Ceknricek.com — Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta optimis Jakarta akan bebas genangan jika target pembangunan 1,8 juta sumur resapan dapat direalisasi. Hal ini diungkapkan Plt. Dinas Perindustrian dan Ekonomi (PE) Ricki Marajohan Mulia, di Balai Kota Jakarta, Selasa (10/12).
“Jika target jumlah sumur resapan itu terbangun, kajian kami, Jakarta bakal bebas banjir,” katanya.
Ricki mengatakan pembangunan sumur resapan tersebut dilakukan bersama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) seperti Dinas PE, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sumber Daya Air dan lainnya. Dinas PE sendiri telah membangun 804 sumur resapan dari target 1.300 titik.
Ricki mencontohkan pembangunan sumur resapan yang terbukti cukup berdampak terhadap penanggulangan genangan atau banjir, seperti sumur resapan di TK Pertiwi, Jalan Swakarya dan Masjid Baiturahman Kompleks DDN, Pondok Labu, Jakarta Selatan, yang biasanya genangan bisa selama 24 jam bahkan dua hari.
“Sekarang genangan air di situ hanya sampai 15 menit hingga dua jam saja,” ujar Ricki.
Hal yang sama diungkapkan Kepala Seksi Pemeliharaan Dinas SDA DKI Juniarto Ardiansyah. Ia mengatakan lembaganya telah membangun 990 dari target 1.000 sumur resapan tahun ini dan di lokasi yang telah dibangun sumur resapan itu telah terbukti mampu mempercepat surutnya genangan air.
“Dulu genangan bisa bertahan enam jam, sekarang tidak sampai sejam surut di lokasi yang dibangun sumur resapan,” ujar Juniarto.
Baca Juga: Gandeng Guru dan Pelajar, Pemprov DKI Luncurkan Bus Anti Korupsi
Langkah Pemprov DKI itu disetujui oleh pakar air lulusan Intitut Teknologi Bandung dan Anggota tim riset Masyarakat Air Indonesia, Fatchy Muhammad.
Dalam wawancaranya dengan CNN, Fatchy mengatakan banyak cara untuk menampung air hujan dan yang paling baik adalah secara alami. Seperti penghijauan dengan menanam pohon atau membuka ruang terbuka hijau (RTH). Selain itu terapkan cara buatan menangkap air hujan. Di rumah-rumah harus membuat sumur resapan, sedangkan di setiap taman dibangun biopori atau resapan dangkal.

“Nah, di gedung-gedung harus wajib membuat resapan dalam sampai ke lapisan akuifer yang tertekan. Cara itu sudah dibuktikan secara efektif di daerah Jakarta Selatan,” katanya.
Di kawasan itu, biopori itu bisa menampung 100-200 liter perjam, kalau untuk resapan dangkal yang sampai dua meter itu bisa sampai 5-10 meter kubik per jam, sementara untuk sumur resapan dalam yang empat inci itu rangenya bisa sampai 7-12 meter kubik per jam.
Menurut Fatchy banjir di ibu kota sudah terjadi sejak era pendudukan Belanda tahun 1900-an. Banjir terjadi karena wilayah resapan air di kawasan selatan mulai dari Puncak, Bogor, beralih fungsi dari hutan menjadi perkebunan teh sehingga tangkapan air tanah berkurang dan permukaan tanah di ibu kota juga terkena dampak penurunan.
Berdasarkan catatannya, Jakarta sempat bebas banjir saat era Kerajaan Padjajaran pada 1.400-an. Sebab, saat itu hutan masih terjaga dan jumlah penduduknya masih sedikit.
Pada masa itu, air hujan mampu meresap hingga 73-97 persen dan yang terbuang 27-3 persen. Sekarang setelah kemerdekaan karena wilayah resapan khususnya di Puncak dibabat menjadi hunian, kondisi berbalik. Saat ini, air hujan hanya bisa terserap antara 3-27 persen, sedangkan 73-97 persen terbuang.
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.