Ceknricek.com – Palang pintu memiliki arti sebagai tradisi untuk membuka penghalang yang di wakili seseorang atau lebih agar bisa masuk ke suatu daerah. Tradisi ini biasa di pakai pada acara pernikahan ataupun acara umum lainya
Kurang pedulinya generasi muda sekarang terhadap budaya, membuat kebudayaan ini semakin lama termakan oleh zaman. Oleh karena itu peran penting remaja sangat berpengaruh terhadap perkembangan budaya.
Menurut penggiat seni sekaligus pemimpin Sanggar Kesenian Betawi Kembang Kelapa, Aditya Sura “ Palang pintu itu identik dengan budaya betawi, terutama acara pernikahan “
Tradisi unik ini sebenarnya menyimpan nilai moral yang luhur. Pesannya, pengantin pria diharapkan menjadi sosok yang dapat melindungi istrinya (dilambangkan dengan cara mengalahkan tukang pukul), dan juga dituntut untuk dapat mengajarkan agama kepada sang istri (dilambangkan dengan kegiatan mengaji).
Sebelum pesta pernikahan, biasanya akan ada tradisi dimana mempelai laki-laki mendatangi pihak perempuan. Pada saat itu akan terjadi semacam drama, ketika pihak laki-laki ingin datang kemudian di halang oleh rombongan pihak perempuan. Biasanya pihak perempuan akan memberikan syarat yang harus di penuhi oleh pihak laki-laki. Syarat yang di ajukan pertama harus mampu mengalahkan jagoan yang di bawa dari pihak perempuan. Kemudian jika berhasil akan diberikan syarat berikutnya seperti mengaji. Pihak dari laki-laki harus bisa mengaji, jika semua syarat sudah berhasil terpenuhi rombongan perempuan akan memperbolehkan masuk.
Biasanya alat-alat yang dibawa dalam acara tersebut hanya kembang kelapa dan alat atraksi silatnya seperti golok serta membawa tim pemusik rebana kecimpring. Kostum yang digunakan juga tidak jauh berbeda seperti halnya pada acara perkawinan yaitu baju koko/sadariah dengan celana kolor panjang dan baju ujung serong pada beberapa orang palang pintu saja.
Dalam tradisi tersebut juga terdapat unsur bela diri, yaitu silat. Jenis yang dipakai adalah silat cingkrik yang berasal dari wilayah Rawa Belong, daerah Sukabumi Utara dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Silat cingkrik merupakan seni murni bela diri, dengan menampilkan kecepatan tangan dan kaki seakan akan melakukan tarian yang di iringi oleh alunan gendang dan marawis.
Dalam setiap pertunjukanya di lengkapi pula dengan kembang kelapa. Alasan di ambilnya pohon kelapa akrena semua bagian dari pohon kelapa dapat di manfaatkan dari akar hingga buahnya, sehingga adanya kembang kelapa bertujuan ketika sudah menjadi kelapa rumah tangga yang sah dapat berguna bagi kehidupan keluarga ataupun masyarakat.
Tidak lupa juga roti buaya sebagai seserahan yang dibawa mempelai pria untuk pihak perempuan. Seperti filosofinya buaya merupakan hewan yang setia, buaya tidak akan menikah lagi meskipun pasanganya mati. Selain itu buaya juga di jadikan sebagai symbol keberanian pihak laki-laki dalam melindungi keluarganya dari berbagai ancaman.
Alasan roti yang dibawa pada seserahan, dikarenakan pada zaman dulu roti merupakan barang mewah bagi orang Betawi. Pada zaman itu hanya orang Belanda saja yang bisa memakan roti dan orang Betawi hanya memakan jenis umbi-umbian seperti singkong, ubi, dan lain-lain.
Sampai saat ini tradisi itu masih sering di lakukan, namun hingga kini belum di ketahui siapa pencetus pertama kali tradisi ini. Sebagai generasi muda kita wajib menjaga dan melestarikan kebudayaan tersebut, sehingga kebudayaan tersebut masih bisa di nikmati oleh generasi berikutnya.