Ceknricek.com — Pekan Komponis Indonesia 2019 yang digelar di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta sejak Minggu (3/11) resmi berakhir dan ditutup pada Rabu malam (6/11). Pagelaran seni itu ditutup dengan penampilan dari para kurator yang menyeleksi para komponis muda yang diselenggarakan Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta.
Pada penutupan ini para kurator acara yakni, Prof. Jiradej Setabundhu, Prof. Zhong Juncheng, Prof. Wen Deqing, dan Prof. Chong Kee Yong berhasil menyuguhkan komposisi musik yang imajinatif dan memukau. Dibuka sejak pukul 18.30 WIB, acara dimulai dengan presentasi pameran DIY Modular Synthesizer (Analogue Couple) oleh Firzi O, musisi asal Jakarta yang menghangatkan telinga penonton dengan musik elektronik yang membangkitkan suara-suara dengan menggunakan tone generator, sehingga menghasilkan bunyi yang khas.
Acara kemudian berlanjut dengan suguhan karya bertajuk Sailing to Byzantium, karya Jiradej Setabundhu. Di mana dalam komposisi karya komponis jebolan University of Southern California ini, penonton disuguhi musik yang cukup meneror psikologi. Lewat perpaduan bunyi yang menyayat-nyayat, video grafis yang cukup abstrak, dan teks puisi yang dibacakan, Sailing to Byzantium menjadi komposisi yang menakjubkan.
Musik kemudian berubah ketika Ge Hao, seorang Pianis asal China membawakan Cottage Image karya Zhong Juncheng dan kemudian dilanjutkan dengan Love Song and River Chant karya Wen Deqing, seorang komponis asal China-Swiss.
Baca Juga: Mendengar Musik Imajinatif di Pekan Komponis Indonesia
Komponis yang menjabat juga sebagai profesor komposisi musik di Shanghai Conservatory of Music ini mempelajari komposisi musik dari negeri Tirai Bambu. Lewat gubahannya, ia menghadirkan komposisi bunyi klasik dalam tempo permainan piano yang lembut dengan nada minor, sehingga menimbulkan keinginan untuk segera memejamkan mata dan berkonsentrasi mendengarkan bebunyian hanya fokus pada telinga.
Di tengah riuh rendah tepuk tangan penonton yang berlangsung di temaramnya lampu ini, penonton kemudian disuguhi penutupan acara lewat permainan musik yang ritmis sekaligus abstrak dari komposisi karya Prof. Chong Kee Yong yang berjudul Time Flows II dan dibawakan oleh Lestika Madina lewat dukungan videografis sureal lukisan cat air dan suara-suara latar musik China sehingga menghasilkan komposisi musik yang acak, imajinatif, sekaligus puitis.
Pekan Komponis Indonesia berhasil menawarkan kebaruan kreasi musik dan bebunyian yang menjadi bagian penanda perkembangan zaman kepada khalayak di Indonesia dan dunia, khususnya Jakarta. Untuk melihat keberhasilan itu di khalayak masyarakat, semoga acara ini kembali berlangsung di tahun berikutnya, tentu saja dengan menghadirkan komposer-komposer muda dan berbakat Indonesia lainnya.
BACA JUGA: Cek SENI & BUDAYA, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.