Ceknricek.com – Ibukota Sulawesi Tengah (Sulteng), Palu akan dibangun kembali Januari 2019. Pasca dilanda gempa bumi dan tsunami, Palu luluh lantak akhir September lalu. Kini, Palu bersiap untuk dibangun kembali, memulai kehidupan seperti sedia kala, bahkan lebih baik.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Brodjonegoro menyampaikan perkiraan rencana pembangunan ulang kota Palu. Ia menargetkan master plan selesai pada Januari-Februari mendatang. Setelah rencana selesai, rekonstruksi akan segera dilaksanakan.
“Saat yang sama hunian sementara ditargetkan selesai akhir Desember. Nah, kan kita baru bisa rekonstruksi kalau hunian sementara yang targetnya 14.000 yang selesai. Nah, Januari master plan-nya selesai sehingga sesudah Januari, proses rekonstruksi sudah bisa dimulai,” ujar Bambang, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/12).
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu pun menyampaikan bahwa ada pihak asing yang terlibat agar perencanaan lebih matang.
“Ada bantuan tenaga ahli dari Jepang yang memang berpengalaman untuk membangun daerah-daerah rawan gempa, rawan tsunami, dan daerah yang mengalami likuifaksi,” ungkapnya.
Bambang juga mengungkapkan dalam rencana tersebut akan ditentukan wilayah-wilayah yang tidak boleh ditempati. Hal itu berujuan agar pemukiman yang baru dibangun menjadi benar-benar aman dan rendah risiko bencana.
“Nanti akan dibuat dulu zona wilayah yang tidak boleh ditempati lagi. Terutama (daerah rawan) tusnami dan likuifaksi. Sama yang mungkin terletak di sesar atau potongan itu. Kemudian sisanya terutama untuk daerah yang nantinya jadi pemukiman baru,” terangnya.
Oleh karena itu, Bambang mengatakan bahwa pihaknya harus pengecekan berulang dalam perancangan master plan pembangunan.
“Jadi kita harus double check, apakah daerah pemukiman baru ini sudah benar-benar aman atau tidak. Daerah ini kan harus dibangun dari nol,” ujarnya lebih lanjut.
Bambang menilai proses penyusunan master plan untuk rekonstruksi kota Palu telah berjalan lancar dan sesuai semestinya. Penyusunan juga telah dilakukan dan perhitungan prospek jangka panjang. Ia berharap agar master plan telah dibuat dengan benar-benar teliti.
“Diharapkan tidak terjadi kesalahan-kesalan kecil yang membuat kita harus revisi lagi nanti dalam waktu yang pendek,” pungkasnya.
Bantuan Jepang
Dikutip dari Liputan6, Kementerian Keuangan Jepang, Bank Jepang, dan beberapa lembaga serta perusahaan Jepang, memberikan bantuan kepada daerah terdampak gempa-tsunami, Palu dan seekitarnya.
Jepang memberikan 3 macam paket bantuan kepada Indonesia.
Pertama, Bantuan Darurat. Pertolongan pertama dari Jepang kepada korban terdampak gempa-tsunami di Palu dan sekitarnya. Bantuan tersebut senilai Rp23 miliar berupa tim ahli tanggap bencana, suplai barang darurat, dan dana tunai yang telah selesai disalurkan pada 11 Oktober 2018.
Kedua, Bantuan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. Memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki Jepang, mereka melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah terdampak bencana. Jepang memberikan bantuan dengan Survei JICA untuk pembuatan blue-print atau masterplan rehabilitasi dan rekonstruksi. Pemerintah Indonesia dibantu untuk membuat konsep build back better.
Ketiga, Bantuan Penanggulangan Gempa dan Tsunami. Bantuan ini terbagi menjadi bantuan barang dan non-barang. Jepang memberikan “The Project for Improvement of Equipment for Disaster Risk Management” senilai Rp187,5 miliar. Bantuan bentuk barang tersebut terdiri atas pemberian dan pemasangan broadband seismographs, strong-motion seismographs dan lain-lain pada 93 titik di wilayah Indonesia.
Bantuan non-barang yang diberikan Jepang berupa peningkatan kemampuan terkait pemanfaatan informasi bencana. Tujuannya agar memperkuat kemampuan pengumpulan dan analisa informasi bencana yang sering terjadi. Diharapkan Indonesia ke depan dapat memanfaatkan dan menerapkan informasi tersebut terhadap perumusan perencanaan penanggulangan bencana.