Ceknricek.com–Industri penerbangan Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dalam merekrut pilot berkualitas. Regulasi yang ketat mengenai kesehatan mata calon pilot seringkali menutup pintu bagi talenta-talenta berbakat yang memiliki keterbatasan penglihatan ringan. Namun, kemajuan teknologi kini membuka peluang untuk mengubah paradigma ini.
Alat bantu penglihatan modern telah terbukti efektif dalam membantu pilot menjalankan tugasnya dengan aman. Kacamata khusus seperti AeroMax Aviator, yang dikembangkan oleh perusahaan OpticsAir, telah menunjukkan hasil positif dalam uji coba di simulator penerbangan. Alat ini mampu mengoreksi berbagai masalah penglihatan, termasuk miopia dan astigmatisme, tanpa mengganggu kinerja pilot.
Untuk masalah buta warna, teknologi EnChroma telah membuat terobosan signifikan. Kacamata EnChroma Pilot Edition, yang dirancang khusus untuk kokpit pesawat, membantu pilot dengan buta warna parsial untuk membedakan warna dengan lebih akurat. Studi yang dilakukan oleh Universitas California pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 87% pilot dengan buta warna parsial yang menggunakan kacamata ini mengalami peningkatan signifikan dalam kemampuan membedakan warna sinyal dan instrumen penerbangan.

Dr. Ari Wibowo, pakar keselamatan penerbangan dari Institut Teknologi Bandung, menyatakan, “Teknologi telah berkembang pesat, namun regulasi kita masih tertinggal. Sudah saatnya kita meninjau ulang persyaratan kesehatan mata untuk pilot dengan mempertimbangkan efektivitas alat bantu modern.”
Beberapa negara maju telah mengambil langkah progresif dalam hal ini. Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat, misalnya, telah merevisi kebijakannya pada tahun 2022 untuk mengizinkan pilot dengan buta warna parsial terbang dengan bantuan teknologi koreksi warna yang disetujui. Langkah ini telah membuka peluang bagi ribuan calon pilot berbakat di negara tersebut.
Di sisi lain, International Civil Aviation Organization (ICAO) dalam dokumen “Manual of Civil Aviation Medicine” edisi 2022, telah merekomendasikan negara-negara anggota untuk mempertimbangkan kemajuan teknologi dalam mengevaluasi standar kesehatan pilot. Ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengikuti jejak internasional.
Perubahan regulasi bukan hanya tentang inklusi, tetapi juga tentang meningkatkan daya saing industri penerbangan nasional. Dengan membuka peluang lebih luas, Indonesia dapat memperbesar pool talenta pilot, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan industri penerbangan dan pariwisata.
Kementerian Perhubungan, sebagai regulator utama, perlu memimpin inisiatif ini. Pembentukan tim khusus yang terdiri dari pakar penerbangan, ahli kesehatan mata, dan perwakilan industri dapat menjadi langkah awal untuk merumuskan revisi regulasi yang komprehensif dan berbasis bukti.
Maskapai penerbangan juga memiliki peran krusial. Garuda Indonesia, sebagai flag carrier, dapat menjadi pionir dalam mengadopsi teknologi baru dan memberikan kesempatan kepada pilot dengan bantuan alat koreksi penglihatan untuk membuktikan kemampuan mereka.
Perubahan ini tentu harus dilakukan dengan hati-hati, mengutamakan keselamatan sebagai prioritas utama. Namun, dengan pendekatan yang tepat, Indonesia dapat menciptakan industri penerbangan yang lebih inklusif tanpa mengorbankan standar keamanan.
Sudah saatnya kita membuka langit untuk semua talenta terbaik bangsa. Dengan merevisi regulasi rekrutmen pilot dan memanfaatkan teknologi terkini, Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pemimpin dalam inovasi penerbangan di kawasan Asia Tenggara.