Ceknricek.com — Nama Jenderal Oerip Soemohardjo (ejaan baru: Urip Sumoharjo) mungkin kurang familiar seperti jenderal besar yang lain seperti Jenderal Sudirman atau T.B Simatupang.
Namun, sosok jenderal yang meninggal tanggal hari ini 71 tahun silam, tepatnya pada 17 November 1948, ternyata memiliki peran besar bagi terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dalam sejarah kemiliteran nasional, ia juga membentuk Akademi Militer pertama di Yogyakarta pada 1945 untuk menghadapi Belanda.
Atas jasa-jasanya itulah, bersama Jenderal Sudirman, Jenderal Urip Sumoharjo kemudian diakui sebagai Bapak Angkatan Perang Republik Indonesia.
Kiprah Urip Sumoharjo
Urip Sumoharjo lahir pada 22 Februari 1893 di Sindurejan, Purworejo, sebagai putra tertua R. Sumoharjo, mantri guru HIS, Hollandsch Inlandsche School. Ibunya adalah putri dari Raden Tumenggung Wiryokusumo, Bupati Trenggalek.

Foto: dok. buku Pribumi Jadi Letnan KNIL
Kedua orang tua Urip mengharapkan agar kelak ia menjadi priyayi, bahkan kalau mungkin menjadi bupati seperti kakeknya. Karena itu, sesudah menamatkan HIS, ia dimasukkan ke Opleiding School Voor Inlandsche Ambetenaren (OSVIA) –Sekolah Calon Pegawai Negeri di Magelang.
Tetapi di kota yang terkenal sebagai kota militer ini, perhatian Urip beralih ke bidang lain. Ia berkenalan dengan seorang anggota tentara Belanda. Dari tentara inilah ia banyak mendengar kisah tentang kehidupan militer. Lama-kelamaan Urip tertarik terhadap dunia militer dan terbersit keinginan untuk menjadi tentara.
Baca Juga: Kiprah Jenderal Moestopo, Pahlawan Nyentrik dari Kediri
Atas dasar itulah Urip lalu memutuskan keluar dari OSVIA dan masuk sekolah militer di Jakarta. Pada 1913, ia lulus dengan menyandang status perwira teladan karena nilai yang diperolehnya sangat bagus. Setelah lulus dari sekolah militer, ia menjadi salah satu tentara di KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger).

Meskipun KNIL merupakan bentukan Kerajaan Hindia-Belanda, namun waktu itu banyak pribumi yang masuk menjadi tentara KNIL. Selain Urip, ada A.H Nasution, Gatot Subroto, T.B Simatupang dan sebagainya. Para sosok inilah yang kemudian memiliki andil besar bagi perjalanan kemiliteran di tanah air, khususnya pada masa kemerdekaan.
Saat masuk KNIL, Urip berpangkat letnan dua. Dia lalu ditugaskan di Kalimantan, mula-mula di Banjarmasin, selanjutnya di Tanah Grogot, dekat Balikpapan dan akhirnya di Malinau. Tahun 1923 Urip dipindahkan ke Cimahi, Jawa Barat.
Dari Cimahi, ia sempat juga dipindahkan lagi ke kota kelahirannya, Purworejo. Berturut-turut sesudah itu ditempatkan di Magelang, Ambarawa, Padang Panjang (Sumatera Barat) dan akhirnya kembali ke Purworejo. Selama masa tugas ini, Urip dikenal sebagai pemberontak sekat diskriminasi yang sering menindas tentara pribumi.
Di Banjarmasin, Urip pernah melancarkan protes terhadap peraturan yang tidak membolehkan perwira-perwira Indonesia memasuki kamar bola (gedung pertemuan). Di Balikpapan dia juga menentang peraturan yang dikeluarkan oleh perusahaan minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) yang melarang orang-orang Indonesia menaiki kereta api milik perusahaan tersebut.
Baca Juga: R.E Martadinata, Panglima Angkatan Laut yang Tewas di Udara
Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945) semua tentara Belanda ditawan Jepang, termasuk Urip Sumoharjo. Tiga bulan lamanya ia meringkuk dalam rumah tahanan di Cimahi. Bulan Juni 1942, ia dibebaskan dan ditawari Jepang sebagai Komandan Polisi. Urip yang sejak semula bersikap antipati terhadap Jepang, menolak. Ia lalu kembali ke Gentan, tetapi disini tindak-tanduknya selalu diawasi mata-mata Jepang.
Berpeluang Menjadi Panglima TKR
Tanggal 14 Agustus 1945, Jepang bertekuk lutut kepada Sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom. Peristiwa ini kemudian berkembang dengan cepat. Tanggal 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan setelah para pemuda menculik Bung Karno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Urip pada saat itu masih berada di Gentan, namun ia tetap siaga dan siap menghadapi situasi baru. Pada saat yang sama, ia juga mengetahui berita tentang pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat) dan kemudian TKR. Sampai saat itu Urip tidak menyadari, bahwa akan terlibat dalam kesibukan membina tentara yang baru lahir tersebut.
Sementara itu, di Jakarta, beberapa orang bekas perwira KNIL mulai membicarakan nama Urip dan mengusulkan kepada pemerintah agar diangkat menjadi pimpinan TKR. Atas usul itu wakil Presiden Moh. Hatta mengirim telegram, meminta agar Urip datang ke Jakarta.

Sesampainya di Ibu kota, usaha pertama yang dilakukan Urip adalah mengumpulkan beberapa orang perwira bekas KNIL. Sesudah itu mereka bersama-sama mengeluarkan ”Pernyataan tidak terikat lagi dalam dinas KNIL”. Pernyataan itu ditandatangani oleh 13 orang dan nama Urip terletak pada urutan paling atas.
Pada 15 Oktober 1945, Urip Sumoharjo kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Umum TKR merangkap panglima sementara dengan pangkat Letjen. Penunjukan ini membuat nama Urip menjadi kandidat paling diunggulkan yang bakal menduduki jabatan sebagai panglima TKR usai pemilihan nantinya.
Namun, munculnya sosok Jenderal Sudirman yang merupakan mantan prajurit Pembela Tanah Air (PETA) membuat peluang Urip tergerus. Pada waktu pemilihan panglima TKR bulan November 1945, Sudirman memenangkan pemilihan setelah dua kali putaran yang berlangsung seimbang. Pada pemilihan ketiga mereka hanya selisih satu suara. Kendati begitu, Urip tetap legowo menerima kekalahan.
Dalam hubungannya dengan Sudirman yang masih muda, 29 tahun, Urip yang sudah berumur 52 tahun, ternyata dapat mengatasi hambatan-hambatan yang bersifat psikologis dalam bekerja sama membangun TKR, baik yang disebabkan oleh perbedaan umur, maupun perbedaan pengalaman militer, keduanya saling menghargai dan bekerja sama isi-mengisi.

Pada Januari 1946, nama ”Tentara Keamanan Rakyat” diubah menjadi ”Tentara Keselamatan Rakyat” dengan singkatan tetap TKR. Dalam bulan itu juga, yakni tanggal 26 Januari 1946 nama TKR berubah lagi menjadi ”Tentara Republik Indonesia (TRI)”. Istilah TRI itu dianggap lebih mencerminkan identitasnya sebagai tentara dari suatu negara yang merdeka.
Baca Juga: Kisah Jenderal M. Jusuf, Panglima TNI dari Bone
Satu tahun berjalan usaha-usaha untuk menggabungkan laskar ke dalam TRI berhasil dilakukan dengan terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada Juni 1947. Pasca terbentuknya TNI, Urip mendirikan Akademi Militer di Yogyakarta dan berjuang dengan taktik gerilya untuk menghadapi Belanda. Sama seperti Sudirman, Urip tidak sepakat dengan berbagai perundingan yang dilakukan pemerintah RI dengan Belanda.
Mengundurkan Diri dari Militer
Dua tahun berjalan, pada 1948 Urip mengundurkan diri dari jabatan sebagai Kepala Staf Umum TNI. Hal itu karena ia tidak setuju dengan Perjanjian Renville yang dianggapnya banyak merugikan Indonesia. Namun, kemudian, ia diangkat sebagai penasihat Menteri Pertahanan atau wakil Presiden Mohammad Hatta.

Melewati berbagai perjalanan panjang semasa hidupnya, termasuk kiprah pentingnya dalam dunia kemiliteran, Jenderal Urip Sumoharjo wafat pada 17 November 1948. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya bagi bangsa dan negara, pemerintah menganugerahinya gelar Pahlawan Pembela Kemerdekaan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 314/Tahun 1964, tanggal Desember 1964.
Jasa-jasa yang diberikan oleh Jenderal Urip Sumoharjo, khususnya dalam sejarah perjalanan TNI, membuat sosok pahlawan ini mendapatkan apresiasi. Di salah satu ruangan Museum Satria Mandala yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 14 Jakarta Selatan, beragam prestasi dan perjalanan hidup Jenderal Urip Sumoharjo bisa kita saksikan dan telusuri.

Di ruangan yang bernama Koleksi Dwi Tunggal ini, beragam foto dokumentasi kegiatan sosok yang pada masa kecilnya bernama Muhammad Siddik itu menghias dinding-dinding ruangan.
Selain itu, terdapat juga beberapa koleksi lain terkait aktivitas sang jenderal, diantaranya meja dan kursi yang dulu selalu digunakan di kediamannya. Ada juga patung sebagai lambang apresiasi terhadap pahlawan yang kini namanya diabadikan menjadi salah satu Jalan penting di Yogyakarta tersebut.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.