Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • 8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan
  • Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba
  • Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan
  • Rantai Korupsi Tambang Nikel
  • Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»BIOGRAFI

Mengenang Oerip Soemohardjo, Sesepuh Tentara Indonesia yang Dilupakan

BIOGRAFI November 17, 20196 Mins Read

Ceknricek.com — Nama Jenderal Oerip Soemohardjo (ejaan baru: Urip Sumoharjo) mungkin kurang familiar seperti jenderal besar yang lain seperti Jenderal Sudirman atau T.B Simatupang. 

Namun, sosok jenderal yang meninggal tanggal hari ini 71 tahun silam, tepatnya pada 17 November 1948, ternyata memiliki peran besar bagi terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Dalam sejarah kemiliteran nasional, ia juga membentuk Akademi Militer pertama di Yogyakarta pada 1945 untuk menghadapi Belanda.

Atas jasa-jasanya itulah, bersama Jenderal Sudirman, Jenderal Urip Sumoharjo kemudian diakui sebagai Bapak Angkatan Perang Republik Indonesia.

Kiprah Urip Sumoharjo

Urip Sumoharjo lahir pada 22 Februari 1893 di Sindurejan, Purworejo, sebagai putra tertua R. Sumoharjo, mantri guru HIS, Hollandsch Inlandsche School. Ibunya adalah putri dari Raden Tumenggung Wiryokusumo, Bupati Trenggalek.

Oerip Soemohardjo (kanan) semasa menjadi kadet Inlandsche Officieren School
Foto: dok. buku Pribumi Jadi Letnan KNIL

Kedua orang tua Urip mengharapkan agar kelak ia menjadi priyayi, bahkan kalau mungkin menjadi bupati seperti kakeknya. Karena itu, sesudah menamatkan HIS, ia dimasukkan ke Opleiding School Voor Inlandsche Ambetenaren (OSVIA) –Sekolah Calon Pegawai Negeri di Magelang. 

Tetapi di kota yang terkenal sebagai kota militer ini, perhatian Urip beralih ke bidang lain. Ia berkenalan dengan seorang anggota tentara Belanda. Dari tentara inilah ia banyak mendengar kisah tentang kehidupan militer. Lama-kelamaan Urip tertarik terhadap dunia militer dan terbersit keinginan untuk menjadi tentara.

Baca Juga: Kiprah Jenderal Moestopo, Pahlawan Nyentrik dari Kediri

Atas dasar itulah Urip lalu memutuskan keluar dari OSVIA dan masuk sekolah militer di Jakarta. Pada 1913, ia lulus dengan menyandang status perwira teladan karena nilai yang diperolehnya sangat bagus. Setelah lulus dari sekolah militer, ia menjadi salah satu tentara di KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger). 

Foto: Istimewa

Meskipun KNIL merupakan bentukan Kerajaan Hindia-Belanda, namun waktu itu banyak pribumi yang masuk menjadi tentara KNIL. Selain Urip, ada A.H Nasution, Gatot Subroto, T.B Simatupang dan sebagainya. Para sosok inilah yang kemudian memiliki andil besar bagi perjalanan kemiliteran di tanah air, khususnya pada masa kemerdekaan. 

Saat masuk KNIL, Urip berpangkat letnan dua. Dia lalu ditugaskan di Kalimantan, mula-mula di Banjarmasin, selanjutnya di Tanah Grogot, dekat Balikpapan dan akhirnya di Malinau. Tahun 1923 Urip dipindahkan ke Cimahi, Jawa Barat. 

Dari Cimahi, ia sempat juga dipindahkan lagi ke kota kelahirannya, Purworejo. Berturut-turut sesudah itu ditempatkan di Magelang, Ambarawa, Padang Panjang (Sumatera Barat) dan akhirnya kembali ke Purworejo. Selama masa tugas ini, Urip dikenal sebagai pemberontak sekat diskriminasi yang sering menindas tentara pribumi.

Di Banjarmasin, Urip pernah melancarkan protes terhadap peraturan yang tidak membolehkan perwira-perwira Indonesia memasuki kamar bola (gedung pertemuan). Di Balikpapan dia juga menentang peraturan yang dikeluarkan oleh perusahaan minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) yang melarang orang-orang Indonesia menaiki kereta api milik perusahaan tersebut.

Baca Juga: R.E Martadinata, Panglima Angkatan Laut yang Tewas di Udara

Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945) semua tentara Belanda ditawan Jepang, termasuk Urip Sumoharjo. Tiga bulan lamanya ia meringkuk dalam rumah tahanan di Cimahi. Bulan Juni 1942, ia dibebaskan dan ditawari Jepang sebagai Komandan Polisi. Urip yang sejak semula bersikap antipati terhadap Jepang, menolak. Ia lalu kembali ke Gentan, tetapi disini tindak-tanduknya selalu diawasi mata-mata Jepang.

Berpeluang Menjadi Panglima TKR

Tanggal 14 Agustus 1945, Jepang bertekuk lutut kepada Sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom. Peristiwa ini kemudian berkembang dengan cepat. Tanggal 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan setelah para pemuda menculik Bung Karno dan Hatta ke Rengasdengklok.  

Urip pada saat itu masih berada di Gentan, namun ia tetap siaga dan siap menghadapi situasi baru. Pada saat yang sama, ia juga mengetahui berita tentang pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat) dan kemudian TKR. Sampai saat itu Urip tidak menyadari, bahwa akan terlibat dalam kesibukan membina tentara yang baru lahir tersebut.

Sementara itu, di Jakarta, beberapa orang bekas perwira KNIL mulai membicarakan nama Urip dan mengusulkan kepada pemerintah agar diangkat menjadi pimpinan TKR. Atas usul itu wakil Presiden Moh. Hatta mengirim telegram, meminta agar Urip datang ke Jakarta. 

Foto: Istimewa

Sesampainya di Ibu kota, usaha pertama yang dilakukan Urip adalah mengumpulkan beberapa orang perwira bekas KNIL. Sesudah itu mereka bersama-sama mengeluarkan ”Pernyataan tidak terikat lagi dalam dinas KNIL”. Pernyataan itu ditandatangani oleh 13 orang dan nama Urip terletak pada urutan paling atas.

Pada 15 Oktober 1945, Urip Sumoharjo kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR merangkap panglima sementara dengan pangkat Letjen. Penunjukan ini membuat nama Urip menjadi kandidat paling diunggulkan yang bakal menduduki jabatan sebagai panglima TKR usai pemilihan nantinya.

Namun, munculnya sosok Jenderal Sudirman yang merupakan mantan prajurit Pembela Tanah Air (PETA) membuat peluang Urip tergerus. Pada waktu pemilihan panglima TKR bulan November 1945, Sudirman memenangkan pemilihan setelah dua kali putaran yang berlangsung seimbang. Pada pemilihan ketiga mereka hanya selisih satu suara. Kendati begitu, Urip tetap legowo menerima kekalahan.

Dalam hubungannya dengan Sudirman yang masih muda, 29 tahun, Urip yang sudah berumur 52 tahun, ternyata dapat mengatasi hambatan-hambatan yang bersifat psikologis dalam bekerja sama membangun TKR, baik yang disebabkan oleh perbedaan umur, maupun perbedaan pengalaman militer, keduanya saling menghargai dan bekerja sama isi-mengisi.

Foto: Istimewa

Pada Januari 1946, nama ”Tentara Keamanan Rakyat” diubah menjadi ”Tentara Keselamatan Rakyat” dengan singkatan tetap TKR. Dalam bulan itu juga, yakni tanggal 26 Januari 1946 nama TKR berubah lagi menjadi ”Tentara Republik Indonesia (TRI)”. Istilah TRI itu dianggap lebih mencerminkan identitasnya sebagai tentara dari suatu negara yang merdeka.

Baca Juga: Kisah Jenderal M. Jusuf, Panglima TNI dari Bone

Satu tahun berjalan usaha-usaha untuk menggabungkan laskar ke dalam TRI berhasil dilakukan dengan terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada Juni 1947. Pasca terbentuknya TNI, Urip mendirikan Akademi Militer di Yogyakarta dan berjuang dengan taktik gerilya untuk menghadapi Belanda. Sama seperti Sudirman, Urip tidak sepakat dengan berbagai perundingan yang dilakukan pemerintah RI dengan Belanda.

Mengundurkan Diri dari Militer

Dua tahun berjalan, pada 1948 Urip mengundurkan diri dari jabatan sebagai Kepala Staf Umum TNI. Hal itu karena ia tidak setuju dengan Perjanjian Renville yang dianggapnya banyak merugikan Indonesia. Namun, kemudian, ia diangkat sebagai penasihat Menteri Pertahanan atau wakil Presiden Mohammad Hatta.

Foto: Istimewa

Melewati berbagai perjalanan panjang semasa hidupnya, termasuk kiprah pentingnya dalam dunia kemiliteran, Jenderal Urip Sumoharjo wafat pada 17 November 1948. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. 

Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya bagi bangsa dan negara, pemerintah menganugerahinya gelar Pahlawan Pembela Kemerdekaan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 314/Tahun 1964, tanggal Desember 1964.

Jasa-jasa yang diberikan oleh Jenderal Urip Sumoharjo, khususnya dalam sejarah perjalanan TNI, membuat sosok pahlawan ini mendapatkan apresiasi. Di salah satu ruangan Museum Satria Mandala yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 14 Jakarta Selatan, beragam prestasi dan perjalanan hidup Jenderal Urip Sumoharjo bisa kita saksikan dan telusuri.

Foto: Istimewa

Di ruangan yang bernama Koleksi Dwi Tunggal ini, beragam foto dokumentasi kegiatan sosok yang pada masa kecilnya bernama Muhammad Siddik itu menghias dinding-dinding ruangan. 

Selain itu, terdapat juga beberapa koleksi lain terkait aktivitas sang jenderal, diantaranya meja dan kursi yang dulu selalu digunakan di kediamannya. Ada juga patung sebagai lambang apresiasi terhadap pahlawan yang kini namanya diabadikan menjadi salah satu Jalan penting di Yogyakarta tersebut.

BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.

#Biografi oeripsoemohardjo tentara tni TodayHistory
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Srikandi Piala Uber 1975 Tati Sumirah Meninggal Dunia

Mengenang Legenda NBA Kobe Bryant, Ikon Basket dan Olahraga

Kiprah Penulis Novel Detektif Terlaris Agatha Christie

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan

Ceknricek.com — Menjelang waktu berbuka puasa, berburu takjil menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan selama…

Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba

March 10, 2025

Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan

March 10, 2025

Rantai Korupsi Tambang Nikel

March 10, 2025

Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025

March 10, 2025

Nikita Willy Bagikan Tips Tetap Bugar Saat Berpuasa

March 10, 2025

Hasil Liga Italia: Atalanta Permalukan Juventus 4-0

March 10, 2025

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

March 10, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.