Ceknricek.com — Tempat ziarah baru di Mekah itu bernama Museum Al-Amoudi. Lokasinya di daerah Al-Shimaisi, pinggiran kota suci Mekah. Untuk mencapainya, perlu sekitar 15 menit berkendara mobil dari Masjidil Haram.
Setelah Jabal Magnet, Jabal Uhud, Jabal Nur, hingga Jabal Rah, Museum Zam Zam, dan sekitar Mekah, Mina, Muzdalifah, Arafah, Jabal Rahmah, kini memang Museum Al-Amoudi itu masuk agenda favorit jemaah haji dan umrah di Tanah Suci.
Sumber : Istimewa
Museum berisi berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari-hari masyarakat Arab di zaman dulu. Mulai dari sumur, batu bangunan, perlengkapan memasak serta makan dan minum, toko, rumah, ranjang, sofa, perhiasan, dan pakaian. Ada juga peralatan perang tentara Arab seperti baju dan pedang.
Mekah tempo dulu hingga kini disajikan dalam rangkaian foto. Kita bisa mendapat gambaran Masjidil Haram, Kakbah, jemaah bertawaf dan bersai di masa lampau. Tawaf dan sai, masih sangat sederhana. Belum tertata rapi seperti sekarang. Sai masih dilakukan di area umum di tanah berdebu.
Sumber : Istimewa
Saya dan istri berkunjung ke Museum Al-Amoudi, Kamis (4/4) siang, hari terakhir di Mekah. Sebelum ke Stasiun Harramain High Speed Railway menuju Madinah. Museum itu baru berdiri, memang masuk agenda yang akan saya kunjungi selama di Mekah.
Sumber : Istimewa
Museum itu ternyata sudah cukup populer. Waktu saya tiba di sana, sudah banyak rombongan jemaah umrah berkeliling di area museum yang luasnya sekitar 2.000 meter persegi.
Sumber : Istimewa
Lokasi museum cukup strategis. Mudah dijangkau. Karena berada di jalan antara Mekah dan Jeddah. Rata-rata rombongan jemaah berkunjung ke sana di hari terakhir mereka di Mekah. Sekalian mampir sebelum ke bandara untuk kembali ke negaranya masing-masing. Sebagai daya tarik, pengunjung dapat menggunakan semua properti yang tersedia untuk berfoto. Foto yang diminati adalah berpakaian ala suku Badui; pakaian raja, maupun tentara Arab. Tiket masuk museum dibanderol 3 RS (Rp12.000), cukup murah.
Museum dengan arsitektur bangunan yang menyerupai benteng di masa perang itu dikelola oleh lembaga swasta. Al-Amoudi mengabadikan nama pemiliknya, Abu Bakar Al-Amoudi. Abu Bakar membangun museum itu 20 tahun sebelum jalanan mulus Jeddah-Mekah beroperasi pada 1435 H.
Selain foto Raja Salman yang terpampang di depan museum, terlihat juga mobil Mercedez Benz Kuno. Ada satu spot menarik untuk berfoto, yakni foto 3 dimensi Hajar Aswad. Pengunjung bisa berfoto di sana seakan mencium Hajar Aswad yang asli.
Sayang, brosur museum ini masih ditulis dalam bahasa Arab. Kontras dengan pengunjung yang pada umumnya berasal dari berbagai negara di dunia yang belum tentu mengerti bahasa Arab.