Ceknricek.com — Masyarakat Muslim Indonesia di Wina, Austria, rutin menyelenggarakan buka puasa bersama. Momen ini menjadi ajang silaturahim sesama warga Indonesia dan mendengarkan ceramah keagamaan seperti yang diadakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia/Perutusan Tetap Republik Indonesia (KBRI/PTRI) Wina, Sabtu, (11/5).
KBRI Wina dalam keterangan persnya, Minggu (12/5), menyebutkan buka puasa bersama yang diselenggarakan KBRI/PTRI Wina bersama Warga Pengajian Austria (WAPENA) itu menghadirkan Ustaz Muhammad Syamsi Ali yang bermukim di New York, Amerika Serikat. Ustaz Syamsi sebelumnya telah aktif berdakwah untuk mempromosikan wajah Islam yang damai, sejuk, dan rahmatan lil ‘alamin di kalangan masyarakat Barat.
Salah satu mutiara hikmah yang disampaikan dalam buka bersama itu adalah perlunya umat Islam menghargai perbedaan tetap mengedepankan persatuan. Hal ini berlaku bagi umat Muslim Indonesia yang dikaruniai anugerah berupa keragaman.
“Indonesia ini sangat indah karena adanya keragaman. Ini merupakan kenikmatan luar biasa yang harus disyukuri. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana memahami keragaman tersebut secara proporsional sehingga kita bisa mendudukkannya secara benar,” ujar Ustaz Syamsi.
Ustaz Syamsi Ali yang juga merupakan Ketua Masjid Al-Hikmah dan Direktur Jamaica Muslim Center di New York tersebut juga menjelaskan, Rasulullah Muhammad SAW menghargai dan bahkan mendorong keragaman di kalangan sahabat-sahabatnya.
Sumber : Antara
Sebagai contoh, suatu kali Nabi memerintahkan para sahabat pergi ke sebuah kampung dan berpesan agar mereka melaksanakan salat setelah tiba di kampung tersebut. Di tengah jalan, ketika tiba waktu salat sebagian sahabat melaksanakan salat sementara sebagaian yang lain tidak.
Para sahabat pun saling menyalahkan lalu mengadu ke Nabi. Ternyata Nabi mengatakan bahwa mereka sama-sama benar karena berpatokan pada Alquran. Sahabat yang salat berpatokan pada perintah untuk shalat pada waktunya, sementara sahabat yang tidak salat berpegangan pada perintah Nabi untuk salat setelah tiba di kampung yang dituju.
Lebih jauh, Ustaz Syamsi juga menjelaskan bahwa agama tidak seharusnya menjadi sekat bagi umat manusia untuk saling menghormati dan berbuat kebajikan kepada sesama. Adalah sudah kehendak Allah bahwa umat manusia memeluk agama yang berbeda-beda, dan hal tersebut harus disikapi secara bijaksana.
“Dalam Alquran disebutkan bahwa jika Allah menghendaki, niscaya Dia bisa membuat seluruh umat manusia beriman. Tapi Allah tidak lakukan itu. Ini menunjukkan bahwa keragaman merupakan sunnatullah,” ujarnya.
Kerukunan antar-umat beragama sudah dicontohkan Nabi dengan Piagam Madinah yang dapat menjadi pemersatu bagi penduduk Madinah yang majemuk. Dalam konteks keindonesiaan, pemersatu itu adalah Pancasila dan UUD 45 yang harus dijaga dan dirawat bersama.
Dubes RI untuk Austria, Dr. Darmansjah Djumala, menyampaikan acara buka puasa merupakan ajang bagi masyarakat Indonesia di Austria untuk menjalin silaturahim. Selain masyarakat Muslim, hadir dari komunitas Kristen dan Hindu yang turut diundang untuk santap bersama.
“Acara dimaksudkan untuk menyediakan forum bagi masyarakat Indonesia mengadakan silatararhim di bulan Ramadan, di samping menumbuhkan semangat kebersamaan dan solidratis sesama masyarakat Indonesia di Austria. Oleh karena itulah saudara non-Muslim bergabung dalam acara makan malam. Kegiatan ini menjadi simbol masyarakat Indonesia terlepas dari ras, etnis, dan agamanya tetap merupakan saudara,” pungkas Djumala.