantan rekan setim Suarez yang juga merupakan wakil kapten Liverpool saat itu, Jamie Carragher mengaku menyesal telah memberi dukungan kepada sang pemain. Carragher yang kini berprofesi sebagai pandit atau komentator di Sky Sports mengakui hal itu di depan Evra, yang kebetulan sedang berada satu studio dengannya.
“Tidak diragukan lagi, Liverpool melakukan kesalahan besar, jelas sekali. Kami pergi bersama di hari pertandingan, menikmati makan siang dan melakukan pertemuan tim. Saya tidak tahu apakah manajer Kenny Dalglish atau pelatih Steve Clarke mengatakan kepada salah satu pemain, apakah dia masih mengenakan kaus itu. Itulah saat pertama kali saya mengetahuinya,” kata Carragher seperti dilansir BBC, Selasa (22/10).
“Saya tidak berbohong dan mengatakan saya tidak menjadi bagian dari itu karena sebagai klub, kami telah melakukan kesalahan. Saya tidak merasa ide menggunakan kaus ada kaitannya dengan Kenny, saya rasa ini ide salah satu pemain yang dekat dengan Luis. Dirinya sangat ingin mendukung rekan setimnya,” kata Carragher.
Pemain yang menyumbangkan 11 gelar untuk The Reds, termasuk gelar Liga Champions 2004/2005 itu mengaku tak semua pemain Liverpool setuju dengan ide kaus itu. Namun dirinya menilai para pemain tak berani untuk bersuara.
“Mungkin saat ini saya bisa melihat diri saya dan berkata bahwa saya tidak punya keberanian untuk berkata, saya tidak ingin menggunakannya. Saya tidak merasa orang-orang di klub Liverpool menilai apa yang kami lakukan benar. Tapi saya pikir sebagai klub sepak bola, atau sebagai keluarga, reaksi pertama adalah mendukung keluargamu, meski Anda tahu mereka salah. Saya akui itu salah,” ujar mantan pemain timnas Inggris itu.
Sementara itu, Evra mengaku dirinya terkejut saat melihat The Anfield Gank menggunakan kaus itu. Menurutnya, mereka mempermalukan diri mereka sendiri dengan mendukung Suarez.
“Ketika saya melihatnya, saya langsung menyebut itu sangat memalukan. Tak bisa dipercaya. Anda membuat klub dalam keadaan berbahaya dengan melakukan hal itu. Anda harus mendukung rekan setim Anda karena dia adalah bagian dari tim Anda, namun setelah sanksi dijalankan. Atau ketika sanksi belum dijatuhkan saya masih bisa mengerti,” kata pemain yang sudah 379 kali bermain untuk MU itu.
“Apa pesan yang ingin Anda sampaikan ke dunia? Mendukung seseorang yang dihukum karena menggunakan kata-kata hinaan bernada rasialis?” ucap Evra yang terakhir berseragam sebagai pemain West Ham sebelum pensiun di tahun 2018 itu.
Evra sendiri mengaku telah memaafkan Suarez. Itu lah mengapa dirinya mau bersalaman dengan Suarez, namun ditolak oleh sang pemain. Keduanya memang telah bersalaman pada pertandingan-pertandingan berikutnya.
“Saya bilang kepada ibuku, saya adalah seorang pemaaf. Saya akan menyalaminya apapun yang terjadi. Akhirnya Suarez sendiri yang melakukan kesalahan. Saya merasa bingung, apa yang salah dengan dia. Saya sangat sedih untuknya,” kata Evra.
Versi Suarez
Terkait kasus rasialisme yang membuat dirinya dihukum, Suarez pernah menuliskan versi pandangannya dalam autobiografinya yang berjudul My Story: Crossing the Line (2014). Suarez mengakui telah memanggil Evra dengan kata-kata negro, namun ia tak bermaksud melecehkan.
“Sebut apapun hal buruk tentang diriku. Mulut besar, tukang gigit, tukang diving, saya bisa terima karena mereka ada bukti. Tapi untuk menyebut saya rasis, itu sangat menyakitkan. Itu tuduhan yang serius. Saya dan istri saya harus terluka karena panggilan itu. Noda itu tidak akan hilang di masa depan,” tulis Suarez.
Menurutnya, kejadian dengan Evra hanyalah kesalahpahaman. Saat itu dirinya baru datang dari Ajax Amsterdam dan belum terlalu fasih dengan Bahasa Inggris. Ia tak mengira kata-kata orang hitam ternyata kalimat yang “haram” digunakan dalam masyarakat Britania.
“Di bahasa Spanyol (bahasa yang digunakan di Uruguay), kata-kata orang hitam sama saja seperti tampan, gendut, kurus, pirang. Itu hanya menunjukkan ciri fisik seseorang. Negro bisa berarti kulit hitam atau rambut hitam. Istri saya kadang memanggil saya negro. Nenekku juga memanggil kakek dengan sebutan itu, begitu pula dengan memanggilku,” tulisnya.

Suarez sendiri menilai tak ada gunanya meminta maaf kepada Evra karena dirinya merasa tidak bersalah. Terkait insiden salaman, Suarez mengaku malah dijebak oleh Evra.
“Saya ingin menyalaminya, tapi dia menurunkan tangannya dan ketika saya ingin bersalaman, dia menyambut tangan Jordan Henderson lalu menurunkan tangannya. Saya merasa dirinya tidak ingin bersalaman. Saya melewatinya dan dia mencoba menarik saya. Lalu dia melihat Sir Alex Ferguson (pelatih MU), seolah-olah ayah sedang melihat. Saya jatuh ke perangkap,” ujar Suarez.

Dirinya pun bersyukur karena rekan setimnya mendukung penuh dirinya selama berseragam The Reds. Suarez sendiri sukses menyumbangkan gelar Piala Liga untuk Liverpool di musim 2011/2012. Dirinya juga hampir membawa Liverpool menjuarai Liga Inggris 2013/2014. Total, el pistolero, julukan Suarez sukses menyumbangkan 82 gol dari 133 penampilan bersama tim asal Merseyside itu.
“Orang-orang berkata Liverpool selalu membela saya karena saya pemain bagus. Tidak, mereka selalu membela saya karena mereka tahu siapa sebenarnya saya. Mereka tahu keluarga saya. Mereka tahu bagaimana saya tampil di lapangan. Dan terlebih, mereka tahu saya bukan seorang rasis,” tutup Suarez.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.