Ceknricek.com — Perdana menteri Mali beserta seluruh jajaran pejabat pemerintah mengundurkan diri, Kamis (18/4). Pengunduran diri mereka berselang empat pekan setelah pembantaian sekitar 160 penggembala Fulani oleh kelompok main hakim sendiri, yang mengejutkan banyak pihak.
“Presiden menerima pengunduran diri perdana menteri dan anggota pemerintah,” demikian disampaikan dalam sebuah pernyataan dari kantor Presiden Ibrahim Boubacar Keita dilansir Reuters, Jumat,(19/4).
Rombongan presiden Mali meninjau lokasi bekas pembantaian esa Fulani oleh kelompok militan Dogon. Sumber : AFP
Pernyataan tersebut tidak menyebutkan alasan pengunduran diri Perdana Menteri Soumeylou Boubeye Maiga. Namun, sejumlah legislator pada Rabu (17/4) membahas kemungkinan mosi tidak percaya pada pemerintah atas pembantaian dan gagalnya upaya untuk melucuti anggota milisi atau mengusir militan.
Sebelumnya, serangan pada 23 Maret oleh tersangka pemburu dari komunitas Dogon di Ogossagou, desa di Mali yang dihuni musuh mereka, gembala Fulani, merupakan pembunuhan berdarah bahkan kekerasan paling sadis yang pernah terjadi dalam sejarah Mali.
Anak-anak di Ogossou-Peulh, Mali tengah, yang menjadi lokasi konflik komunal berujung pembantaian etnis pada 23 Maret 2019. kredit foto : UNICEF
Insiden tersebut menyusul serangan mematikan oleh gerilyawan terhadap pos militer yang menewaskan sedikitnya 23 tentara, juga di wilayah Mali tengah, yang diklaim oleh afiliasi Al-Qaeda, yang memilik banyak pengembala Fulani dalam barisannya.