Ceknricek.com — Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un dikabarkan telah sampai di perbatasan Rusia jelang pertemuannya dengan Presiden Vladimir Putin. Pertemuan bilateral perdana dua pemimpin tersebut bakal diselenggarakan di kota pelabuhan Vladivostok, yang selama ini menjadi markas bagi Armada Pasifik Rusia.
Dilansir dari AFP, kereta lapis baja berwarna hijau zaitun yang membawa Kim beserta para ajudannya sampai di kota perbatasan Khasan, Rabu (24/4) waktu setempat. Kantor berita pemerintah Korut KCNA melaporkan, salah satu nama yang ikut dalam rombongan pemimpin 35 tahun itu adalah Menteri Luar Negeri Ri Yong Ho.
Sumber : 123News
Media Rusia memberitakan, Kim disambut dalam tarian tradisional dimana para perempuan dengan kostum daerah menyambutnya dengan roti serta garam. Pendahulu Kim, sang kakek Kim Il Sung dan anaknya Kim Jong Il, juga berhenti di Khasan. Di sana, terdapat bangunan kayu yang dikenal sebagai Rumah Kim Il Sung untuk merayakan persahabatan Rusia dan Korut.
Bendera Rusia dan Korut telah terpasang di lampu sepanjang jalan menuju Pulau Vladivostok’s Russky. Pertemuan diprediksi digelar di sebuah perguruan tinggi. Pertemuan mereka digelar sejak Putin mengirimkan undangan kepada pemimpin yang berkuasa pada 2011 itu, dan memutuskan membuka diri terhadap dunia internasional tahun lalu.
Sejak 2018, Kim telah bertemu Presiden China Xi Jinping empat kali, Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in tiga kali, kemudian Presiden Vietnam Nguyen Phu Trong. Lalu dua kali bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pertama di Singapura pada Juni 2018. Kemudian di Hanoi, Vietnam, selama dua hari Februari lalu.
Sumber : DailySabah
Agenda pertemuan dengan Putin terjadi setelah pertemuan Kim dengan Trump di Hanoi mengalami jalan buntu karena kedua pihak tidak sepakat dengan makna denuklirisasi.
Analis menjelaskan rencana bertemu Putin merupakan upaya Kim untuk menggalang dukungan internasional semenjak negosiasi dengan Washington tersendat. Sementara itu para diplomat Barat menjelaskan kemungkinan Kremlin bakal berperan di balik bayang-bayang kebijakan luar negeri Rusia didasarkan atas “pencarian relevansi”.