Ceknricek.com — Kelapa sawit sering dituding jadi kambing hitam atas tindakan deforestasi. Hal yang sama juga terjadi saat ini. Kelapa sawit mendapat diskriminasi di Uni Eropa karena dianggap sebagai biang kerok deforestasi.
Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono, kelapa sawit dianggap melakukan deforestasi tidak seratus persen benar. Hal itu ia sampaikan dalam seminar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bertajuk, “Pengembangan Industri Kelapa Sawit Menuju Kemandirian Energi” di Ayana, MidPlaza Jakarta, Rabu (27/3).
Joko menjelaskan, perkebunan kelapa sawit skala industri yang berkembang di Indonesia sudah sesuai dengan sertifikasi dan prinsip keberlanjutan. Pelarangan kelapa sawit justru berpotensi menyebabkan deforestasi lebih besar karena tanaman penghasil minyak nabati lain. Sebab minyak kelapa sawit merupakan produk minyak nabati paling efisien dibandingkan bunga matahari, kedelai, dan grapeseed.
Hal yang sama diungkapkan Duta Besar Indonesia untuk Polandia, Peter F. Gontha yang juga anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat. Ia mengatakan bahwa persoalan diskriminasi kelapa sawit ini termasuk tuduhan deforestasi harus dihadapi dengan diplomasi.
“Segi diplomasi, media punya peranan penting, 16-19 juta bergantung di kelapa sawit. Media harus bersatu mendukung kelapa sawit, sama juga lembaga lainnya, harus bersatu,” ujar Peter Gontha.
Menurut Peter, diplomasi yang dimaksud adalah berusaha untuk merevisi keputusan dan berusaha membatalkan termasuk permasalahan diskriminasi Uni Eropa terhadap kelapa sawit.
Sumber : Ronald/Ceknricek.com
“Untuk itu kita mesti bersatu, permasalahan kelapa sawit ini permasalahan nasional. Tunjukkan kita negara maju, ekonomi akan maju, kita berdaulat,” ujar Peter Gontha.
Direktur utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Dono Boestami, juga mengatakan kelapa sawit Indonesia memberikan sumbangan besar bagi pencapaian perekonomian. Mulai dari penghapusan kemiskinan, pemenuhan ketersediaan pangan, penanganan perubahan iklim, penyediaan energi yang ramah lingkungan, dan lain-lain.
Dalam hal penanganan perubahan iklim dan penyediaan energi yang ramah lingkungan, sektor kelapa sawit memiliki peran yang sangat penting. “Pengurangan emisi merupakan program prioritas bagi Indonesia sesuai dengan Kesepakatan Paris. Upaya ini sulit dicapai tanpa kontribusi langsung dari sektor kelapa sawit,” tegas Dono.
Sumber : Ronald/Ceknricek.com
Dono menyakinkan, persoalan diskriminasi terhadap kelapa sawit oleh Uni Eropa membawa akibat penting bagi petani-petani kecil. “Para pengusaha masih punya usaha lain, tapi bagaimana dengan nasib petani kecil?,” tanya Dono.
Kegiatan seminar Pengembangan Industri Kelapa Sawit Menuju Kemandirian Energi itu, turut dihadiri Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan.