Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • 8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan
  • Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba
  • Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan
  • Rantai Korupsi Tambang Nikel
  • Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Panduan Gizi Isi Piringku

Opini December 28, 20244 Mins Read

Ceknricek.com–Pernahkah Anda mendengar istilah “makanan bergizi adalah makanan yang mengandung nutrisi makro dan mikro”? Sekilas terdengar seperti mantra sakti yang bisa memanggil kesehatan abadi. Begitu abstrak. Bagi masyarakat kebanyakan, definisi itu lebih menyerupai teka-teki silang: banyak kotak kosong, sedikit petunjuk.

Untungnya, Kementerian Kesehatan telah lama hadir dengan solusi praktis: “Isi Piringku” —panduan visual untuk menggambarkan keseimbangan gizi dalam satu piring makan. Ini pengganti konsep “empat sehat lima sempurna.” Tapi benarkah ini solusi, atau hanya seni instalasi modern yang dipamerkan di museum kesadaran soal gizi?

Dalam dunia ideal, piring ini terbagi bak pelangi harmoni: duapertiga (2/3) berisi makanan pokok seperti nasi, roti, atau kentang; duapertiga (2/3) sayur-sayuran berwarna-warni; sisanya dibagi rata antara (1/3) lauk pauk penuh protein dan (1/3) buah-buahan segar. Ingat saja, isi piring dibagi empat porsi: 2/3 karbo, 2/3 sayur, 1/3 lauk, 1/3 buah-buahan.

Sebagai pelengkap, segelas air putih hadir menyelamatkan tubuh dari ancaman dehidrasi. Apalagi, cara minumnya mengikuti teladan Nabi: duduk, pakai tangan kanan, seteguk demi seteguk, dan tak langsung minum usai makan. Konsep “Isi Piringku” ini mudah dipahami —hingga piring itu mendarat di meja makan kita.

Mari kita bicarakan realitas. Di kantin sekolah atau pondok pesantren, yang konon menjadi salah satu sasaran penerapan Isi Piringku, realisasi panduan ini sering kali menyerupai lelucon visual. Karbohidrat nasi menumpuk bak Gunung Merapi, sayur-sayuran muncul sekadar sebagai dekorasi (kadang hanya irisan tomat yang malu-malu).

Dan protein? Telur dadar setengah iris, atau bahkan seperempatnya, sepertinya sudah dianggap memadai. Padahal, sebutir telur hanya mengandung 13 gram protein, jauh dari kebutuhan 45 gram bagi orang dengan berat badan 60 kg. Sementara buah-buahan lebih sering absen, mungkin karena harganya lebih mahal dari kerupuk.

Lalu, kita tanya Badan Gizi Nasional, bagaimana dengan program Makan Bergizi Gratis? Konsepnya mulia, jangan sampai eksekusinya hanya mengundang senyum getir. Alih-alih menghidangkan Isi Piringku dengan menu empat sehat lima sempurna, program ini jangan sampai cuma menghadirkan kreasi ajaib: mi instan ditemani saus sachet.

Gratis memang, tapi apakah anak-anak kita sedang diberi makan atau dihibur dengan karya seni kuliner postmodern? Bisa-bisa program ini bukannya menjadi solusi gizi, tapi lebih sering mengundang pertanyaan eksistensial: apakah gizi itu benar-benar nyata, atau hanya mitos? Faktanya, memberi definisi gizi saja selalu abstrak.

Yang menarik, pemerintah sebenarnya tidak salah total. Kementerian Kesehatan sudah memberikan panduan visual yang jelas, lengkap dengan warna-warna ceria yang menggugah selera. Masalahnya, mengubah konsep ke piring nyata membutuhkan lebih dari sekadar infografis. Ini soal budaya, logistik, dan tentu saja, anggaran.

Bagaimana mungkin masyarakat diminta memenuhi porsi sayur dan buah, sementara harga satu kilogram apel lebih mahal dari sebungkus gorengan? Kenyataan ini, plus PPN naik jadi 12%, memaksa kita untuk kreatif. Kalau Isi Piringku terlihat terlalu idealis, mungkin kita butuh versi “Isi Piringku Ekonomis.”

Bayangkan piring itu diisi dengan nasi putih, sayur bayam yang direbus ala kadarnya, seiris tempe goreng dengan minyak isi ulang, dan pisang kecil setengah masak. Sangat tidak sempurna, tapi realistis karena anggaran kecil. Namun, bukankah itu tetap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori dan nutrisi remaja yang tengah tumbuh?

Menurut data, remaja membutuhkan sekitar 2200-2500 kalori per hari —kalori adalah satuan energi yang dihasilkan tubuh dari makanan dan minuman yang kita konsumsi. Sayangnya, banyak dari kita lebih sering memenuhi kebutuhan ini lewat mi instan dan teh manis —kombinasi sempurna untuk rasa kenyang palsu dan kenaikan berat badan.

Sebagai penutup, mari kita renungkan bersama: apakah Isi Piringku benar-benar membantu kita memahami gizi, atau malah membuat kita semakin bingung? Panduan ini punya potensi besar, tapi tanpa edukasi yang menyentuh akar rumput, serta akses bahan makanan sehat yang terjangkau, ia hanya akan menjadi sekadar wacana.

Sampai saat itu, nikmatilah piring Anda apa adanya, entah itu berisi nasi putih dan kerupuk, atau dipenuhi mi instan bertabur bumbu lezat namun misterius. Siapa tahu, di balik kekacauan itu, ada gizi yang tak terlihat. Karena seperti halnya seni abstrak, mungkin gizi juga soal interpretasi.

Cak AT – Ahmadie Thaha

Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 28/12/2024

#makanan #Prabowo gizi program
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

Generasi Beta, Selamat Datang

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan

Ceknricek.com — Menjelang waktu berbuka puasa, berburu takjil menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan selama…

Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba

March 10, 2025

Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan

March 10, 2025

Rantai Korupsi Tambang Nikel

March 10, 2025

Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025

March 10, 2025

Nikita Willy Bagikan Tips Tetap Bugar Saat Berpuasa

March 10, 2025

Hasil Liga Italia: Atalanta Permalukan Juventus 4-0

March 10, 2025

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

March 10, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.