Ceknricek.com–Di balik gemerlap ruang operasi dan prestise jas putih, tersembunyi sebuah epidemi yang menggerogoti inti pendidikan kedokteran spesialis: perundungan. Fenomena ini bukan sekadar luka superfisial, melainkan kanker yang mengancam masa depan pelayanan kesehatan negeri ini.
Ironi Sumpah Hippocrates
Sumpah untuk menyembuhkan dan tidak menyakiti seakan menjadi paradoks ketika kita menyaksikan realita pendidikan dokter spesialis. Intimidasi, penghinaan, dan kekerasan verbal telah lama menjadi “kurikulum tersembunyi” yang dianggap lumrah. Namun, apakah kita akan terus membiarkan calon penyembuh masa depan terluka bahkan sebelum mereka menyentuh pasien pertama mereka?

Akar Permasalahan: Kultur Toxic yang Mengakar
Budaya senioritas yang berlebihan, beban kerja yang mencekik, dan sistem pengawasan yang lemah telah menciptakan lingkungan yang subur bagi tumbuhnya perundungan. Ditambah lagi dengan stigma yang membelenggu para korban, menciptakan lingkaran setan yang seolah tak berujung.
Revolusi Pendidikan: Dari Scalpel ke Sentuhan Asah, Asih, dan Asuh
Sudah saatnya kita melakukan operasi besar-besaran terhadap sistem pendidikan dokter spesialis. Konsep Asah, Asih, dan Asuh harus menjadi fondasi baru dalam membangun generasi dokter masa depan.
1.Asah: Mengasah Kompetensi tanpa Menumpulkan Nurani
– Implementasi metode pembelajaran yang mengedepankan dialog dan diskusi kritis.
– Sistem evaluasi yang tidak hanya menilai keterampilan teknis, tetapi juga soft skills dan etika.
2.Asih: Menciptakan Lingkungan yang Penuh Kasih
– Program mentoring yang membangun hubungan positif antara senior dan junior.
– Ruang-ruang aman untuk berbagi pengalaman dan dukungan psikologis.
3.Asuh: Membimbing dengan Kearifan
– Pelatihan leadership bagi para supervisor dan dosen.
– Sistem reward yang menghargai tidak hanya prestasi akademik, tetapi juga kemampuan membimbing dan menginspirasi.
Langkah Konkret Menuju Perubahan
1.Kebijakan Zero Tolerance yang diimplementasikan secara konsisten dan transparan.
2.Sistem pelaporan yang aman, mudah diakses, dan menjamin kerahasiaan pelapor.
3.Reformasi kurikulum yang memasukkan aspek kesehatan mental dan manajemen stress.
4.Kolaborasi dengan psikolog dan ahli pendidikan untuk merancang program pengembangan karakter.
5.Keterlibatan aktif organisasi profesi dalam pengawasan dan evaluasi berkala.
Merajut Harapan
Perundungan dalam pendidikan dokter spesialis bukan hanya masalah etika, tetapi ancaman serius terhadap kualitas pelayanan kesehatan masa depan. Setiap tetes air mata residen yang terluka adalah potensi hilangnya sentuhan penyembuh bagi ribuan pasien.
Revolusi ini membutuhkan keberanian. Keberanian untuk membongkar status quo, mengakui kelemahan sistem, dan yang terpenting, keberanian untuk berubah. Karena pada akhirnya, kualitas dokter yang kita hasilkan hari ini akan menentukan nasib kesehatan bangsa di masa depan.
Sudah terlalu lama kita membiarkan scalpel perundungan melukai generasi penerus. Saatnya kita menggantinya dengan sentuhan Asah, Asih, dan Asuh yang akan melahirkan dokter-dokter yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga kaya empati dan berintegritas tinggi.
Revolusi ini bukan pilihan, melainkan keharusan. Karena hanya dengan pendidikan yang manusiawi, kita dapat menghasilkan dokter-dokter yang benar-benar memanusiakan manusia.