Ceknricek.com — Galeri Nasional Indonesia (GNI) kembali menggelar salah satu agenda tahunannya, yakni pameran keliling. Tahun ini, event tersebut diadakan di Semarang, Jawa Tengah dengan mengambil tajuk pameran “Udan Salah Mongso” atau Rain in The Wrong Season.
Kurator Pameran, Adin Hysteria dan Ko-Kurator Pujo Nugroho memilih tema tersebut untuk merespons situasi kekinian terkait dengan perubahan iklim yang mempunyai dampak luar biasa terhadap ekosistem kehidupan.
Frasa Udan Salah Mongso diambil dari orang-orang di pedesaan di Jawa yang biasanya diutarakan ketika menyikapi perubahan musim tanam dan panen akibat musim yang tidak menentu.
Masyarakat di Jawa dikenal dikenal sebagai orang yang membagi musim menjadi dua, yakni rendheng (musim hujan) dan ketigo (musim kemarau). Biasanya musim hujan bulan Oktober–April, dan kemarau pada bulan April–Oktober. Namun patokan ini tidak berlaku lagi sekarang.
“Tema tersebut dipilih untuk merespons situasi kekinian terkait dengan perubahan iklim yang mempunyai dampak luar biasa terhadap ekosistem kehidupan, tidak terkecuali kondisi pandemi saat ini,” ujar Adin dalam siaran tertulis yang diterima Selasa, (1/12/20).
Pameran yang diadakan secara site spesific (tempat tertentu) ini juga didukung oleh Kolektif Hysteria, sebuah komunitas yang menjadi pionir dalam membangun ekosistem seni dan kreativitas yang sehat dengan melibatkan warga kampung, kampus, serta publik secara luas.
Delapan site specific tersebut seluruhnya berada di Semarang, khususnya di Kampung Bandarharjo, Bustaman, Jatiwayang-Ngemplak Simongan, Kemijen, Petemesan, Randusari-Nongkosawit, Sendangguwo, dan Subali-Krapyak.
Selain itu, disajikan pula arsip proyek-proyek seni yang telah dibuat dan diinisiasi oleh Kolektif Hysteria. Keseluruhan karya tersebut kemudian juga disajikan dalam format daring (dalam jaringan) pada laman galnasonline.id.
Beberapa karya perupa yang dipacak adalah seperti karya, Arief Hadinata feat Stokemaki dengan gambar Salah Wanda, Ora Gambar Tambah Salah; Rezto SAM kru dengan judul Akad; Poharin feat Alodia dengan judul Wayang Sambit; Valeriana Grajales dengan judul Bukit’s Heart dan Kolektif Hysteria dengan judul Ingon.
Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto mengatakan bahwa Kolektif Hysteria dan Kota Semarang dipilih dalam kameran ini karena kedua hal tersebut memiliki keterikatan dan catatan penting yang melengkapi khazanah seni kolektif.
“Kelompok Kolektif Hysteria sebagai inisiator dan Semarang sebagai wilayah jelajah aktivitas. Kapabilitas inilah yang diharapkan dapat membantu memperkuat ekosistem seni rupa nasional yang telah ada,” tandasnya.
Baca juga: Cegah Covid-19, Galeri Nasional Batasi Kuota Pengunjung Pameran Lukisan Imersif Affandi
Baca juga: Buka Pameran Lukisan Iwan Suhaya, Bamsoet: Hadirkan Keindahan dalam Keberagaman