Ceknricek.com — Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi menegaskan, Indonesia berkomitmen untuk mengubah ”perdamaian yang panas” (hot peace) menjadi perdamaian produktif. Pernyataan itu disampaikan Menlu Retno saat tampil sebagai keynote speech pada acara Conference on Foreign Policy of Indonesia, bertema Cooling off the Hot Peace: Strategic Opportunities and Economic Remedies for a Distressful World di Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (30/11) kemarin.
Menlu Retno yakin jika dunia kompak bersama-sama bisa mendinginkan situasi global yang panas ini. “Bagai kekompakan pada tarian bersama (line dance), diperlukan upaya bersama untuk mendinginkan perdamaian yang panas ini,” ujar Menlu Retno dalam keterangan resminya, Senin (2/12).
Dalam lawatannya ke Busan dan Nagoya beberapa waktu lalu, Menlu Retno melihat ”perdamaian panas” yang ditandai akan besarnya kekhawatiran mengenai situasi dunia secara politis dan ekonomi. Persaingan geopolitik dan geoekonomi terus meruncing, serta kekhawatiran akan tren menurunnya ekonomi dunia.
“Namun di tengah penurunan ekonomi dunia, ASEAN masih menjadi bright spot. Negara-negara ASEAN menyumbangkan 10 persen dari pertumbuhan global. Walaupun pertumbuhan ekonomi dunia melambat, pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi ASEAN masih mencapai rata rata 5.1 persen,” kata Menlu Retno.
Baca Juga: Menlu Retno Tekankan Perdagangan Global Harus “Win-win”
Secara khusus ia menggarisbawahi bahwa ASEAN merepresentasikan peluang dan stabilitas kawasan. Mekanisme yang dipimpin ASEAN seperti ASEAN+1, ASEAN+3 dan EAS telah mendorong dialog dan kesalingtergantungan ekonomi. Pemimpin ASEAN telah mengadopsi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific sebagai upaya untuk memajukan dialog dan keterbukaan dan untuk meningkatkan kerja sama praktis.
Menlu RI menegaskan kembali bahwa menciptakan integrasi ekonomi juga berarti menciptakan platform yang efektif untuk mendinginkan situasi dunia yang panas. “Indonesia berharap tahun depan RCEP, integrasi ekonomi terbesar di dunia, dapat ditandatangani,” ucap Menlu Retno.
Indonesia akan terus mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi, pemajuan dan perlindungan terhadap HAM serta rules-based order yang memupuk nilai-nilai keberagaman toleransi dan perdamaian. Menlu Retno menutup pembukaannya dengan ajakan kepada seluruh peserta yang kebanyakan generasi milenial, bergabung bersama mengubah perdamaian yang panas menjadi perdamaian produktif.
Konferensi mengenai Kebijakan Luar Negeri Indonesia yang merupakan konferensi tahunan kebijakan luar negeri terbesar di dunia diinisiasi oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) yang didirikan oleh (mantan) Duta Besar Dino Patti Djalal. Turut hadir sebagai pembicara dalam konferensi ini antara lain Mantan Presiden Timor-Leste, Jose Ramos Horta, Mantan Menteri Luar Negeri RI Nur Hassan Wirajuda dan Marty Natalegawa.
BACA JUGA: Cek BIOGRAFI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini