Ceknricek.com – Hanya orang ‘buta’ dan ‘budek’ yang tidak bisa melihat prestasi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), ucap calon wakil presiden nomor urut 01.
Ucapan itu awalnya disampaikan ketika sedang memberikan sambutan dalam acara deklarasi Barisan Nusantara pada Sabtu, 10 November lalu.
Dia mengaku tak berniat menuduh dibalik pernyataanya soal orang yang budek dan buta terhadap hasil kinerja pemerintahan Jokowi sapaan dari Joko Widodo.
“Kalau ada orang yang mengingkari kenyataan, apa yang telah dilakukan oleh Pak Jokowi. Kalau ya, saya enggak nuduh siapa-siapa,” kata Ma’ruf di Rumah Situbondo, Jakarta Pusat, Senin (12/11/2018), dilansir liputan6.com
Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia Raja Juli Antoni menilai ucapan Cawapres Ma’ruf Amin soal orang buta dan budek tidak ada maksud menyinggung secara fisik. Namun, itu ditujukan bagi siapa saja yang mata dan kupingnya tertutup rapat atas keberhasilan pemerintahan Jokowi karena tertutup dan nafsu politik semata.
Anggota Komisi VIII DPR Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mengkritik analogi cawapres Ma’ruf Amin soal kalimat tersebut. Menurutnya ucapan tersebut mencederai kaum disabilitas.
“Sangat disayangkan narasi kiasan ‘tuli’ dan ‘budek’ untuk mendeskripsikan hal yang negatif. Patut diingat pengunaannya dapat mencederai rasa hormat kita kepada penyandang disabilitas,” ujar Sara, sapaan Rahayu, dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (12/11/2018), dilansir dari detik.com
Sedangkan sekutu Partai gerindra, PAN, menyampaikan rasa empati kepada kaum difabel terkait ucapan Cawapres nomor urut 01 itu. Menurutnya, kaum difabel, terutama tunanetra dan tunarungu mungkin akan merasa terkucilkan atas kalimat tersebut.
Ma’ruf Amin memberi penjelasan lebih jauh terkait penyataan tersebut. Dia merasa tidak dalam kondisi yang penuh amarah serta menuding kepada siapapun.
“Saya cuma bilang, kalau ada yang yang menafikan kenyataan, yang tak mendengar dan melihat prestasi, nah sepertinya orang itu yang dalam Alquran disebut ṣummum, bukmun, ‘umyun. Budek, bisu, dan tuli,” ujar Ma’ruf, dilansir dari detik.com
Jawaban Ma’ruf itu didukung Sekjen PSI Raja Juli Antoni alias Toni. Dia menyebut istilah itu digunakan bukan dalam konteks fisik dan diucapkan tanpa ada kemarahan.
“Kyai Ma’ruf adalah ulama besar. Ulama yang sudah ‘mapan’ secara spiritual dan emosional. Jadi tidak ada kemarahan dalam nada bicaranya ketika mengatakan ‘budek dan buta’,” kata Toni.
Sebelumnya, Ma’ruf Amin menegaskan Jokowi telah berhasil menjalankan tugasnya selama menjabat sebagai Presiden sejak tahun 2014 lalu. Meskipun banyak pihak yang memandang sebelah mata, dia yakin periode kedua akan jauh lebih baik.