Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • 8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan
  • Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba
  • Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan
  • Rantai Korupsi Tambang Nikel
  • Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Memoar Perempuan Ahli La Galigo

Opini November 27, 20245 Mins Read

Ceknricek.com–Aku di Antara Santri. Judul ini cukup unik dan membuatku bersemangat mengambil waktu untuk membaca catatan kehidupan Prof. Nurhayati Rahman, seorang pengajar di Universitas Hasanuddin. Meski tampilan luar buku tersebut tak begitu seronok — karena terkesan agak suram — tapi isi buku ini, yang merupakan sejarah kehidupan dan perjuangan dari perempuan ahli La Galigo, membuatku tak bisa beranjak menghentikan tangan membuka lembar demi lembar. Alasannya karena buku ini penuh kejutan.

Soal nama diri, misalnya, Kak Nur — demikian aku biasa memanggil Prof. Nurhayati Rahman — ternyata memiliki tiga bahkan empat nama. Dimulai dari saat ia lahir. Semua kakaknya wafat saat kecil. Maka ketika Nurhayati lahir, ia diberi nama I Tuo, yang dalam bahasa Bugis artinya “Sang Kehidupan” — disimbolkan dengan matahari. Itu adalah doa dari orang tua agar sang anak mendapat umur panjang.

Dengan indahnya, Kak Nur menuliskan makna penamaan dirinya itu berikut ini:

“Menurut kisah-kisah epik La Galigo, kehadiran matahari saat fajar mulai menyingsing disebut dettia mammula cabbeng matahari yang mulai muncul di timur memancarkan cahayanya. Pada saat dini seperti itu dikisahkan para keturunan dewa-dewi berkumpul di beranda sao raja — istana untuk bermusyawarah dan bersenda gurau. Alam menyambutku, tak ubahnya dettia mammula cabbeng — pemberi cahaya kehidupan bagi orang di sekitarku. Semoga kelak aku bisa memberi cahaya kehidupan pada orang sekitarku, sesedikit apa pun itu. Begitulah doa-doa yang dilantunkan oleh kedua orang tuaku ketika meng-adzani kedua telingaku.”

Saat berusia balita, Kak Nur pernah terseret air bandang saat bermain di sungai. Ia diselamatkan oleh seorang nelayan. Sesudahnya ia sakit parah hingga kritis selama beberapa hari. Kak Nur mampu bertahan hidup, tapi kemudian rambutnya rontok parah. Maka ia pun dipanggil I Condong. Artinya “si rambut jarang”. Meski semula merasa bingung, Kak Nur mengakui ia menoleh saja saat kawan-kawan masa kecilnya memanggil dengan sebutan itu. Berarti, ia tak berkeberatan dengan panggilan tersebut.

Sewaktu masuk sekolah dasar (SD), Kak Nur menolak masuk sekolah jika namanya tetap I Tuo. Maka oleh sang ayah namanya diubah menjadi Hayati. Artinya tetap sama: kehidupan. Menjelang tamat SD, nama depan ditambahkannya “Nur” sehingga namanya menjadi Nurhayati, yang bermakna “Cahaya Kehidupan”. Lalu, karena menggeluti mahakarya La Galigo selama puluhan tahun, kini Kak Nur juga kerap dipanggil Sitti Galigo oleh koleganya. Meski, ada beberapa nama yang menempel di dirinya, kejatian diri Kak Nur tetap tak berubah.

Kejatian diri perempuan cerdas ini juga terbentuk dari latar belakang keluarga. Kak Nur, yang dilahirkan di Bone, memiliki seorang ibu dari keluarga bangsawan, Hajjah Andi Zubaidah atau Puang Bajo. Menilik bagan silsilah keluarga terlihat bagaimana kuatnya darah bangsawan mengalir dalam dirinya. Dari pihak ibu, kakeknya yang kelima secara vertikal adalah La Rumpang Mégga Petta Karaéngngé Matinroé ri Bola Sadana (Datu Tanete merangkap Datu Lamuru dan Datu Mario Soppeng). Ia memiliki istri bernama I Manédara. I Manédara melahirkan seorang putri bernama Datu Tinusu. Diketahui, Datu Tinusu bersaudara lain ibu dengan Colliq Pujié Arung Pancana Toa, perempuan penyalin La Galigo di era kolonialisme Belanda dulu. Memahami hal tersebut, setiap membuka naskah-naskah La Galigo di Perpustakaan Leiden, Belanda, yang merupakan salinan tangan Colliq Pujié, Kak Nur selalu membaca Al Fatihah untuk mendoakan para leluhurnya.

Ayah Kak Nur bernama A.G. K.H. Abd. Rahman Matammeng. Lelaki bangsawan ini merupakan Jaksa Tinggi dari suatu kelompok “separatis”: Darul Islam – Tentara Islam Indonesia (DI-TI) di wilayah Sulawesi Selatan. Maka mengalir pulalah cerita-cerita unik tentang masa balita Kak Nur di lokasi persembunyian DI-TII di Sulawesi Selatan, tepatnya di sekitar Kabupaten Bone. Bagaimana ia mendengar suara tembakan, menolak digendong seorang bertangan buntung (yang dihukum potong tangan karena mencuri) dan sebagainya. Meski hidup dalam persembunyian, masa kecil Kak Nur tetap mengandung kisah-kisah bocah yang indah.

Kehidupan yang dinamis dan naik turunnya kehidupan ekonomi orang tua tak pernah membuat Kak Nur menyerah kalah. Saat anak-anak, ia mendapatkan kehidupan yang dekat dengan alam. Mencari ikan dengan bubu dan mencari jambu biji dengan muka berbalur bedak dingin adalah memori tak terlupakan.

Kehidupan yang berbeda karena perpindahan orang tua dari Bone ke Makassar juga menjadikan Kak Nur belajar beradaptasi dengan berbagai pola kehidupan dan berbaur dengan orang dari berbagai latar belakang budaya. Namun akhirnya ia tetap memiliki jati diri yang kukuh dengan prinsip-prinsip hidup yang kuat, seperti kejujuran, kerja keras dan harga diri.

Masih banyak lagi hal menarik dan inspiratif dari memoar Kak Nur ini. Dan sangat pantas kiranya jika catatan kehidupan tersebut dibukukan oleh Yayasan Obor Indonesia, yang terkenal sebagai penerbit buku-buku bermutu di Indonesia. Maka membaca buku ini adalah membaca pembentukan kedirian seorang Nurhayati Rahman. Kukuh dan teguh, gigih tanpa pamrih.

Untuk menutup catatan ini, simaklah puisi Kak Nur yang dimuat dalam buku tersebut:

Sang Gembala (2014)

Gonrio rio ri gonré régong-régong

Begitulah senandungmu lembut mengalun

dari bibir mungilmu

pada bait-bait absurd yg tak kumengerti

Suara selingan sulingmu melengking tinggi

mendayu sampai ke langit tujuh lapis

pada senja yang asyik bercumbu

menanti malam yang berbinar

Sungguh aku tak paham

seribu kunang berkelebat di awan

mengerumuni seluruh mimpimu

pada petala bumi yg ranggas

Engkau sang gembala,

adakah kau masih di situ

membawa pesan rinduku yg menggelora

di tujuh ngarai dan lembah yg sepi

Tidak lagi, katamu

dunia semakin edan

kerbau-kerbau itu

Kini jadi liar dan menakutkan

#ilagaligo #karya #Sastra bukumemoar
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

Generasi Beta, Selamat Datang

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan

Ceknricek.com — Menjelang waktu berbuka puasa, berburu takjil menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan selama…

Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba

March 10, 2025

Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan

March 10, 2025

Rantai Korupsi Tambang Nikel

March 10, 2025

Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025

March 10, 2025

Nikita Willy Bagikan Tips Tetap Bugar Saat Berpuasa

March 10, 2025

Hasil Liga Italia: Atalanta Permalukan Juventus 4-0

March 10, 2025

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

March 10, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.