Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • 8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan
  • Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba
  • Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan
  • Rantai Korupsi Tambang Nikel
  • Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Pilpres AS dan Islamophobia

Opini October 13, 20245 Mins Read

Ceknricek.com–Selintas nampak keduanya tidak punya korelasi. Pilpres adalah proses politik dan demokrasi di sebuah negara. Sementara Islamophobia adalah fenomena sosial keagamaan yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Namun di Amerika keduanya memiliki relasi yang dekat dan kuat.

Dalam beberapa kesempatan saya sampaikan bahwa Islamophobia di dunia Barat, khususnya Amerika, diakibatkan oleh beberapa faktor penting. Ada yang disebabkan oleh ketidaktahuan (ignorance). Juga karena faktor media yang seringkali tidak jujur bahkan membolak balik realita tentang agama ini. Belum lagi karena faktor sejarah interaksi Islam dan Barat yang masih menyisakan momok yang menakutkan. Dan tentunya juga karena memang Islamophobia saat ini telah menjadi sumber kehidupan (profit) bagi orang-orang tertentu.

Namun ada lagi satu faktor penting yang cukup signifikan dan seringkali menjadi sumber keresahan dan kesulitan bagi umat di dunia Barat, Amerika khususnya. Itulah faktor politik. Di mana Islam dijadikan alat untuk meraih dukungan luas masyarakat. Dengan sengaja, para politisi yang punya kepentingan itu menghembuskan “angin kemarahan dan ketakutan” di tengah masyarakat tentang Islam, lalu mereka menampilkan diri sebagai “salvation” (juru selamat) dari bahaya Islam itu.

Donald Trump misalnya pada kampnye pilpres pertamanya terdahulu selalu menyampaikan bahwa Islam itu hadir untuk mengambil alih negara Amerika. Di mana-mana Trump mengkampanyekan bahwa “they have come to take over our country” (mereka atau orang-orang Islam telah datang untuk merebut negara kita). Bahkan dalam berbagai kesempatan Trump mengatakan: “they hate us” (mereka orang Islam membenci kita).

Berbagai pernyataan Trump ini membakar kemarahan bangsa Amerika di satu sisi dan menumbuhkan ketakutan (Phobia) di sisi lain. Apalagi kita diingatkan bahwa pada masanya Donald Trump mengeluarkan keputusan Presiden (Presidential decree) untuk melarang orang Islam masuk Amerika (dikenal dengan Muslims ban). Masa-masa itu adalah masa yang cukup sulit dan meresahkan, walau tidak menakutkan. Meresahkan karena terjadi suasana yang tidak bersahabat. Tapi bagi kami tidak menakutkan karena selain kami percaya Allah, juga kami masih percaya dengan hukum Amerika yang masih efektif (belum dikadali oleh penguasa seperti di tempat lain).

Pengaruh politik dalam menumbuhkan Islamophobia ini sangat besar. Saya kembali teringat proyek masjid yang akan kita bangun dekat Ground Zero. Masjid itu terletak dua blok jaraknya dari Ground Zero (bekas gedung WTC yang runtuh di tahun 2001). Rencana pendirian Masjid ini dipergunakan oleh seorang calon Gubernur New York dari Partai Republican bernama Rick Lazio. Dialah yang mengkampanyekan jika Masjid ini akan dibangun sebagai simbol kemenangan Islam melawan Amerika. Akibatnya 70 persen penduduk kota New York menentang pendirian Masjid itu.

Untungnya Walikota New York ketika itu, Michel Bloomberg, seorang Yahudi dan billionaire, konsisten mendukungnya. Dalam sebuah kesempatan acara buka puasa di kediaman Walikota saya duduk satu meja dengan beliau. Saya tanyakan beliau yang mendukung proyek masjid itu. “Anda adalah Yahudi, Walikota New York yang warganya 70 persen menetang. Kenapa mendukung proyek pembangunan masjid itu!”, tanya saya.

Jawaban beliau mengejutkan saya: “saya tidak mendukung proyek masjid, bukan juga mendukung Komunitas Muslim. Tapi saya mempertahankan Konstitusi negara saya yang menjamin kebebasan beragama”.

Jawaban beliau ini menjadikan saya terkagum dengan beliau. Sekaligus menguatkan hati saya bahwa hukum (Konstitusi) di Amerika masih efektif. Hukum tidak dimainkan sesuai kecenderungan hawa nafsu penguasa. Bahkan penguasa harus tunduk kepada hukum yang telah disepakati bersama.

Islamophobia juga tumbuh di tingkat Pemerintahan federal (pusat) karena kepentingan politik ini. Satu contoh yang sering saya sampaikan adalah bagaimana Newt Gingrich, mantan Speaker atau Ketua DPR (Congress), sewaktu berkampanye untuk menjadi kandidat presiden dari Partai Republikan. Salah satu yang sering dia sebutkan di mana-mana adalah “bahaya Shariah Law”. Anti hukum atau aturan Islam yang dianggap bertentangan bahkan membahayakan negara Amerika menjadi salah satu tema kampanyenya.

Sikap Gingrich ini sangat antitesis dengan kenyataan yang sesungguhnya. Karena sesungguhnya dialah yang pertama kali memberikan izin kepada pegawai Muslim di Senate dan Kongress (Capitol Hill) untuk mengadakan jumatan (Friday prayer) di gedung Capitol Hill (gendung Kongress AS). Jumatan adalah praktek hukum Islam yang mendasar. Tapi ketika kampanye hukum Islam dianggap bertentangan dengan Konstitusi bahkan membahayakan Amerika.

Kini pilpres AS kembali memanas. Ada dua kandidat yang bertarung. Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republikan. Saya tidak tertarik membahas kebijakan luar negeri mereka. Karena AS siapapun Presidennya jika sudah menyangkut kebijakan luar negeri sama saja. Baik dari Partai Demokrat maupun Republican sama-sama syetan (evil).

Akan tetapi jika merujuk kepada kebijakan domestik kami masih diuntungkan oleh Partai Demokrat. Bukan secara nilai (value moral). Karena Demokrat adalah Partai liberal yang mendukung banyak hal yang secara moral keagamaan tidak kita terima. Tapi minimal mereka memberikan ruang untuk komunitas Muslim bernafas dan bergerak. Inilah yang kita tangkap sebagai peluang untuk bermanuver melakukan “gerakan perubahan” untuk perbaikan (islaah).

Dan karenanya dengan segala keburukan yang ada di Partai Demokrat dan Kamala Harris, kali ini nampaknya Komunitas Muslim akan cenderung memilihnya. Ada suara-suara yang menyerukan “boikot total” pilpres. Tapi saya pribadi menyerukan untuk mengambil bagian minimal sebagai ikhtiar agar “the big evil” tidak menang dan kembali dengan lebijakan dan karakter yang ugal-ugalan. Ancaman Trump jelas. Walaupun kali ini yang diancam secara langsung adalah “imigran”. Namun kita sadar bahwa kata imigran itu mencakup Komunitas Muslim yang masih diidentikkan sebagai pendatang.

Poinnya adalah Islamophobia kembali menggeliat karena pilpres US yang sedang memanas. Tapi kali ini lebih runyam lagi karena faktor Gaza justeru dianggap membahayakan Amerika. Banyak politisi yang membalik realità seolah karena peristiwa Gaza Amerika terancam oleh Komunitas Muslim dan Arab. Mereka membalik fakta yang sesungguhnya. Puluhan ribu nyawa rakyat sipil, khususnya anak-anak dan wanita melayang. Tapi mereka membangun persepsi seolah komunitas Muslim dan Arab yang menjadi ancaman.

Itulah realita yang pahit. Tapi sayangnya umat seringkali menjadi apatis dan tidak bisa berbuat apa-apa. Apakah ini akan terus berlanjut? Wallahu a’lam!

Makassar City, 13 2024

*Shamsi Ali Al-Kajangi, Putra Kajang di Kota New York

amerikaserikat islamofobia Pilpres
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

Generasi Beta, Selamat Datang

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan

Ceknricek.com — Menjelang waktu berbuka puasa, berburu takjil menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan selama…

Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba

March 10, 2025

Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan

March 10, 2025

Rantai Korupsi Tambang Nikel

March 10, 2025

Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025

March 10, 2025

Nikita Willy Bagikan Tips Tetap Bugar Saat Berpuasa

March 10, 2025

Hasil Liga Italia: Atalanta Permalukan Juventus 4-0

March 10, 2025

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

March 10, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.