Ceknricek — Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi (9/4) berpotensi menguat seiring dengan berkurangnya risiko global. Menurut ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih hal ini berkaitan dengan kebijakan penurunan suku bunga The Fed.
“Potensi rupiah menguat masih berlanjut seiring dengan mulai menurunnya risiko global terkait kebijakan suku bunga The Fed dan isu kesepakatan perdagangan antara AS dan China,” kata Lana.
Lana menyebutkan bahwa jika dilihat dari kondisi dalam negeri, ada sentimen positif yang mendongkrak penguatan rupiah. Misalkan saja naiknya cadangan devisa Bank Indonesia pada Maret 2019 menjadi 124,5 miliar dolar AS, atau tertinggi dalam 11 bulan terakhir.
Posisi cadangan devisa ini cukup untuk membayar tujuh bulan impor atau 6,8 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah dan di atas kecukupan standar internasional yaitu tiga bulan.
“Kendati ada peningkatan cadangan devisa tetapi rupiah kemarin ditutup melemah. Pergerakan rupiah masih dipengaruhi oleh pergerakan US Dolar dengan isu-isu global,” jelasnya.
Lana memperkirakan pada hari ini rupiah akan bergerak menguat di kisaran Rp14.140 hingga Rp14.160 per dolar AS. Pada pukul 09.55 WIB, kurs rupiah menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.152 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.167 per dolar AS.