Ceknricek.com — Ribuan pelajar kelas menengah berunjuk rasa di depan Gedung DPR pada Rabu (25/9), sehari setelah para mahasiswa juga melakukan hal yang sama. Tuntutan mereka belum begeser: membatalkan revisi UU KPK dan menunda pembahasan RUU KUHP.
Para pelajar ini ingin ikut berpartisipasi melanjutkan perjuangan “kakak-kakaknya”. Para mahasiswa membanjiri Senayan sehari sebelumnya. Di sejumlah daerah, para mahasiswa juga masih berdemontrasi. Sedangkan di Jakarta, kaum terdidik ini sedang rehat.
Aksi ini boleh jadi juga mencoba merawat stamina gerakan. Karena setelah dua hari gerakan mahasiswa di Ibu kota kosong. Maka untuk menjaga stamina masyarakat, agar semangat resistensi terhadap RUU bermasalah tidak redup.
Para pelajar yang demo sebagian besar adalah pelajar Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) atau STM. Mereka mengetahui ada aksi unjuk rasa yang mengundang siswa STM sejak Senin (23/9). Ajakan untuk ikut dalam aksi unjuk rasa siswa STM diumumkan antara lain di akun Instagram @STMSejabodetabek.

Baca Juga: Siapa Berani Menunggangi Anak-anak STM?
Akun tersebut telah menyiarkan melalui Instagram Story undangan untuk siswa STM se-Jabodetabek agar ikut dalam aksi unjuk rasa Rabu itu. Bahkan, akun tersebut juga sempat mengunggah bahwa pada Kamis (26/9), masih ada aksi unjuk rasa yang akan melibatkan suporter sepakbola.
Unjuk rasa berakhir ricuh. Pos polisi di beberapa titik dibakar. Ratusan pelajar ditangkap polisi. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan pelajar yang ditangkap jajarannya hingga Rabu (25/9) petang berjumlah 570 orang.
KAMI/KAPPI
Gerakan pelajar kemarin itu, mengingatkan kita dengan gerakan pelajar yang sukses menumbangkan Orde Lama. Mereka adalah yang tergabung dalam Gerakan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia atau KAPPI. Mereka juga melengkapi gerakan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia atau KAMI. Isu yang diusung juga sama: menumpas Partai Komunis Indonesia atau PKI.
Tekad mereka sama. Mereka mendukung gerakan mahasiswa KAMI. Massa pelajar tetap berdiri di samping dan bahu membahu dengan KAMI dalam memperjuangkan Tri Tuntutan yaitu: Membubarkan PKI dan ormas/antek-anteknya; Pencabutan peraturan kenaikan harga; Merombak/membersihkan Kabinet Dwikora.

Baca Juga: KPAI Kecam Keterlibatan Anak Usia Sekolah Dalam Demonstrasi
Kelahiran KAPPI itu sekadar mewadahi sebuah gerakan perjuangan yang sudah bangkit secara spontan segera sesudah pemberontakan PKI. KAPPI lahir pada 23 Desember 1966.
Organisasi terdepan dalam KAPPI adalah Pelajar Islam Indonesia atau PII. Lahirnya KAPPI didukung oleh kekuatan besar barisan pelajar sekolah menengah. Inilah yang menjadikan aksi mereka dibanjiri massa.
M. Husnie Thamrin, dalam pengantarnya pada buku “Gerakan Pemuda Pelajar Berjuang” menulis gerakan pemuda pelajar berjuang lahir dari suatu kesadaran bahwa perjuangan penumpasan G30S PKI, bahkan terjadinya perubahan-perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak akan pernah terjadi tanpa dukungan rakyat dan melibatkan rakyat.
Pimpinan KAPPI menyadari pula bahwa KAMI sebagai kesatuan aksi mahasiswa mungkin bisa menjadi ujung tombak dan bahkan bisa memimpin perjuangan tetapi tidak bisa memenangkan perjuangan, karena yang bisa memenangkan perjuangan adalah rakyat.
Para pelajar ini berkeyakinan bahwa yang dapat melibatkan rakyat adalah kekuatan pemuda pelajar. Hal itu bisa terjadi karena KAPPI mampu menggerakkan seluruh massa pelajar bahkan termasuk siswa sekolah dasar. Para guru yang tergabung dalam KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia) dan KAWI (Kesaturan Aksi Wanita Indonesia) juga turut serta mendampingi putra-putrinya turun ke jalan.

Baca Juga: Gerakan Mahasiswa 2019: Manusia Bodoh dan Kuda Tunggang?
Husnie adalah pemimpin KAPPI pertama. Pada saat itu, ia juga sebagai Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia atau PII. Husnie bercerita, pada saat itu dirinya tidak merasa melakukan demonstrasi. “Saya mengatakan bahwa pada hari itu kami bertempur,” katanya. Setiap meninggalkan Menteng 58, Kantor PB PII, perasaan Husnie selalu mengatakan: ‘Husnie, langkahmu sebenarnya menuju ke medan pertempuran’.
Para pelajar kini, juga ingin berpartisipasi seperti pelajar pendahunya. Bisa juga diterjemahkan, aksi demonstrasi pelajar di Ibu kota ini merupakan aksi solidaritas terhadap mahasiswa. Pelajar SMK tergugah untuk turun ke jalan menyuarakan apa yang juga disuarakan mahasiswa. Meski isu yang disuarakan para para pelajar ini, tentu saja, tak selugas mahasiswa.
Kesadaran pelajar STM ini bisa menjadi kesadaran seluruh pelajar, juga kesadaran para orang tua dan guru mereka. Kesadaran seluruh rakyat. Jika sudah begitu, siapa yang sanggup melawan kekuatan rakyat?
BACA JUGA: Cek BISNIS INDUSTRI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.