Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Ahmad Dhani Ancam Bongkar Bukti Perselingkuhan Maia Estianty Jika Masih Bahas Masa Lalu
  • Bill Gates Terdepak dari 10 Besar Orang Terkaya Dunia
  • Operasi Patuh 2025 Serentak Digelar Mulai Senin
  • Gobel: Melindungi Konsumen akan Perkuat Industri dan Untungkan Negara
  • Justin Bieber Rilis Album Baru ‘Swag’
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Perang Dagang AS-China: Bercermin dengan Negeri Jiran

Opini June 29, 20197 Mins Read

Ceknricek.com — Tiga negara Asia Tenggara–Vietnam, Malaysia, dan Thailand–sama-sama menikmati berkah perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Indonesia perlu lebih banyak instropeksi diri. Tak usah malu belajar dari negeri tetangga itu.

Vietnam merupakan salah satu negara termiskin usai perang selama 20 tahun yang berakhir pada 1975. Kini, Negeri Paman Ho menjadi salah satu bintang dalam jajaran negara berkembang atau emerging markets. Pertumbuhan ekonomi Vietnam rata-rata 6-7% per tahun. Pada April 2018 lalu, UNCTADstat mencatat, Vietnam merupakan negara dengan indeks pertumbuhan ekspor produk manufaktur tertinggi di dunia. Tak tanggung-tanggung, indeksnya menunjukkan angka 2.051.

Ekonomi Vietnam (Sumber : Vovworld)

Kini, saat pecah perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, Vietnam menjadi salah satu penikmatnya. Pasalnya, banyak importir AS dan China kini mencari barang-barang dari Vietnam untuk menghindari tarif impor yang diberlakukan kedua negara. Perang tarif impor antara Negeri Paman Syam dan Negeri Tirai Bambu itu otomatis membuat biaya perdagangan antara kedua negara menjadi lebih tinggi, sehingga para pemasok dari negara-negara lain menjadi lebih kompetitif dibandingkan perusahaan-perusahaan AS dan China.

Pemerintah AS telah mengenakan tarif impor sebesar 25% atas sebagian barang dari China, senilai seluruhnya US$250 miliar. AS juga mengancam akan memperluas tarif impor itu ke barang-barang lain sampai senilai US$325 miliar. Sebagai langkah balasan, Beijing mengenakan tarif impor atas sebagian barang dari AS senilai US$110 miliar.

Ekspor Vietnam (Sumber : AS-SSI)

Laporan Nomura menyebutkan, sejauh ini Vietnam menjadi penerima manfaat terbesar dari pengalihan perdagangan. Sekitar 7,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Vietnam saat ini datang dari peningkatan ekspor, baik ke China maupun ke AS. Selain Vietnam, negara Asia Tenggara yang menarik keuntungan besar adalah Thailand dan Malaysia.

Negara-negara itu diuntungkan dengan meningkatnya permintaan barang dari importir AS daripada dari importir China. Para importir AS lebih banyak beralih ke perusahaan-perusahaan Asia, sementara importir China beralih ke perusahaan-perusahaan dari Amerika Utara dan Selatan.

Importir AS terutama mencari substitusi untuk produk elektronik, furnitur, dan barang-barang untuk perjalanan. Sedangkan para importir China mencari substitusi untuk kedelai, biji-bijian, kapas, dan pesawat terbang.

Berbiaya Rendah

Pada 2018, World Economic Forum (WEF) mencatat, ranking indikator kemudahan menjalankan bisnis di Vietnam lumayan baik yakni 68. Nilai ekspor produk manufaktur negeri itu juga tinggi dan beragam. Ekspor manufaktur Vietnam mencapai US$276 miliar pada 2017.

Vietnam muncul sebagai pemimpin dalam industri manufaktur berbiaya rendah (low-cost manufacture) di Asia Tenggara. Di kawasan ini, Vietnam juga menjadi pemasok produk manufaktur terbesar ke AS dan China dengan nilai ekspor bersih masing-masing US$50,3 miliar dan US$48,43 miliar. 

Sejak awal dekade ini, aliran modal China banyak masuk di sektor manufaktur padat karya Vietnam. Pakar ekonomi dari Boston University, Prof. Gustav Papanek menyebut, setiap tahun China mengekspor produk manufaktur padat karya senilai US$1.500 miliar ke seluruh dunia. Perang dagang membuat China lebih banyak lagi merelokasi industrinya ke Negeri Paman Ho.

Kawasan Industri Vietnam (Sumber : Vietnam Economic News)

Industri manufaktur padat karya Vietnam sangat beragam. Vietnam adalah salah satu produsen terbesar untuk beragam produk manufaktur padat karya dunia, seperti peralatan listrik (US$94 miliar); alas kaki (US$19,9 miliar); mesin dan komputer (US$14,6 miliar); pakaian dan aksesori bukan rajutan (US$13,8 miliar); pakaian dan aksesoris rajutan (US$13 miliar); perabotan, tempat tidur, penerangan, papan nama, dan bangunan rumah pabrikan (US$8,9 miliar); hingga peralatan optik, teknis dan medis (US$5,6 miliar).

Dengan kata lain, untuk memproduksi ragam produk padat karya yang biasa atau selama ini diproduksi di China, dengan ongkos produksi yang lebih murah, investor dapat memilih Vietnam untuk memproduksinya.

Ketersediaan klaster kawasan industri yang beragam memungkinkan Vietnam menampung jenis produk apapun yang dibutuhkan investor dari China untuk melakukan produksi massal.  Sudah begitu, infrastruktur kawasan industri di Vietnam sebagai penunjang industri juga sangat komplit.

Biaya tenaga kerja di Vietnam juga relatif murah. Tenaga kerja adalah sebagai pertimbangan utama setiap investasi produk padat karya, karena umumnya meliputi sekitar 30% biaya produksi. Upah minimum bulanan di Vietnam pada 2019 bervariasi menurut wilayah, mulai dari US$122 dolar hingga US$176 dolar. Pertumbuhan upah minimum Vietnam meningkat, namun rata-rata hanya 6,5% pada 2018.

Tenaga Kerja Vietnam (Sumber : South China Morning Post)

Lebih jauh lagi, sewa kawasan industri di Vietnam juga tidak mahal. Berdasarkan data Cushman dan Wakefields, tarif sewa kawasan industri Vietnam pada tahun 2018 adalah US$80 per meter persegi tiap tahunnya. Angka tersebut masih jauh lebih rendah dibanding harga sewa lahan industri beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Indonesia, misalnya, per meter persegi lahan industri di negeri ini mencapai rata-rata US$132,7 untuk tiap tahunnya.

Vietnam juga memiliki keunggulan geografis, yang tak dimiliki negara-negara pesaingnya di Asia Tenggara, yaitu kedekatannya dengan China. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya yang lebih jauh, mengimpor input dari China selatan tentu jauh lebih cepat dan murah. Selain memudahkan pasokan impor bahan baku, kedekatan juga memudahkan kontrol kualitas dan mobilitas tenaga kerja ahli.

Sebagian besar industri manufaktur di Vietnam dimiliki oleh pengusaha asing, terutama China. Hal tersebut membuat transisi investor keluar dari China ke Vietnam lebih lancar. Selain regulasi kebijakan di negara tersebut memungkinan, secara sosial politik relatif tak menimbulkan gejolak.

Iklim Investasi

Vietnam memang pantas menanggok berkah paling banyak akibat perang dagang antara AS dan China. Hasil survei Bloomberg terhadap investor yang digelar pada ASEAN Business Summit (ABS) 2019 menunjukkan, 41,3% investor responden meyakini Vietnam sebagai negara yang paling menunjukkan kemajuan dalam iklim bisnis secara keseluruhan. Sedangkan 19,6% investor responden memilih Thailand. Sementara, hanya 17,4% investor responden yang meyakini iklim Indonesia menjadi yang paling baik di ASEAN dalam lima tahun ke depan.

Investasi Vienam (Sumber : Istimewa)

Tak hanya itu, pada kuartal pertama tahun ini, Vietnam berhasil mencatatkan pertumbuhan investasi asing langsung (FDI) tertinggi sejak 2015 silam dengan nilai sekitar US$16,7 miliar. Pertumbuhan FDI Thailand bahkan melesat 253% dibandingkan kuartal pertama tahun lalu, dengan nilai mencapai US$2,7 miliar.

Sementara, FDI Indonesia sepanjang kuartal I-2019 tercatat US$6,08 miliar. Penanaman Modal Asing (PMA) secara keseluruhan mengalami perlambatan yaitu turun 0,9% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Investasi asing yang masuk ke Thailand dan Malaysia juga melonjak pada kuartal I 2019. Ini adalah bukti terbaru bahwa Negeri Jiran itu meraup untung dari perang dagang antara AS dan China. Pasalnya, akibat perang dagang, korporasi mencari lokasi-lokasi baru di kawasan Asia guna menghindari perang tarif.

Vietnam (Sumber : Kompas)

Thailand, Malaysia, dan Vietnam melaporkan lonjakan investasi asing, sejalan dengan pergeseran rantai pasok global. Pisit Puapan, Direktur Eksekutif  Biro Kebijakan Makroekonomi Kementerian Keuangan Thailand, seperti dikutip Bangkok Post, Senin pekan lalu mengungkap pengajuan aplikasi untuk penanaman modal asing di Thailand melonjak 253% menjadi 84,1 miliar baht atau setara sekira Rp38,6 triliun pada kuartal I 2019.

Begitu juga Malaysia. Pada kuartal I 2019, investasi asing yang disetujui masuk ke Malaysia melesat 127%. Bank sentral Malaysia pun menyatakan dampak positif perang dagang dapat menambah 10 basis poin terhadap pertumbuhan ekonomi Negeri Jiran. Pertumbuhan investasi Malaysia sebagian besar disumbang Penang. Penanaman modal asing ke sektor manufaktur di Negeri Bagian itu melonjak 1.360% menjadi 8,47 miliar ringgit atau setara sekira Rp28,5 triliun pada kuartal I 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. PMA di Penang menyumbang 42% dari PMA manufaktur Malaysia.

Kepala Menteri Penang Chow Kon Yeow seperti dilansir Bloomberg menyatakan, Penang diuntungkan karena memiliki basis talenta yang kuat dan kebijakan publik yang mendukung. Penang sendiri menjadi rumah bagi perusahaan-perusahaan global seperti Intel Corp dan Dell Technologies Inc.

Investasi terbaru yang masuk ke Penang tersebut termasuk perusahaan semikonduktor AS, Micron Technologies Inc. Perusahaan tersebut membangun pusat perakitan dan pengujian di Penang. Ada pula perusahaan Jabil Circuit Inc asal AS pula yang membeli lahan seluas 8 hektare untuk memperluas pabriknya. 

Dari fakta tersebut pantaslah kiranya jika Indonesia bercermin dari sang tetangga.

# Vietnam #Malaysia amerikaserikat China PerangDagang thailand
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Seratus Tahun Mahathir

Tempat Jatuh Lagi Dikenang….

Siwak Sikat Bau Mulut

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

Ahmad Dhani Ancam Bongkar Bukti Perselingkuhan Maia Estianty Jika Masih Bahas Masa Lalu

Ahmad Dhani buka suara soal masa lalunya dengan Maia Estianty.

Bill Gates Terdepak dari 10 Besar Orang Terkaya Dunia

July 11, 2025

Operasi Patuh 2025 Serentak Digelar Mulai Senin

July 11, 2025

Gobel: Melindungi Konsumen akan Perkuat Industri dan Untungkan Negara

July 11, 2025

Justin Bieber Rilis Album Baru ‘Swag’

July 11, 2025

G-Dragon Batalkan Jadwal Konser Übermensch di Bangkok

July 11, 2025

Indra Sjafri Resmi Jadi Plt Direktur Teknik PSSI

July 11, 2025

Astra Masih Merajai Industri Otomotif di Semester Pertama 2025

July 11, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.