Ceknricek.com — Pekan Komponis Indonesia 2019 masih digelar di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Program Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) ini menghadirkan 11 komponis muda dari berbagai negara, salah satunya Cina dan akan berlangsung hingga Rabu (6/11).
Ketua Komite Musik DKJ, Anto Hoed mengungkapkan, kehadiran para komponis dari luar negeri itu agar bisa saling bertemu dan bertukar pikiran untuk mengembangkan karya mereka ke dunia internasional.
“Awalnya ada 30 komponis dengan karyanya yang masuk, kemudian dikurasi menjadi 11 komponis. Tentu ada dasar objektivitas para kurator terhadap satu dua komposisi yang dipilih,“ ujar Anto Hoed di Lobi Teater Jakarta, Minggu (3/11) malam.
Di hari kedua, Senin (4/11), komponis-komponis muda dari Indonesia memang menunjukkan taringnya dalam mengolah komposisi-komposisi musik di Teater Kecil Jakarta dengan membawakan beberapa karya meraka ke depan publik.
Dalam acara yang dimulai pukul 19.30 WIB itu penonton langsung disuguhi komposisi karya Yayi Wira Pamungkas, komponis asal Yogyakarta, bertajuk Echosystem.

Baca Juga: Tawarkan Kreasi Musik Baru, DKJ Gelar Pekan Komponis Indonesia 2019
Terinspirasi dari sifat-sifat orang yang selalu terbawa arus dalam merespons politik ini, Yayi memadukan bebunyian dari biola, piano, flute, dan cello yang membentuk pulsasi ritmis tarik-menarik seperti echo (gaung) yang menghasilkan bunyi-bunyi ganjil di luar keharmonisan musik mainstream.
Tidak hanya itu, Nursalim Yadi Anugerah (Pontianak) kembali membius telinga penonton lewat karyanya yang mengeksplorasi alat musik Kadedek/Kaldii’ atau mouth-organ, alat musik tradisional masyarakat kayaan, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Berangsur-angsur setelah telinga penonton dibawa tenggelam dalam bebunyian imajinatif musik, Ida Bagus Heri Yoga Permadi (Bali) membawa penonton dalam lanskap pedesaan Bali lewat permainan gitarnya yang menggunakan cara kerja gemelan Bali yang ritmis dan dinamis.
Acara kemudian ditutup dengan penampilan terakhir dari komponis asal Jombang, Candra Bangun Setiawan dengan membawakan karyanya yang berjudul Majeng Duktan. Lewat permainan komposisi bebunyian dari alat musik saksofon, flute, cello, dan teknik vokal yang mumpuni, tepuk tangan penonton pun akhirnya menutup pagelaran tersebut.
Untuk diketahui, Pekan Komponis Indonesia yang dimulai sejak 1979 dengan nama Pekan Komponis Muda ini merupakan sebuah upaya DKJ untuk menawarkan kebaruan kreasi musik dan bebunyian yang menjadi begian penanda perkembangan zaman kepada khayalak di Indonesia dan dunia, khususnya Jakarta.
BACA JUGA: Cek Berita BIOGRAFI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di sini