Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • 8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan
  • Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba
  • Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan
  • Rantai Korupsi Tambang Nikel
  • Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Mau Enggak, Nurut?

Opini November 24, 20246 Mins Read

Ceknricek.com–Pagi itu, 26 Agustus 2024, udara Jakarta cerah namun gerah. Tepat pukul 11.45, Anies Baswedan tiba di kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Menteng, penuh percaya diri dalam balutan batik merah. Ia sudah mendengar kabar baik dari kunjungannya dua hari sebelumnya ke kantor DPD PDIP Jakarta di Cakung.

“Ini akan mulus,” pikirnya. Lagi pula, semua tanda tampak mendukung. Mahkamah Konstitusi telah mengubah ketentuan syarat pencalonan gubernur yang 20% dari total suara sah, menjadi 7,5%. Dengan raihan suara PDIP sebesar 14% atau 15 kursi di DPRD Jakarta, harapan Anies pun membumbung. Ia merasa mendapat isyarat kuat bahwa partai ini akan mengusungnya di Pilkada Jakarta.

Namun, siapa yang tahu bahwa lembaran cerita akan berubah menjadi kenangan tragis? Nasib tidak berpihak pada Anies. Pada Senin siang, 26 Agustus, hanya sehari menjelang masa pendaftaran calon Pilkada, harapannya kandas oleh ucapan Megawati, “Mau enggak, nurut.”

Alkisah, dengan langkah yakin, hari itu Anies masuk ke Gedung B di belakang kantor utama PDIP Menteng, langsung menuju lantai 3. Di sana, dia disambut sahabat lamanya, Rano Karno, mantan Gubernur Banten. Obrolan mereka berlangsung lama —dua hingga tiga jam, berdiskusi politik hingga nostalgia Si Doel.

Sementara itu, di ruang lain, rapat penting sedang berlangsung. Mega, Ketua Umum PDIP, tengah berdiskusi serius dengan para petinggi partai, termasuk di antaranya Pramono Anung, Harto Kristiyanto, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan banyak lainnya. Situasi memanas, berbagai argumen dipaparkan.

Anies, yang menunggu di luar ruang rapat, masih ditemani Rano Karno. Ia mengepit buku catatan seperti mahasiswa yang siap sidang skripsi. Kemudian seorang petugas mendekati Anies, meminta dia bersiap. Anies mungkin membayangkan momen epik itu: pintu terbuka, Mega menyebut namanya sebagai calon gubernur, dan ruangan bergemuruh dengan tepuk tangan.

Namun, kenyataan berbicara lain. Petugas itu kembali dengan wajah sendu, mengabarkan bahwa pertemuan dengan Mega dibatalkan. Tak lama kemudian, dari corong terdengar nama-nama calon PDIP untuk Pilkada diumumkan di aula, tapi tidak ada nama Anies disebut. Anies pun keluar melalui pintu belakang, membawa hati yang lebih berat dari buku catatannya. Harapannya pupus, bersama asa pendukung setianya yang dikenal sebagai Anak-anak Abah.

Apa yang sebenarnya terjadi? Laporan Pramono Anung dari Istana diduga menjadi salah satu biang kerok. Jokowi, melalui Pratikno, dan disampaikan Pramono, mengingatkan bahwa pencalonan Anies berpotensi mengancam posisi Puan Maharani sebagai Ketua DPR. Ahok menambahkan argumen bahwa jika Anies maju, bagaimana cara mengajak Ahoker mendukungnya? Dua keberatan ini cukup untuk membuat Mega mengubah keputusan.

Keraguan Mega sebenarnya sudah muncul sebelumnya. Ia menyatakan tidak suka melihat spanduk usulan pencalonan Anies yang dibentangkan di depan kantor PDIP oleh pendukung berbaju hitam. Niat baik itu malah dianggap tidak sopan. Dengan nada tajam, Mega disebut meminta Anies menjadi kader terlebih dahulu jika ingin diusung, seraya berkata, apakah Anies mau nurut?

“Eh enak aja ya, ngapain gua suruh dukung Pak Anies. Dia bener nih kalau mau sama PDIP? Kalau mau sama PDIP jangan gitu dong. Mau enggak, nurut?” ujar Mega di DPP PDIP, Jakarta, Kamis (22/8/2024). Dia menilai, tak semudah itu memperoleh dukungan dari PDIP. Ia mempertanyakan ke mana saja Anies selama ini, baru muncul ketika butuh dukungan. “Enak amat ya. Sekarang kita dicari dukungannya, lalu kamu ke mana kemarin sore. Mbok jangan gitu dong,” ucapnya.

Di belakang layar, berlangsung pula permainan catur politik tingkat tinggi. Jokowi disebut menekan Golkar, bahkan hingga perlu mengganti Ketua Umumnya menjadi Bahlil Lahadalia demi mudahnya mengusung Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta. Di sisi lain, Prabowo fokus mengamankan Jawa Barat dengan mencalonkan Dedi Mulyadi. Semua ini membuat peluang Anies kian menipis.

Anies menjadi pusat gangguan. Akhirnya, tercapailah kesepakatan: Golkar menarik Ridwan Kamil dari Pilkada Jawa Barat dan memberinya mandat menjadi calon gubernur Jakarta. Sebagai gantinya, Gerindra mengusung Dedi Mulyadi di Jawa Barat. Kedua calon ini didukung oleh Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM Plus), gabungan 12-13 partai. Di Jakarta, kekuatan mereka 91 kursi DPRD, 85% dari total kursi.

Sempat muncul wacana kuat agar Kaesang yang sudah menjadi Ketua Umum PSI diusung jadi calon gubernur Jakarta. Kaesang diharapkan menjadi penerus cita-cita Jokowi yang belum kesampaian. Segala cara ditempuh, termasuk melalui MK untuk mengubah persyaratan terkait usia calon gubernur. Namun, perlawanan dari publik begitu keras, dan MK membuat keputusan yang menutup peluang Kaesang karena usia.

PKS, yang sebenarnya bisa mengusung Anies berkat aturan baru dari MK, memilih tetap setia pada koalisi dengan alasan demi menjaga etika perjanjian. Namun, sebetulnya ada rasa kecewa pula. “Anies kurang perhatian pada kami saat menjadi gubernur,” keluh mereka, seperti pasangan yang merasa diabaikan.

Dalam percaturan politik ini, Jokowi dan Prabowo tampaknya memiliki kepentingan berbeda, tetapi bersinergi demi memenangkan Pilpres 2029, khususnya di daerah strategis seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Jika tidak bubar, KIM Plus tampaknya akan menjadi kekuatan yang mengkhawatirkan.

Namun, yang perlu kita garis-bawahi adalah ungkapan Megawati tentang Anies, “Apa dia bisa nurut?” yang mencerminkan dinamika psikologi, khususnya dalam hal kepatuhan dan loyalitas politik. Kepatuhan politik mengacu pada sejauh mana seorang individu atau aktor politik mengikuti arahan dan kebijakan yang ditetapkan oleh otoritas atau pemimpin partai.

Megawati sadar, belum lama ini ia dikecewakan oleh Jokowi, kader luar, yang saat menjadi presiden pun disebutnya sebagai “petugas partai” dengan harapan loyal dan tunduk pada arahan partai. Kekecewaan Megawati terhadap Jokowi yang dianggap tak patuh meneguhkan keraguan hatinya pada Anies, mantan gubernur Jakarta yang tak mudah dikendalikan.

Istilah “nurut” menuntut ketundukan total. Inilah loyalitas politik, yang lebih dalam dari sekadar kepatuhan. Ia mencakup rasa kesetiaan ideologis dan emosional terhadap partai atau pemimpin. Dalam kasus Anies, Megawati tampaknya meragukan komitmen ideologis dan loyalitas politiknya kepada PDIP, meskipun ada peluang strategis untuk mengusungnya.

Ini menunjukkan bahwa loyalitas dalam politik tidak hanya diukur dari kesetiaan formal, tetapi juga dari kepercayaan bahwa seseorang akan mendukung visi, nilai, dan strategi yang disepakati. Ungkapan “Apa dia bisa patuh” ini sekaligus menggambarkan dinamika psikologis dalam hubungan antara pemimpin partai dan aktor politik yang dianggap sebagai “outsider” atau bukan bagian inti dari struktur partai.

Drama ini menjadi pelajaran berharga: politik adalah seni kompromi, strategi, dan sedikit, ehm, pengkhianatan. Anies mungkin telah belajar bahwa di dunia ini, harapan bisa pupus lebih cepat dari lampu panggung yang dipadamkan. Apakah ini akhir kisahnya? Tentu tidak, ini baru babak pertama dari sandiwara politik Indonesia.

Cak AT – Ahmadie Thaha

Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 24/11/2024

#aniesbaswedan #politik megawatisoekarnoputri
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

Generasi Beta, Selamat Datang

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan

Ceknricek.com — Menjelang waktu berbuka puasa, berburu takjil menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan selama…

Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba

March 10, 2025

Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan

March 10, 2025

Rantai Korupsi Tambang Nikel

March 10, 2025

Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025

March 10, 2025

Nikita Willy Bagikan Tips Tetap Bugar Saat Berpuasa

March 10, 2025

Hasil Liga Italia: Atalanta Permalukan Juventus 4-0

March 10, 2025

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

March 10, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.